From: adeha...@yahoo.com <adeha...@yahoo.com>
Date: Tuesday, August 17, 2010, 1:51 AM

Peringkat IPM Indonesia Satu Tingkat di Bawah Palestina

Selasa, 17 Agustus 2010 01:32 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, 
Rahadi Zakaria, mengungkapkan kekurangsetujuannya atas pernyataan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono mengenai keberhasilan Indonesia menekan angka 
kemiskinan..

"Buktinya, menurut ukuran UNDP, peringkat IPM Indonesia di urutan 111 dengan 
indeks 0,734, atau masih di bawah satu tingkat bangsa Palestina yang berada di 
posisi 110 dengan indeks 0,737. Dan jauh di bawah Malayisa yang berada di 
peringkat 66 dengan indeks 0,829," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Senin 
malam.

Ia mengatakan itu, menanggapi Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono (SBY) sehubungan Perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan ke-65 RI, dan 
Pidato Pengantar Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja 
Nasional (RAPBN) 2011, Senin siang.

"Data UNDP yang dipakai fraksi kami tersebut sekaligus sesungguhnya mengoreksi 
pernyataan tentang telah berkurangnya angka kemiskinan kita akibat pertumbuhan 
ekonomi. Jadi, sebenarnya tidak ada kaitannya itu dengan angka kemiskinan dan 
capaian IPM," katanya.

Artinya, demikian Rahadi Zakaria, angka kemiskinan dalam kenyataannya belum 
teratasi.

"Yang terjadi adalah sebaliknya. Ini parameternya jelas kan. IPM kita itu masih 
belum menggembirakan. Artinya daya beli, tingkat kesehatan dan akses pendidikan 
yang merupakan komponen IP dalam psosi yang menyedihkan," ungkapnya.


Tugas Pemerintah

Karena itu, menurut Rahadi Zakaria, tugas Pemerintah sekarang, ialah, menekan 
kemiskinan melalui program-program pro rakyat sebenar-benarnya, bukan skim-skim 
yang hanya dinikmati oleh bukan rakyat kecil sesungguhnya.

"Ini kan yang terjadi sekarang. Lalu keluar `statement` Pemerintah telah 
berhasil menekan kemiskinan (karena banyaknya program skim itu), dan itu semua 
akhirnya telah terkoreksi dengan data yang ada dari UNDP ini," katanya.

IPM, menurutnya, memang sangat mencakup, karena ada indikator daya beli 
masyarakat, tingkat kesehatan dan pendidikan.

"Peringkat Indonesia sejak 2007 relatif konstan. Lihat saja datanya dari UNDP. 
Tahun 2007 peringkat 111 dari 182 Negara, Filipina ketika itu pada posisi 105. 
Lalu tahun 2008, Indonesia bisa naik ke 107, tetapi Filipina melonjak lebih 
jauh pad angka 90. Nanti pada 2009 barusan, kita turun peringkat lagi ke 111, 
sementara Filipina kembali ke asalnya juga, 105," ungkapnya.

Lalu tahun ini, demikian Rahadi Zakaria, Indonesia berada satu peringkat di 
bawah Palestina.

"Kita tetap pada posisi 111, sedangkan Palestina di peringkat 110.Ini data 
tambahan sebagai pembanding betapa angka kemiskinan sesungguhnya masih belum 
dapat ditekan," katanya.


Sasaran RAPBN

Namun Rahadi Zakaria atasnama fraksinya juga memberi apresiasi atas 
ditetapkannya 10 sasaran RAPBN 2011, yang diharapkan bisa membantu menaikkan 
peringkat IPM kita.

"Jika ada yang bertanya, mungkinkah kita bisa menaikkan IPM. Jawabnya, kita 
bisa kok. Itu tadi, asal sasaran RAPBN kita diarahkan ke sektor-sektor 
pendukung IPM (peningkatan daya beli, pemberdayaan kesehatan masyarakat dan 
pendidikan)," katanya lagi.

Hal ini, menurutnya, telah dilakukan beberapa negara tetangga seperti Filipina, 
Malaysia, Thailand juga Singapura.

"Kini kita lihat, Singapura berada pada peringkat 23 dengan indeks 0,920, 
kemudian Malaysia di peringkat 66 (0,829), Thailand peringkat 87 (0,783) 
sedangkan Filipina di 105 (0,751)," ujar Rahadi Zakaria. (M036/K004)




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke