Matematika Ekonomi Jalan Tol

Transformasi nilai guna dan nilai tukar Jalan Tol dilihat dari otak 
Sosialis, otak Kapitalis Barat, dan Otak Kapitalis Indonesia yang 
berzinah dengan Kekuasaan.

Oleh  : Anton

Otak Sosialis

Jalan Tol               = Weren (komoditi/barang) W
Tariff Tol              = Geld (Uang)             G
Manfaat         = W2, secara abstraksi disamakan utilitas nilai 
barang

W-G-W2
Disini terjadi transformasi kualitatif dari nilai guna. Setelah 
terpenuhinya kompensasi dalam memenuhi/menutupi komposisi organik 
modal atau bahasa Paul Samuelson-nya, harga pokok produksi maka 
jalan tol itu digratiskan, biaya operasional kemudian diambil dari 
pajak negara yang bersumber dari nilai kerja masyarakat.

Otak Kapitalis Barat (Fair Competitive)

G                       = Geld (modal yang datang dari kaum 
Kapitalis)
W                       = Weren (Komoditi) Jalan Tol
G2                      =Akumulasi modal

G-W-G1
Seorang Kapitalis datang kepada pemerintah membawa duitnya dan 
berani mempertaruhkan dananya pada jalan tol dengan pertimbangan 
bisnis yang matang ia mengatakan dalam tender pada pemerintah bahwa 
ia akan mendapatkan capital gain dari ROI sebesar 20% setelah 
dikurangi resiko unsistemik seperti inflasi atau resiko  diluar 
kendali perusahaan. Disini pemerintah menjadi wasit yang mengawasi 
tindakan operasional jalan tol secara fair dan bersih. Dalam 
beberapa tahun selama kontrak kaum Kapitalis mendapatkan keuntungan 
yang didapatkan dari Akumulasi Modal, dan Akumulasi Modal ini 
digunakan untuk membeli komoditi lain maka terciptalah akumulasi 
kapital dan konsentrasi produksi secara besar-besaran dalam jaringan 
kuat yang meninju pemodal-pemodal kecil. Disini berarti ada 
Penambahan Kuantitatif dari nilai tukar. Setelah masa kontrak habis 
giliran pemerintah mengakumulasi modal.

Otak Kapitalis Gaya Indonesia

G               = Geld
W               = Waren
G2              =Akumulasi Kapital
C               =Corruption
P               = Pungli, toll of tariff collected without proper 
legal authority
U               =Unexpectation Risk of Business, Resiko bisnis yang 
tidak perlu diramalkan untuk mendapatkan keuntungan misalnya tidak 
perlu memperhitungkan kenaikan inflasi agar dapat seenak udelnya 
menentukan harga, menaikkan harga dengan nilai aneh seperti Rp.625 
agar menjadi Rp. 1.000,- jadi Rp. 325 adalah uang susuk yang 
kemudian digenapi, model hypermarket-hypermarket besar dalam mencap 
harga mati agar uang kembalian tidak diberikan pada konsumen. 
CM              = Capital Market (IPO/Go Publik) –reproduksi modal 
besar-besaran yang didapat dari Pasar Modal. Setelah IPO Kemudian 
modalnya diperbesar lagi dengan berbagai cara  seperti reinvestments 
kembali ke Capital Market lewat penyusunan portofolio saham, 
obligasi dengan nilai kupon diatas bunga bank, bayar utang atau 
bikin jalan tol baru, atau mungkin selingkuh lagi dengan pejabat 
lewat perzinahan antara modal dan kekuasaan.....


Berarti skemanya

G-W-(G2+ C+ P+ U + CM) akumulasi kapital ini naiknya seperti deret 
ukur.  


Yang menikmati :

Yang menikmati penggunungan modal ini adalah kelompok yang menguasai 
akses informasi, modal dan kekuasaan 


Yang kena akibatnya  :

Orang-orang yang masih seneng dikibulin.....


ANTON




Kirim email ke