Menjelang Hari Raya Lebaran ini banyak orang yang merasa "Burn Out", 
alias gersang semangat atau gosong jiwa. Bagaimana tidak capek, kita 
kerja siang malam dimana boro-boro uang lemburnya dibayar, 
dihargaipun tidak. Harga kebutuhan barang pokok semakin meningkat, 
hari lebaran pun sudah berada diambang pintu, tetapi tidak ada 
penghasilan tambahan yang bisa diharapkan. Sedang tagihan datang 
bertubi-tubi. Pasangan hidup dirumahpun bisanya hanya ngomel melulu, 
tanpa bisa dan mau mengerti perasaan maupun keadaan yang sedang saya 
hadapi. Jadi wajarlah kalau saya merasa seakan-akan kepala ini mau 
pecah !

Kata "Burn Out" itu sendiri diserap dari bahasa gaul Inggris yang 
bisa diartikan kelelahan fisik dan emosional. Kata tersebut pertama 
kalinya diungkapkan oleh seorang psikonanalis Jerman Herber 
Freudenberger pada tahun 1974. 

Burn Out itu seperti juga api yang mulai meredup karena kehabisan 
bahan bakar. Hal ini bisa terjadi juga dengan manusia, dimana kita 
merasa seakan-akan tidak memiliki gairah maupun semangat hidup lagi. 
Rasanya tenaga maupun pikiran ini jadi kosong dan hampa. 

Hal ini terjadi karena bukan hanya sekedar disebabkan oleh kelelahan 
fisik saja (physical exhaustion), tetapi juga oleh kelelahan 
emosional (emotional exhaustion), maupun kelelahan mental (mental 
exhaustion). Hal ini membuat orang jadi capek mikir, merasa jenuh, 
apatis, cuek dan masa bodo.

Gejala Burn Out lainnya ialah dimana kita merasa gagal, seakan-akan 
semua perjuangan kita itu sia-sia saja dan tidak ada artinya. Kita 
merasa diperlakukan tidak adil dan juga tidak dihargai. Hal inilah 
yang membuat diri kita menjadi kecewa berat dan stress dan 
kehilangan kepercayaan maupun harga diri.

Burn Out bukan hanya bisa terjadi di perusahaan saja, tetapi juga 
dilingkungan keluarga. Dimana sudah tidak ada rasa kasih lagi antara 
satu dengan yang lain. Rasa hubungan yang pada awalnya berkobar 
menyala-nyala begitu besar; akhirnya menjadi redup terbakar habis 
seperti juga lilin. Hal ini pada umumnya terjadi karena adanya 
kejenuhan dalam perkawinan, sehingga tidak ada komunikasi lagi 
antara satu dengan yang lain. Maklum segala jerih payah, pengorbanan 
yang diberikan itu boro-boro dihargai, waktu saja sudah tidak 
bisa/mau ia berikan lagi.

Berdasarkan penelitian dari Christine Maslach dan Michael P. Leister 
dalam bukunya: "The Truth About Burnout". Orang yang sedang 
mengalami Burn Out, pada umumnya ingin menyendiri, dan tidak ingin 
banyak bicara. Mereka ingin mencari ketenangan. Mereka tidak 
membutuhkan segala macam nasehat, sebab nasehat maupun usulan-usulan 
apapun yang diberikan; bisa disalah artiken sebagai kritikan. 
Masalahnya orang yang sedang mengalami Burn Out itu sangat sensitive 
sehingga mudah sekali tersinggung.

Berikanlah mereka waktu untuk menenangkan diri, dan jangan sekali-
sekali memaksakan mereka untuk melakukan apapun juga misalnya "kapan 
mau kerja lagi?" ataupun mengajak mereka ke tempat-tempat Dugem 
seperti bioskop, Disco dsb-nya. 

Sama seperti juga HP yang kehabisan batterie, untuk ini HP tsb butuh 
waktu untuk di charge lagi. Begitu juga dengan manusia yang 
mengalami Burn Out, mereka butuh waktu agar dapat memulihkan kembali 
semangat maupun gairah hidup mereka.
 
Sedangkan cara lainnya ialah dengan melakukan senam Tai Chi, sebab 
senam Tai Chi itu bukan hanya untuk kebugaran jasmani saja, tetapi 
juga rohani. Tai Chi merupakan meditasi gerak yang menyadi 
penyeimbangan atas meditasi duduk. 

Mang Ucup
Email: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: www.mangucup.net


Kirim email ke