http://www.kompas.co.id/ver1/Iptek/0710/25/085757.htm
=====================

JAKARTA, KCM - Kehadiran blog dapat memberikan harapan baru bagi
pengembangan budaya baca tulis masyarakat Indonesia di saat kondisinya
masih rendah dewasa ini. Sebab, salah satu produk teknologi website
gelombang kedua yang sering disebut-sebut dengan Web 2.0 itu
memberikan kemudahan bagi setiap orang menulis buah pikirannya di
Internet dan bebas menyebarkannya tanpa halangan birokrasi dan
keterbatasan ruang.

Blog lebih mudah dibuat dan interaktif, tidak seperti produk website
konvensional yang statis dan tidak semua orang dapat membuatnya.
Lagipula penyedia layanan blog gratisan sudah menjamur dan sepopuler
email, instant messaging, dan situs jaringan sosial sehingga semua
pengakses internet dapat mempelajarinya dengan cepat, membuatnya
dengan mudah, dan memanfaatkannya dengan leluasa.

Kalau dulu sebuah web mungkin banyak dimanfaatkan untuk menampilkan
informasi saja karena sifatnya yang statis. Kini, web interaktif
seperti blog menjadi ajang diskusi, tukar pikiran, selain berbagi
informasi, dan membangun jaringan. Penulis blog dapat seolah-olah
bercakap-cakap dengan pengunjung blognya yang memberi komentar dan
langsung dapat memperoleh kritik, kesan, maupun tambahan informasi
terhadap tulisannya. Di antara pemilik blog juga dapat saling bertukar
link alamat blog maupun artikel.

Agar tulisan atau artikel dapat tampil di media konvensional seperti
suratkabar atau majalah, seseorang mungkin dituntut memiliki latar
belakang profesi atau kompetensi yang sesuai, bahkan tak jarang harus
pakarnya. Tapi, dengan blog, siapapun bebas menulis dan
memublikasikannya ke seluruh penjuru dunia. Priyadi Iman Nurcahyo,
yang memiliki blog www.priyadi.net, mengakui sulitnya menembus media
konvensional karena keterbatasan ruang dan standar penulisan sedangkan
blog memberi ruang bagi setiap orang untuk berekspresi dan
menyampaikan pemikirannya.

Blog memberi ruang menulis tak terbatas dan tidak dibatasi standar
penulisan yang baku. Dari anak-anak hingga manula dapat menuangkan apa
yang dipikirkan ke dalam tulisan. Dari sekedar kabar keluarga,
uneg-uneg, kritik sosial, nasehat, renungan, curhat, sampai artikel
lengkap bisa diakomodasi. Mau hanya teks saja bisa, ditampilkan dengan
foto, video, tabel juga terserah pemilik blog. Sudah banyak layanan
pendukung blog yang mempermudah pemilik blog memperkaya interaksinya
dengan pengguna internet lainnya.

Dengan kemudahan menulis dan pola interaksi tersebut tak salah jika
blog dijadikan sebagai alat membangun budaya menulis dan membaca.
Meski demikian blog hanyalah sekedar alat yang memudahkan agar
keinginan membaca dan menulis dapat terus berlanjut dan konsisten.
Faktor utama yang mendorong budaya membaca dan menulis tetap saja
kemauan setiap individu untuk melakukannya.

Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin jika bangsa Indonesia
ingin tampil sebagai kekuatan yang diperhitungkan di kancah
internasional seperti yang diharapkan dalam Visi Indonesia 2030. Sebab
budaya tulis merupakan salah satu ciri kemajuan bangsa-bangsa maju
dibandingkan dengan budaya tutur dan lisan.

"Sebagian bangsa kita terbiasa dengan budaya lisan dan tutur. Budaya
ini mengalami kerawanan manakala dari nara sumber ke nara sumber yang
lain, seiring dengan pergantian jaman, terjadi perbedaan versi,
penyimpangan dan distorsi, sehingga yang diceritakan seratus tahun
lalu bisa berubah duapuluh lima tahun kemudian. Oleh karena itu,
bangsa yang maju lebih berorientasi pada budaya tulis dibandingkan
dengan budaya tutur dan lisan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam pidato saat perayaan HUT Perputakaan Nasional  ke-26 beberapa
waktu lalu.( www.presidenri.go.id)

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 menyebutkan bahwa
masyarakat Indonesia belum menempatkan membaca sebagai sumber utama
mendapatkan informasi. Penduduk Indonesia lebih memilih menonton TV
(85,9 persen) dan mendengarkan radio (40,3 persen) daripada membaca
suratkabar (23,5 persen).(Pikiran Rakyat, 25 Aprol 2007).

Rendahnya budaya bada dan tulis juga dapat dilihat dari produksi buku
di Indonesia yang masih sangat rendah. Setiap tahun Indonesia yang
berpenduduk ebih dari 220 juta jiwa hanya memproduksi 10.000 judul
buku dengan jumlah setiap judul mencapai 3.000 eksemplar atau tiga
juta eksemplar per tahun itupun 55 persen adalah buku terjemahan.
Sebagai perbandingan Malaysia yang berpenduduk 26 juta jiwa tiap tahun
menghasilkan jumlah buku baru yang sama.

Internet belum diperhitungkan, namun cepat atau lambat akan menjadi
media baru yang menyebar di tanah air. Blog sebagai alat membangun
budaya tulis dan baca hanya akan efektif jika akses internet murah
mudah dan merata.

Upaya ini telah diusahakan pemerintah melalui rencana proyek
pembangunan berskala nasional, seperti pemerataan akses internet ke
sekolah-sekolah yang ditargetkan menjangkau 50 persen sekolah pada
tahun 2015. Termasuk pembangunan jaringan serat optik Cincin Palapa
yang menghubungkan seluruh titik di tanah air. Tahun depan, lima tahun
lagi, atau lebih infrastruktur akan siap. Tinggal, apakah masyarakat
Indonesia siap memanfaatkan infrastruktur tersebut semaksimal mungkin
untuk kemajuan.

Menurut Enda Nasution, pemilik blog http://enda.goblogmedia.com, blog
adalah salah satu konten yang potensial untuk dikembangkan dan punya
potensi besar untuk mendidik masyarakat. Karena itu Departemen
Komunikasi dan Informatika sangat mendukung upaya komunitas blogger
Indonesia yang akan menggelar pertemuan pertamanya di Jakarta, Sabtu,
27 Okotber 2007. Ajang bertajuk Pesta Blogger 2007 ini akan
diselenggarakan di Blitz Megaplex, kawasan Bundaran Hotel Indonesia
dari pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. Sekitar 500 penulis blog akan
berkumpul untuk berbagi pemikiran mengenai blogosphere atau dunia blog
di Indonesia.

Penulis: Tri Wahono



Copyright 2006 Kompas Group


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke