Ndeso II ( tenan)

Ketika orang sering ngomong soal '"NDESO " ini, apakah betul Wong Ndeso itu 
sekebangeten itu ? Atau itu ulah orang Kota yg ' ndesani " ?. Karena saya " 
Sebagai wong ndeso klutuk", terus terang saja, sering mengalami Cultural Shock. 
lha wong namanya saja Wong ndeso. Tapi Ndeso yg dibicarakan disini, sepertinya 
Bukan Ndeso yg saya maksudkan. Ya ndeso saya memang seperti yg disebut di 
artikel di bawah ini, misalnya merasa kagum terhadap sesuatu yg tidak pernah 
dilihat. Ya wajar lha wong saya Wong Ndeso. Tapi kalau sampai harus influance 
orang lain untuk jadi ndesani, itu ya  enggak.
Ada yg dibilang Ndeso, karena selalu mencantumkan embel embelnya di belakang 
namanya, seperti " Ir Ali Msi, Ma, Mba dll. Dan kelihatannya di Indonesia masih 
ngetrend. Setelah sekian lama saya nggak pulang ke Ndeso saya, ternyata 
sekarang, yg tidak punya gelar, praktis hanya saya. Yg lain, dari lurah yg S 
sos, Wakil Bupati juga S sos, dan Guru Sd M Si, dll. Dan itu aku anggap sebagai 
kemajuan ( kalau bisa kuanggap begitu ). Lha iya... lha wong jaman saya 
ninggalin Ndeso saya 30 tahun yg lalu, kepala sekolah saya aja Cuma BA. dan itu 
sudah bagus sekali, dan sering dijadikan contoh.
Apalagi anggota DPR kita sekarang, MSi, MBA, MRT, M BuLANCE dan segala macam 
titel lagi. Dan sekali lagi aku merasa bangga. Wah Lurahnya saja Sarjana, 
Kepala sekolah SD juga sarjana, kepala SMA nya ada gelar Master, berarti, 
jabatan jabatan di Indonesia, sudah dipegang orang orang yg PINTER, .. iya kan 
? lha wong master je...piye to ? ya tentu saja saya bangga.
Tapi Konotasi Ndeso yg disebutklan Artikel di bawah ini jelek sekali loh mas... 
apa wong ndeso itu seperti itu ? kalau ke Jakarta memang kami masih sering 
Kagum. Dengan Kotanya, dengan orang yg hidup di Jakarta sendiri.
 Apa nggak kagum, jalan di Jakarta besar besar, tapi macet. Dan orang orang yg 
tinggal di jakarta itu memang orang orang yg hebat belaka. Karena mereka 
sanggup, dan bisa, serta betah tinggal, hidup dan bekerja di Jakarta. Apa nggak 
ampuh itu ?... wah pokoknya pol...lha wong Jakarta itu tadi.... Kalau aku ya 
nggak sanggup, nggak berani.... lha wong metropolitan je... lha terus aku cuma 
wong ndeso. Bodo sisan.
Nah yg sering  "Umuk", atau sombong, itu kebanyakan malah orang dari Kota, 
bukan wong Ndeso tadi... soalnya, kalau di ndeso saya ada tamu, apalagi dari 
Jakarta, wah pokoknya pasti pakai Mobil yg wah, dandananya parlente ( trendy ), 
dan semua orang akan bilang, dan sok sibuk, termasuh lurah, " Wah saya lagi 
sibuk, ada tamu dari Jakarta " , terpancar wajahnya yg bangga , karena ada tamu 
dari jakarta.Nah Ndeso tadi itu, apa Istilah yg di ciptakan orang Kota, karena 
ke ndesoan orang ndeso tersebut. Bisa di maklumi. Lha tapi, kalau orang dari 
kota besar seperti Jakarta terus Ndesani ? itu piye to mas ? mumet aku.Jadi 
Saya sebagai wong ndeso, merasa masih ndesani. Tapi apa kekurangan kita itu 
bisa di bilang negative ? atau hanya sekedar untuk bahan ketawaan saja karena 
kita Wong Ndeso ?
Cuma satu saya nggak terima Ndeso disamakan dengan Norak. Itu satu kesalahan. 
Yg sering norak justru orang Kota mas.
 Maaf sebagai wong ndeso saya nggak bisa kasih perbandingan dari Luar Negri, 
karena saya memang nggak tau. Tapi kalau anda ingin bilang, bahwa Banyak 
Pejabat Kita Yg Norak, saya setuju. Tapi jangan mencap Ndeso itu sama dengan 
Norak.
 Kita orang Gunung Kidul selalu dibilang Ndeso, tapi bukan Norak mas. Kadang 
orang inteletualitasnya tinggi, bahkan lebih Norak.

Emo
Gunung Kidul ( Baca ' NDESO ' )


 [Forum Pembaca KOMPAS] NDESSOOO.....




"NDESO"Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, 
udik, sock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan 
sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat 
senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang 
lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang 
yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan 
sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan 
harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia. Lebih dari 
itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk 
menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami 
hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, 
pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, 
kampungan alias deso.Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali 
dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si 
Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika 
beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka 
menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, 
sementara yang akan di jemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan 
yaitu mercy.Ketika saya di Australia berkesempatan melihat sebuah acara 
ceremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, 
saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka pakai Merk Holden baru yang 
paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak 
terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli 
mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.Di Sidney saya berkenalan dengan 
seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga Negara Malaysia keturunan 
cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikuti program Post Doc, Dia anak 
serorang pengusaha yang kaya raya. Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya 
malah jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan 
tingginya.Satu bulan saya di jepang tidak melihat orang pakai hp komunikator, 
mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya baca Koran ternyata konsumen 
terbesar hp komunikator adalah Indonesia. Sempat berkenalan juga dengan seorang 
yang berada di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat 
tinggi Negara, juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat 
berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat jepang ternyata tak bermerk, wah 
ini yang deso siapa yaa?Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di 
jepang atau di Australia, baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau 
rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan 
dan jabatanya di perusahaan. Jangan-jangan orang jepang diajak ke Pondok Indah 
bisa Pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah disana 
memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. 
Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan. Sampai akhir hayatnya Rasulullah 
tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi 
sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal 
kemawahan istana raja-raja Negara sekelilingnya, karena Beliau punya pengalaman 
berdagang. Ternyata Beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin 
seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat 
beliau sebagai kepala Negara. Jawabannya ya di masjid.Beliau punya banyak jalan 
yang legal untuk bisa membangun istana. Di mekkah nikah dengan janda kaya, di 
madinah jadi kepala Negara, punya hak prerogative dalam mengatur harta rampasan 
perang, dan ada jatah dari Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum 
hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut 
dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk menahan perih 
perut dan seterusnya.Ketika Indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, 
rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere, banyak yang antri beras, 
minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat 
dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak ceremonial 
yang gonta-ganti bajuseragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, 
dsb, dstBangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan 
tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagiwanita tidak 
solat (WTS) , angka criminal rendah, korupsi berkurang, punyaposisi tawar 
terhadap kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu mengatasi 
kerisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyusun 
APBD dan APBN. Nah karenayang menyusun orang-orang norak maka asumsi dan 
paradigma yang dipakai adalahNegara normal atau bahkan mengikut Negara maju. 
Bayangkan ada daerah yang menganggarkan Sepak Bola 17 Milyar sementara anggaran 
kesranya 100 juta,wiiieh!Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat 
mengerikan dari atas sampai bawah:-Orang bisa antri raskin sambil pegang 
hp-Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok-Orang tua lupa siapkan SPP, karena 
terpakai untk beli tv dan kulkas-Orang kampung mabok patungan Orang bule mabuk 
kelebihan uang-Lagi mabok muntah keluar kangkung, genjer toge-Pengemis bisa 
pake walkman sambil goyang kepala-Para Pengungsi bisa berjoged dalam 
tendanya-Orang mo beli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah-Ijzah S3 luar 
negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di cibubur-Kelihatannya 
orang sibuk ternyata masih intensive keluar masuk Mc Donald-Kelihatannnya orang 
penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan. Jadi masih sempat 
ngurusin kulit bulat diisi angin-Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu 
untuk mencetin hp-62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk 
saja-Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara 
tembang kenangan.-Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol 
ngebor-Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan 
wakuncar-Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan-Agar kelihatan 
inklusif maka harus bisa menggandeng siapa saja, kalo perlu jin tomang bisa 
digandengYang lebih mengerikan adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka 
harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere. 
(*)Tulisan ini dibuat oleh: Abdulllah Muadz

Kirim email ke