Om Sawung denger darimana Agus Isrok Mikroj itu sudah dipecat dari dinas ketentaraan? Kalau secara hukum harusnya diproses, kalau secara moral harusnya mengundurkan diri (atau bunuh diri sekalian?)...Tapi itu kan di negara lain, sementara kita di Indonesia...Saya juga tidak mengerti dengan dia, ngapain merayakan ulang tahun di kamar hotel dengan orang yang membawa narkoba??? Karena menurut hemat saya, dengan posisis babenya, uang bukan masalah dalam hidupnya. Saat dia mendaftar Akmil, babenya baru promosi dari Dan Group A Paspampres (Kolonel - Digantikan Om Sjafrie) menjadi Kadispamsanad (Bintang Satu)...Saat dia taruna babenya menjadi Dan Kopassus (dulu belum Danjen) menggantikan Om Agum, kemudian Pangdam Diponegoro menggantikan Om Suryadi...Saat lulus menjadi Wakasad dan kemudian Kasad...Kurangnya apa? Kebetulan saya punya sepupu teman seangkatannya (Akmil 94-97), katanya Agus memang menghilang dari Cijantung tapi cuma pindah kesatuan, gak dipecat...Terakhir dia muncul di salah satu tabloid wanita saat pacarnya yang bernama Meutya Hafid (wartawan Metro TV) dibebaskan penculiknya di Iraq...Ternyata dia masih jadi tentara di salah satu Yonif di Sulawesi Selatan...Saat itu pangkatnya masih Letda dan sepupu saya Kapten (rata-rata angkatanya saat itu memang Kapten)... Bicara soal titipan, kita jangan apriori dulu. Di Kopassus memang ada dua kategori pemakai baret merah. Yang pertama memang karena lulus pendidikan komando yang sangat berat (infantri biasa aja banyak yang gak lulus), yang kedua karena penugasan diberikan baret dengan upacara tradisi (misalnya dokter lulusan wamil yang bertugas di Detasemen Kesehatan) dan fungsi banpur dan banmin lainnya. Kalau yang lulus latihan, brevetnya tidak akan dilepas sampai pensiun meskipun sudah bertugas di kesatuan lain. Untuk memahami taruna titipan, anda bisa baca bukunya Om Feisal Tandjung (judulnya saya lupa, tapi seingat saya beliau hanya menerbitkan satu buku itu saja). Anaknya Om Feisal ada yang namanya Yasser Tandjung (kebetulan seangkatan juga sama Agus Isrok) dan masuk akmil. Sayangnya setelah jadi Pratar (prajurit taruna - pangkat taruna paling junior), yang bersangkutan setelah cuti tidak balik ke Akmil, setelah dicari dan ketemu bilang ke ibunya ingin keluar. Dari seluruh isi buku itu, ada satu kalimat yang sangat menyentuh bagi saya yaitu ucapan Yasser ke ibunya : "SAYA KELUAR KARENA TIDAK INGIN DIISTIMEWAKAN OLEH PENGASUH KARENA SAYA ANAK PANGLIMA ABRI....TAPI SAYA JUGA TIDAK INGIN DIJADIKAN BULAN-BULANAN PARA SENIOR TANPA MELAKUKAN KESALAHAN APAPUN HANYA KARENA SAYA ANAK JENDERAL FEISAL TANDJUNG"... Realitasnya memang norak seperti itu...Ada yang ingin menjilat lewat anaknya, dan ada yang iri membabi buta tanpa alasan jelas seolah menjadi anak pejabat itu dosa...Kedua sifat itu jelek, tapi realitasnya itulah yang banyak terjadi... Yang saya alami di keluarga mirip-mirip juga...Beberapa kerabat ada yang minta pengantar atau referensi untuk ikut tes...Ada yang lulus ada yang tidak...Yang gagal ada yang terima dengan baik namun ada yang tidak puas dan ngoceh macem-macem...Nah yang lulus ini, menurut saya juga belum tentu karena referensi...Bisa jadi lulus murni karena kemampuan dia sendiri... Ayah saya punya tiga anak cowok dan anak bungsunya cewek...Saat abang sulung saya jadi taruna, ada yang bilang faktor jatah...Ketika abang kedua dipulangkan saat basis, ada yang nanya jatahnya cuma satu ya??? Kalau saya memang tidak mungkin jadi taruna karena sudah berkacamata dari SMP... Bahwa anak bintang diperlakukan berbeda, saya kira ini sulit dihindari dalam profesi manapun. Bagaimanapun bintang memiliki posisi khusus di TNI dan di tentara negara manapun. Yang saya tahu disana ada tradisi pembinaan bintang, yaitu junior anak bintang "dibina" oleh senior anak bintang juga, karena kalau bukan sesama anak bintang, para senior akan sungkan membina...Prinsipnya : elo jangan belagu disini, babe lo bintang babe gue juga bintang TAPI gue lebih senior di sini... Latar belakang orang tua taruna juga macam-macam, yang anak buruh, petani, PNS rendah, nelayan bahkan anak bintara. Yang berlatar belakang seperti itu, bisa dipastikan lulus murni dengan nilai excellent (tidak ada alasan untuk ditolak)...Namun juga tidak fair kalau ketemu anak bintang atau anak pejabat lain kita langsung menuduh anak itu lulus karena koneksi atau faktor turunan (minimum mereka pasti di atas passing grade)...Gak fair juga karena mereka juga bisa lulus murni...Mirip kalimat logika : Jika hari hujan maka jalanan basah....Jika jalanan basah maka....Belum tentu karena hujan, bisa jadi karena disiram........Jika anak petani pasti lulus murni...Jika lulus murni belum tentu anak bintang.....(bener gak nih kalimatnya?) Waktu praspa (prasetya perwira) paja (perwira remaja)...Para orang tua duduk dengan urutan ranking anaknya...Saat itu di deretan 10 besar ada bintara tua duduk di depan bintang (karena peringkat anaknya memang lebih tinggi)...Ada adegan yang sangat mengharukan, ibu saya sampai menangis melihatnya...Para perwira remaja menghambur ke orang tua masing-masing....Sang bintara tua lebih dahulu memberi hormat militer, sang perwira remaja membalas dengan sempurna lalu bersujud mencium kaki ayahnya...
sawung <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Agus isrok anak Subagio HS. Saya dengar agus masuk tentara karena paksaan bapaknya. Die perwira titipan di kopassus. Perwira kopassus yang ga punya bravet komando, dia tidak lulus pendidikan dasar komando. Bisa berdinas di kopassus karena titipan saja. Kabar terakhir yang saya dengar Agus sudah di pecat dari dinas ketentaraan. regards -- Seperti tanah, walaupun subur, ia takkan bisa produktif tanpa penyemaian. Demikian juga pikiran, tanpa budaya takkan pernah menghasilkan buah yang berkualitas. Seneca www.soehartoincbuster.org sawung.blogspot.com