Kenaikan tarif bus-khusus menjadi keharusan karena subsidi yang diserap oleh proyek bus-way itu mencapai Rp 220 M setiap tahunnya. Setiap hari bus way melakukan pelayanan untuk 210.000 orang-sekali jalan. Dengan menaikkan tarif bis khusus/bus way, yakni membebankan biaya operasi kepada pengguna, akan banyak hal yang dapat dicapai.
Jangan diabaikan, pemda DKI telah mengalihkan alokasi dana perbaikan puskesmas,perbaikan pasar tradisional dan mungkin dana BOS ke proyek bus way ini. Di negara maju angkutan umum MEMANG disubsidi. Tujuannya agar masyarakat tidak selalu menggunakan kendaraan pribadi di dalam bepergian. Namun jumlah orang miskin mereka tidak sebanyak orang Jakarta. Orang miskin di sana langka, jarang ditemukan di mall. Penyebabnya karena sesuai konstitusi mereka, orang miskin, orang jompo dan orang terlantar ditanggung negara, dan karenanya orang miskin disantuni negara. Di Australia sekitar AUD 400 di Australia, atau sekitar US 300 di Amerika, dan di Malaysia separuh dari angka-angka di atas. Persoalannya, dengan jumlah orang miskin demikian banyak di Jakarta, yang memerlukan pakaian dan pendidikan yang layak, maka mencurahkan Rp 220 M hanya untuk bus khusus/bus way sudah mengandung ketidak-adilan. Oleh sebab itu saya yakin bahwa program bus-way harus diarahkan agar penjualan tiketnya sama dengan biaya yang dikeluarkan. Cukuplah pengorbanan pemerintah ketika ruas-ruas jalan digunakan bagi dia. Sehingga tarifnya layak naik, sesuai dengan tujuan agar di kemudian hari subsidi bus-way = Rp. 0. --- Ramadhani <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > sejauh ini saya pengguna busway dan masih senang > menggunakan busway. kalau > karena harga busway naik kemudian gaji pengemudi > busway, satpam busway, > penjaga karcis busway ikut naik. ya saya setuju. > rakyat harus menikmati > kenaikan yang ada. termasuk kenaikan harga Kompas > yang juga berarti kenaikan > pendapatan para penjual koran.