Kalau ndak bisa membereskan masalah omprengan liar ya ndak usah gaji jadi 
alasan ketidakbecusan itu dong. Sebelum mereka jadi polisi, mereka sudah tahu 
kok kondisinya seperti apa. Jangan mencari pembenaran atas pelanggaran hukum 
yang diperbuat oleh si "keparat" penegak hukum.

penyimpangan yang besar awalnya adalah penyimpangan kecil, yang jika dimaklumin 
akan menyebabkan kerusakan mentalitas. Negara ini adalah negara hukum, semua 
sama di mata hukum, mau kaya atau miskin, mau pemerintah atau rakyat biasa, 
harus tunduk pada aturan dan hukum yang berlaku.

sudah saatnya tidak ada toleransi kepada pelanggaran hukum dan kunci dari 
penegakan hukum ada pada para penegak hukum.

Eric Soesilo
[EMAIL PROTECTED]

Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: toniy76 <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 29 Jul 2008 10:42:44
To: <Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, 
Sopir jadi Korban


wuih ...serem benr comentnya om susilo ...saya dekat dengan aparat
Kepolisian, commeent tsb harusnya diliat dari sisi universal dan bukan
cm skeptis aja  , para aparat yang digaris dpn tersebut mrk hanya
menjlankan tugas dan sedikit beraplikasi dengan kondisi yang ada,
inipun dikarenakan dengan ketrbatasan penghasilan yang mereka dapat
dari pekerjaan resmi yang notabene menegakan hukum dan dilingkari
godaan   yang sangat menggoda, mohon dipahami pula aplikasi negatif
yang dilakukan para parat polri khususnya yang bertgas dilapangan
hanya sekedar "needy" dan bukan "greedy" seperti layaknya mr Hamka
yamdu, mr kaban dan mr suzetta CS yang jika mereka tidak terima uang
itupun  akan tetap bisa mereka jalan2 keluar negeri atau memberi uang
jajan anaknya sebesar gaji polisi sebulan setiap hari, smg tangaan ini
  bisa memberikan masukan buat para senior FPK sehingga dapat
mengahsilkan pencerahan pula buat kondisi kenyamanan masyarakat dan
juga Polri khususnya..

regards
mr toniy
busy smile

Kirim email ke