Oleh Ki Supriyoko
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/11/00341736/mengelola.anak.cerdas.indonesia



Khusus untuk anak-anak kita yang berprestasi cemerlang, yang telah
mengharumkan nama bangsa dan negara dengan meraih medali emas dalam
olimpiade berbagai cabang ilmu pengetahuan tingkat internasional,
pemerintah akan memberikan beasiswa.

Beasiswa itu dimaksudkan menuntut ilmu di universitas mana pun di
seluruh dunia sampai mencapai gelar doktor.

Kita patut bersyukur, pada tahun 2007 kontingen Indonesia berhasil
memperoleh 51 medali emas dari berbagai olimpiade sains internasional.
Suatu prestasi yang cemerlang dan membanggakan.

Kalimat itu secara eksplisit dinyatakan Presiden Yudhoyono saat
menyampaikan pidato kenegaraan dan keterangan pemerintah atas
rancangan undang- undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun anggaran 2009 beserta nota keuangan pada 15 Agustus 2008.

Apabila dicermati secara teliti dalam sejarah pidato kenegaraan
presiden RI, pengakuan terhadap prestasi internasional anak cerdas
Indonesia baru pertama kali terjadi. Apalagi menghadirkan anak-anak
cerdas pada acara resmi pidato kenegaraan juga belum pernah dilakukan
selama ini; terkecuali pada momentum 15 Agustus 2008.

Kaya anak cerdas

Jika diukur dengan pencapaian medali dalam momentum olimpiade
internasional, sebenarnya kita memiliki banyak anak cerdas. Kita
selalu mampu meraih medali emas, perak, atau perunggu dalam setiap
momentum, seperti International Mathematical Olympiad (IMO),
International Physics Olympiad (IPhO), International Biology Olympiad
(IBO), International Chemistry Olympiad (IChO), dan International
Astronomy Olympiad (IAO).

Peraihan medali oleh anak Indonesia ternyata cukup merata; dari SD,
SMP, hingga SMA.

Di satuan SD, anak kita berhasil mengharumkan nama bangsa dalam forum
Primary Mathematics World Contest (PMWC) 2006 di Hongkong. Dalam forum
ini anak Indonesia, Jennifer Santosa, meraih medali emas selain
mendapat predikat Honour for Individual Performance. Anak Indonesia
lainnya, Ivan Wangsa, meraih medali perunggu dan predikat Third Class
Honour for Individual Performance.

Pada satuan SMP anak-anak berjaya dalam forum The 2nd International
Junior Science Olympiad (IJSO) yang diselenggarakan di
Yogyakarta-Indonesia pada 5-13 Desember 2005. Di dalam forum ini
anak-anak berhasil meraih enam medali emas, empat medali perak, dan
dua medali perunggu. Momentum yang diikuti ratusan siswa dari 34
negara itu salah satu anggota delegasi Indonesia, Yoshua Michael
Maranatha, berhasil meraih trofi Absolute Winner (pemenang sejati)
setelah mendapat nilai tertinggi dan keluar sebagai The Best Theory.

Apakah prestasi itu diraih karena penyelenggaraannya di ”kampung”
sendiri? Tidak! Ketika IJSO ke-3 diselenggarakan pada 3-12 Desember
2006 di Sao Paulo, Brasilia, pun, anak Indonesia kembali berjaya. Kita
berhasil menyabet dua medali emas atas nama Kevin Nangoi dan Fernaldo
Richtiar Winnerdy; tiga medali perak atas nama Aga Krisnandha, Kevin
Soejatmiko, dan Ivana Polim; serta satu medali perunggu atas nama Rais
Bachtiar.

Bagaimana dengan satuan SMA? Pada satuan ini pun, banyak siswa
Indonesia berjaya. Ketika diselenggarakan International Physics
Olympiad (IPhO) pada 8-17 Juli 2006 di Singapura, para siswa berhasil
mengumpulkan empat emas atas nama Jonathan Pradana Mailoa, Pangus Ho,
Irwan Ade Putra, dan Andy Octavian Latief; serta satu medali perak
atas nama Firman-syah Kasim. Pada forum yang diikuti 386 peserta dari
84 negara ini delegasi Indonesia berhasil menjadi juara umum. Wajar
jika anak- anak pengharum nama bangsa ini begitu tiba di Tanah Air
langsung diterima Presiden Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan
beberapa menteri.

Prestasi bagus itu juga terjadi di forum olimpiade lain, misalnya
dalam International Astronomy Olympiad (IAO), 29 September-7 Oktober
2007 di Simeiz, Ukraina. Pada acara itu, anak Indonesia berjaya atas
nama Zefrizal Nanda Mardani (emas), Veena Salim (perunggu), dan Anas
Maulidi Utama (perunggu).

Dalam International Mathematical Olympiad (IMO), 10-22 Juli 2008 di
Madrid, Spanyol, anak Indonesia berjaya atas nama Andreas Dwi Maryanto
Gunawan (perak), Aldrian Obaja Muis (perunggu), dan Fahmi Fuady
(perunggu).

”Reward” yang tepat

Terlepas dari sejauh mana representativitasnya terhadap anak Indonesia
umumnya, yang jelas kita memiliki anak-anak cerdas yang terbukti
berhasil mengharumkan bangsa Indonesia. Janji Presiden Yudhoyono untuk
memberikan beasiswa kepada mereka guna menuntut ilmu di universitas
mana pun di seluruh dunia sampai mencapai gelar doktor merupakan
reward yang tepat.

Kita harus jujur, hingga kini pendidikan tinggi merupakan sesuatu yang
”mahal” bagi kebanyakan rakyat Indonesia, apalagi sampai strata S-3
alias doktor. Mengambil program doktor di luar negeri, apalagi di
perguruan tinggi berkelas internasional (world class university),
merupakan impian yang hampir tidak mungkin diwujudkan.

Meski pemberian beasiswa kepada anak-anak cerdas itu amat tepat,
tetapi harus disertai ikatan, berupa kesanggupan untuk mengamalkan
ilmu yang diperolehnya bagi kemajuan bangsa Indonesia. Hal ini untuk
mengantisipasi jangan sampai setelah selesai pendidikan doktor kelak,
anak-anak itu ”melarikan” diri, menjual kecerdasan dan ilmu yang
diperolehnya bagi kepentingan bangsa lain.

Kita bangga memiliki anak- anak cerdas Indonesia. Namun, kebanggaan
ini perlu didukung sistem pengelolaan yang profesional, baik untuk
kepentingan anak-anak cerdas itu sendiri maupun bangsa.
Ki Supriyoko Sekretaris Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan Indonesia

Kirim email ke