Menarik sekali pendapat Dian W. Logikanya, Indonesia menjadi 
strategis bukan karena terjadi perubahan kepala negara/pemerintahan 
di AS (baca: negeri orang)yg kebetulan Obama dgn masa kecilnya pernah 
tinggal beberapa waktu lamanya di Jakarta, melainkan Indonesia 
sendiri yg harus membuat dirinya menjadi strategis.

Kalaulah Indonesia dianalogikan seorang gadis, dia harus sering 
mandi, bersolek, dan banyak membaca shg luas pengetahuannya. Dgn 
begitu pasti banyak pemuda yg meliriknya.

Seandainya, (big IF) Obama mau menggunakan kartu "masa kecilnya di 
Jakarta" itu utk menggaet rasa simpati orang Indonesia, boleh jadi 
dia akan berhasil. Persoalannya, apa yg diharapkan atau diincar AS 
dari atau utk dilakukan Indonesia bagi kepentingan AS? Sebaliknya, 
kepentingan apa pula yg diharapkan Indonesia dari AS?

Mesin hitung yg bekerja. Selebihnya hanya cerita dalam kemasan 
diplomasi yg kelihatannya agung.


sg



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus 
Hamonangan" <agushamonan...@...> wrote:
>
> Oleh Dian Wirengjurit
> 
> http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/19/00062350/
indonesia.mitra.strategis.as
> 
> 
> 
> Bagi kalangan romantis-nostalgik, pelantikan Barack Obama sebagai
> presiden AS ke-44 besok (20/1/2009) dinilai akan menjadi babak baru
> hubungan Indonesia-AS.
> 
> Sebagai anak dari "seorang ayah Kenya dan ibu kulit putih asal 
Kansas
> dan sebagian hidupnya dilewati di Indonesia", seperti kata Michelle
> Obama, cukup wajar jika kalangan ini berharap banyak. Dengan latar
> belakang itu pula diharapkan Obama akan lebih sensitif terhadap
> aspirasi negara berkembang, termasuk Indonesia. Di bawah Obama,
> diharapkan Indonesia akan menjadi strategic partner AS di Asia. Akan
> tetapi, benarkah Indonesia merupakan mitra strategis AS?
> 
> Posisi Indonesia?
> 
> Selama ini kita senantiasa berpegang pada modalitas bahwa Indonesia
> merupakan negara penting dan strategis secara geografis karena
> terletak di antara dua benua dan dua samudra. Secara demografis,
> karena memiliki jumlah penduduk keempat terbanyak di dunia. Secara
> ekonomis, karena memiliki kekayaan alam melimpah. Dan, secara 
politis,
> karena merupakan negara demokrasi ketiga terbesar dan memiliki
> penduduk Muslim terbanyak. Tetapi, sudahkah kita menikmati segala
> kelebihan itu?
> 
> Secara geografis, misalnya, Singapura telah memanfaatkan letak
> strategisnya di antara dua benua dan dua lautan untuk menjadi hub
> utama antara kedua kawasan dan menjadi kekuatan ekonomi Asia;
> sementara Batam dan Tanjung Priok masih sebagai pelengkap.
> 
> Secara ekonomis, Malaysia lebih merasakan manfaat kayu dari dan
> investasi kelapa sawit di Indonesia tanpa merusak hutan tropisnya,
> sementara hutan kita rusak dan kita pula yang menanggung dampak
> negatifnya. Secara demografis, banyaknya penduduk membuka pasar.
> Sayang justru Vietnam dan China yang memanfaatkan pasar itu.
> 
> Secara politis, sebagai negara yang penduduknya dianggap sebagai 
Islam
> moderat, Indonesia berperan besar dalam memerangi terorisme
> internasional. Namun, lagi-lagi itu karena kita menjadi lahan dan
> sasaran. Selain itu, di mana kelebihan moderasi kita jika inisiatif
> dialog antaragama justru datang dari negara seperti Arab Saudi yang
> dominasi paham fundamentalis Wahabi-nya keras?
> 
> Partai Demokrat
> 
> Indikasi awal posisi Indonesia bagi Presiden Obama dapat dilihat di
> platform Partai Demokrat 2008. Dalam platform itu ditegaskan tujuh
> fokus strategi AS, antara lain mengakhiri perang Irak, menghancurkan
> Al Qaeda, merevitalisasi militer, memperbarui kemitraan dalam
> keamanan, dan memajukan demokrasi.
> 
> Dalam platform itu juga dapat dilihat negara mana yang dianggap 
mitra
> strategis AS. Dalam platform itu Indonesia memang disebut dua 
kali(!),
> bukan sebagai mitra strategis, tetapi terkait dengan flu burung.
> 
> Bagi AS, Eropa tetap merupakan indispensable partner dengan NATO
> sebagai tulang punggungnya. Dalam kaitan ini, AS menekankan 
pentingnya
> menjaga kemitraan strategis Turki. Di Asia, Thailand dan Filipina
> jelas disebut sebagai allies bersama Jepang, Korea Selatan, dan
> Australia, sementara India merupakan strategic allies dan vital
> democratic partner. Selain itu, newly emerging powers, di mana AS
> ingin mengembangkan effective collaboration-nya, adalah China, 
Rusia,
> India, Brasil, Nigeria, dan Afrika Selatan! Bahkan, seandainya John
> McCain yang memenangi pemilihan, platform Partai Republik sama 
sekali
> tidak menyebut nama Indonesia.
> 
> Tambahan pula, meski merupakan sejarah baru, tidak ada keistimewaan
> dari terpilihnya Obama sebagai presiden berdarah Afrika-Amerika
> pertama. Obama dibesarkan pada era demokrasi yang sudah berkembang 
di
> AS. Mungkin akan lain maknanya jika Obama terpilih pada masa Martin
> Luther King atau Rosa Parks. Terpilihnya Nelson Mandela menjadi
> Presiden Afrika Selatan tahun 1994 lebih historik dan monumental!
> Sebagai Presiden AS, Obama tentu tetap mendasarkan kebijakannya pada
> platform partai dan tuntutan konstituennya.
> 
> Di mana posisi Indonesia
> 
> Jika selama ini kita sering mendengar pujian bahwa Indonesia adalah
> negara besar dan strategis, perlu diingat pernyataan itu lazim dalam
> diplomasi. Negara mana pun, termasuk Brunei atau Vanuatu pun, pasti
> akan dianggap penting dalam hubungan diplomasi. Ada benarnya yang
> dikatakan Duta Besar AS Cameron Hume di Departemen Luar Negeri,
> November lalu, bahwa untuk menjadi mitra strategis, yang diperlukan
> adalah bagaimana strateginya? AS akan menjalin kemitraan strategis
> jika negara itu telah menunjukkan diri sebagai negara demokrasi yang
> kuat, stabil, dan sesuai dengan kepentingannya.
> 
> Bagi Indonesia, bagaimana strategi untuk memanfaatkan segala
> potensinya sehingga benar- benar menjadi negara kuat dan stabil.
> Artinya, jika segala potensi yang dimiliki itu telah benar-benar
> digarap, dikelola, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, Indonesia akan
> menjadi negara penting. Saat itulah Indonesia akan dianggap sebagai
> mitra strategis oleh siapa pun, bukan hanya AS. Dan, bukan pula 
karena
> terpilihnya seorang Obama!
> 
> Dian Wirengjurit Pemerhati Masalah Internasional
>


Kirim email ke