singapura konkrit memburu dan memberikan bea siswa 120-an juta. 
kita cuma baru memberi apresiasi, seperti kata direktur pembinaan sma, sungkowo.


--- On Sun, 4/19/09, Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id> wrote:

From: Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id>
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Singapura Buru Siswa Brilian
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Sunday, April 19, 2009, 6:43 PM











    
            
            


      
      http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/04/20/ 02561474/ singapura. 
buru.siswa. brilian



Singapura, Kompas - Indonesia kurang memberikan perhatian kepada siswa-siswa 
brilian, termasuk para juara olimpiade internasional. Pemerintah hanya 
memberikan fasilitas masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes dan siswa 
bersangkutan dijanjikan akan diberikan beasiswa.



Singapura justru lebih agresif dengan memburu siswa-siswa brilian ke sejumlah 
sekolah di Indonesia lewat agennya yang tersebar di sejumlah kota, seperti 
Jakarta, Surabaya, dan Medan. Di Jakarta, siswa genius yang diincar antara lain 
yang bersekolah di SMAN 8, SMAN 28, SMAK 1 BPK Penabur, Santa Ursula, dan 
Kanisius.



Selain menawarkan kuliah di perguruan tinggi terkemuka di Singapura, 
siswa-siswa brilian juga dijanjikan fasilitas yang menggiurkan.



Selain beasiswa, siswa cerdas juga ditawari subsidi biaya kuliah (tuition 
grant) dari Pemerintah Singapura sebesar 15.000 dollar Singapura (sekitar Rp 
112,5 juta per tahun) atau pinjaman bank tanpa agunan untuk biaya kuliah. Jika 
siswa mengambil pinjaman bank, cicilan pinjamannya dibayar setelah mereka 
bekerja.



Setidaknya 250-300 siswa brilian asal Indonesia setiap tahun berangkat ke 
Singapura untuk kuliah di perguruan tinggi top kelas dunia. Mereka kuliah di 
Nanyang Technological University, National University of Singapore, dan 
Singapore Management University.



Sekretaris I Bidang Informasi, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar Indonesia 
untuk Singapura GH Mulyana mengatakan, dari total pelajar dan mahasiswa 
Indonesia di Singapura sebanyak 18.341 orang, sekitar 5.448 orang di antaranya 
sedang mengambil S-1, S-2, dan S-3 di berbagai program studi.



Ditawari beasiswa



Sejumlah siswa peraih olimpiade internasional di Tanah Air mengaku didatangi 
perwakilan dari Nanyang Technological University sejak 2008. Perguruan tinggi 
tersebut menawarkan bebas tes masuk, beasiswa pendidikan, dan ikatan kerja 
selama tiga tahun di perusahaan Singapura.



Adapun dari Pemerintah Indonesia, mereka baru mendapat pemberitahuan dari 
Departemen Pendidikan Nasional pada awal 2009 untuk mengirimkan data dan 
pilihan perguruan tinggi yang diinginkan.



"Baru dibilang ada fasilitas bebas tes masuk PTN, tapi beasiswa masih belum 
tahu," kata seorang siswa juara olimpiade tingkat Asia dan internasional.



Peserta Olimpiade Kimia Internasional 2006, Adhi Kurnianto, memutuskan belajar 
di Singapura setelah tim dari Nanyang Technological University datang dan 
melakukan presentasi di sekolah lamanya di SMAK 1 BPK Penabur Jakarta.



Wahyu Saputra dari SMA Sutomo Medan, yang pernah mengikuti Olimpiade Matematika 
Tingkat Provinsi Sumatera Utara, belajar Kimia dan Biomolekuler di Nanyang 
Technological University dengan tuition grant.



Pascal Gekko, peraih medali emas bidang komputer SMA pada Olimpiade Sains 
Nasional, memutuskan untuk masuk National University of Singapore. Ia 
mengatakan, universitas- universitas di Singapura jauh lebih agresif dalam 
menawarkan kesempatan kepada siswa berprestasi ketimbang perguruan tinggi 
negeri di Tanah Air.



Seleksi sangat ketat



Untuk kuliah di Singapura, ketiga perguruan tinggi tersebut melakukan seleksi 
sangat ketat. "Universitas kami hanya menerima mahasiswa terbaik," kata 
Director Office of Admissions National University of Singapore R Rajaram.



Universitas yang masuk peringkat ke-30 dunia dalam pemeringkatan Times Higher 
Education 2008 tersebut



menerima sekitar 6.500 mahasiswa baru setiap tahun, dengan 20 persen di 
antaranya mahasiswa internasional.



Mahasiswa baru asal Indonesia berjumlah 80-100 orang per tahun. Menurut 
Rajaram, pelajar dari Indonesia termasuk populasi terbesar setelah China dan 
Malaysia.



Di Nanyang Technological University, yang termasuk peringkat ke-77 dalam daftar 
Times Higher Education 2008, setiap tahun ada 100-150 mahasiswa baru asal 
Indonesia.



"Seleksi biasanya dilakukan di sejumlah kota di Indonesia," kata Ketua 
Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Nanyang Technological University Budi 
Raharjo Santoso.



Singapore Management University juga menerima banyak mahasiswa asal Indonesia. 
"Calon mahasiswa baru diseleksi dan diwawancara, " kata Abel Sim, Assistant 
Director Office of Undergraduate Admissions Singapore Management University.



Jika lolos seleksi, menurut Rajaram, calon mahasiswa asing semuanya ditawari 
tuition grant dari Pemerintah Singapura yang besarannya sekitar 15.000 dollar 
Singapura atau sekitar Rp 112,5 juta per tahun.



"Sebagai balasan, mereka diharapkan bekerja untuk perusahaan yang terdaftar di 
Singapura atau perusahaan Singapura di seluruh dunia. Yang diminta bukan uang 
ganti rugi, tetapi kontribusi terhadap pembangunan di Singapura," ujarnya.



Sisa biaya yang harus ditanggung mahasiswa internasional sekitar 9.000 dollar 
Singapura atau sekitar Rp 67,5 juta. Itu pun mahasiswa tidak perlu bingung. 
Mereka dapat mengajukan tuition loan atau pinjaman ke bank yang juga berlokasi 
di kampus.



Pinjaman tidak dikenai bunga selama masih berkuliah. Setelah lulus, mereka 
masih diberikan waktu enam bulan untuk mencari pekerjaan dan setelah itu baru 
bunga pinjaman dihitung. Waktu pembayaran pinjaman bisa mencapai 20 tahun.



"Guarantor-nya tidak perlu orangtua atau saudara. Yang penting kenal. Mudah 
sekali," kata seorang mahasiswa asal Indonesia yang mengambil skema tuition 
grant dan tuition loan.



Aksi Singapura merekrut mahasiswa brilian bukan hal baru. Mengutip artikel 
"Singapore's Failing Bid for Brainpower" yang dipublikasi Far Eastern Economic 
Review terbitan Oktober 2007, Singapura menargetkan merekrut 150.000 mahasiswa 
asing hingga tahun 2015. Ambisi itu bagian dari cepatnya pertumbuhan 
globalisasi pendidikan.



Tri Turtury Meswary, Assistant Manager Education Services Eastern 
Indonesia-Internati onal Operation, mengatakan, tren melanjutkan pendidikan 
strata satu ke Singapura meningkat 10-15 persen setiap tahun.



Direktur Pembinaan SMA Departemen Pendidikan Nasional Sungkowo Mudjiamanu, 
Minggu (19/4), mengatakan, pemerintah sudah berupaya memberikan apresiasi 
terhadap siswa cerdas berprestasi.



Anak yang berprestasi dalam arti memperoleh medali emas, perak, dan perunggu, 
di berbagai olimpiade keilmuan di level nasional dan masih duduk di bangku SMA 
diberikan beasiswa Rp 3,6 juta per tahun mulai tahun 2009. "Angka itu sudah 
jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya Rp 65.000 per bulan," 
ujarnya.



Pengamat pendidikan dan pengajar di Universitas Negeri Jakarta, Lodi Paat, 
mengatakan, siswa tidak bisa disalahkan saat akan belajar dan bekerja di 
Singapura dengan fasilitas Pemerintah Singapura.



"Yang salah Pemerintah Indonesia karena tidak bisa memberikan fasilitas 
pendidikan dan pekerjaan yang layak untuk mereka," kata Lodi Paat.



Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina Hutomo Dananjaya 
mengatakan, pemerintah sering mengeluh kualitas sumber daya rendah, tetapi 
justru anak-anak genius "dibajak" negara lain. (INE)




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke