Antasari punya dua "dosa besar" yang tak dapat diampuni oleh para penguasa negeri: 1) menjebloskan besan R.I. 1 ke penjara, dan 2) mengancam akan memeriksa kecurangan dalam KPU, yang ditakutkan bisa membatalkan hasil Pemilu. Makanya, dengan segala cara, Antasari harus "dihabisi".
manneke From: Gunawan Setyadi <demang....@gmail.com> Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Jaksa Urip dan Musuh Antasari Bersorak To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Received: Tuesday, May 5, 2009, 4:02 AM Waduh.. waduh.. Waduh.. ini kok pada main syukur-syukuran untuk musibah yang menimpa orang lain? Terjaringnya bapak Antasari Azhar sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Nazrudin Zulkarnaen ternyata membuat "gembira sebagian kalangan", seperti yang terkabar dimedia cetak Kompas. Mereka begitu gembira seolah-olah tercapailah hajat yang selama ini mereka idamkan. Saya tidak tahu, apakah kegembiraan mereka karena "dendam" yang ada dilubuk hati, atau karena mereka akan mendapat "teman" baru yang senasib dan sepenanggungan untuk sama-sama menikmati hukum dunia? Bila mereka merasa dendam pada pribadi bapak Antasari, barangkali karena mereka pernah merasa "sakit hati" akibat ulah bapak Antasari, tetapi bisa juga mereka berbahagia karena mendapat teman baru, apalagi "teman baru itu" yang pernah membuat hidup mereka merana. Tentu mereka gembira dengan masalah yang menimpa bapak Antasari, agar bapak Antasari juga ikut merasakan betapa pedihnya hati mereka mendapat hukum dunia. Salah seorang "kalangan yang bergembira" dengan terjaringnya bapak Antasari adalah bapak Urip Tri Gunawan. Kita semua tahu, persoalan apa yang pernah menimpa beliau. "Itu karma bagi orang yang berkehendak zalim terhadap diri saya," begitu kata beliau."Masak saya dituntut dan dihukum 20 tahun, salah saya apa. Saya merasa dizalimi. Tidak ada satu pun uang negara yang saya korupsi, tapi saya divonis begitu berat" keluh bapak Urip. Tentu saja bapak Urip merasa tidak korupsi, lha wong belum sempat menikmati sudah keburu tertangkap KPK, ada-ada saja bapak Urip ini. "Benar-benar jahat si Antasari pada saya, awas nanti kalau ketahuan belangnya, akan saya ajak main-main bareng saya" begitu barangkali gerutu bapak Urip, ketika baru tertangkap KPK yang saat itu dipimpin oleh bapak Antasari. Kalangan lain yang bergembira dengan terjaringnya bapak Antasari al: bapak Aulia T Pohan, Hamka Yandu, Maman Soemantri, Rusli Simanjutak, Al Amin Nasution dll. Bapak-bapak ini pernah merasakan hebatnya sepak terjang KPK yang dipimpin bapak Antasari. Selain bapak-bapak ini barangkali ada kalangan lain yang juga turut "bergembira" , bisa perseorangan, badan atau kalangan pecundang yang tidak ridlo dengan "prestasi" KPK selama ini. Tentu mereka tidak suka dengan KPK karena kepentingan mereka akan terganggu dengan superioritas KPK. Sebagai bagian dari warga negara ini, kita justru merasa prihatin dengan permasalahan ini. Bukan prihatin pada bapak Antasari pribadi, yang bila benar beliau terbukti bersalah, maka sudah selayaknya beliau menerima konsekwensinya, akan tetapi prihatin pada KPK sebagai lembaga negara, serta dunia hukum negeri ini. KPK adalah salah satu lembaga penegak hukum, yang prestasinya sudah pantas diacungi jempol. Sudah banyak pejabat negara yang merasakan kekuatan jotosannya, sampai terkapar masuk sal rumah sakit eh sel penjara. Bila KPK saja sudah dikotori oleh oknum-oknumnya, lalu dengan apa lagi kita akan menegakan hukum? Rakyat dibuat bingung dengan permainan-permainan nan canggih dari para punggawa-punggawa negeri ini. Urusan hukum dibuat permainan, seperti membuat sinetron TV yang tidak ada penyelesaianya. Semua lembaga negara menjadi kotor. Urusan hukum yang seyogyanya dikerjakan oleh pejabat yang paham hukum, namun justru ditangani oleh pejabat pelanggar hukum. "Menyapu lantai kotor dengan sapu yang kotor tentu akan bertambah kotor lantai" begitu kata pepatah, jadi harus dengan sapu yang bersih. Ini diibaratkan bahwa untuk menegakan hukum, tentu harus dikerjakan oleh orang/badan yang paham hukum, bersih serta memiliki kuasa. Tidak perlu bersih seperti malaikat, tetapi setidaknya memiliki idealisme, kecerdasan mental serta spiritual yang cukup, tidak gampang silau disodori cek milyaran apalagi gadis muda yang pantas menjadi anaknya. Okelah, bapak Antasari sedang tertimpa musibah, kita prihatin melihat drama ini, barangkali sebagai manusia biasa beliau tidak tahan dengan godaan yang selalu menggoda. Tetapi kita prihatin dengan kenyataan, bahwa kita selalu disodori drama- drama dengan cerita yang selalu sama, pejabat yang tega mengkianati amanat yang jadi tanggung-jawabnya. Adakah pribadi-pribadi kuat dinegeri ini, yang sangat peduli dengan kemaslahatan umat serta negara, menjunjung tinggi keadilan serta kebenaran, serta memiliki idealisme? Kita hanya berharap semoga, alam bawah sadar para pemimpin kita, masih memiliki idealisme untuk menjaga amanah yang diberikan oleh bangsa dan negara. Hukum sebagai tiang negara, harus dijaga dengan konsekwen. Sedang para cecunguk negara, seperti bapak Urip biarkan saja saling mentertawakan, mereka sedang berbahagia karena akan bertemu dengan kawan senasib. Salam.. [Non-text portions of this message have been removed] __________________________________________________________________ Yahoo! Canada Toolbar: Search from anywhere on the web, and bookmark your favourite sites. Download it now http://ca.toolbar.yahoo.com. [Non-text portions of this message have been removed]