Trims postingan Pak Suryopratomo.
Sekarang Papua sedang bergolak.

Saya tantang pemerintahan SBY-Budiono dan semua pendukungnya di milis ini untuk 
menyelesaikan secara tuntas, sama halnya dengan hasil kerja JK yang menuntaskan 
konflik Ambon, Poso dan Aceh.

Muslimin B.Putra

--- Pada Sel, 14/7/09, Suryopratomo <suryo_prat...@yahoo.com> menulis:

Dari: Suryopratomo <suryo_prat...@yahoo.com>
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Jangan Anggap Sepele Papua
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 14 Juli, 2009, 8:35 PM

















      Jangan Anggap Sepele Papua

Rabu, 14 Juli 2009 16:44 WIB



Kasus penembakan yang menewaskan seorang karyawan PT Freeport asal Australia, 
Drew Nicholas Grant (38),  di kawasan lokasi pertambangan di Timika, Papua, 
akhir pekan lalu membukakan mata kita bahwa ada persoalan yang belum bisa kita 
selesaikan di

wilayah Indonesia paling Timur tersebut.



Tahun 2002 peristiwa yang hampir sama terjadi juga di sana. Ketika itu terjadi 
penembakan yang dilakukan kelompok Organisasi Papua Merdeka pimpinan Antonius 
Wamang terhadap dua orang guru asal Amerika Serikat, yang kebetulan sedang 
berada di Timika.

Tepatlah apabila pemerintah segera memberikan perhatian khusus terhadap kasus 
ini. Bukan hanya karena ada tindakan kejahatan dengan menggunakan senjata api, 
tetapi yang menjadi korban juga adalah warga negara asing. Ini akan berpengaruh 
terhadap citra keamanan Indonesia di mata internasional.



Sejak lama Papua memang menjadi hotspot bagi kita. Selalu dimunculkan kesan 
bahwa daerah itu masih bergolak dan kita tidak mampu untuk menanganinya secara 
baik. Dan berbagai peristiwa yang membenarkan persepsi itu memang selalu saja 
terjadi.



Internasionalisasi setiap persoalan yang terjadi di Papua juga sangatlah kuat. 
Meski secara resmi baik Amerika Serikat ataupun Australia selalu menghormati 
kedaulatan Indonesia, namun di sisi lain mereka selalu terlibat dalam persoalan 
di Papua. Salah satunya dilakukan anggota Kongres AS, Eny Faleomavaega yang 
terus

menyuarakan perlunya diberikan hak referendum bagi masyarakat Papua untuk tetap 
bergabung dengan Indonesia atau memisahkan diri.



Persoalannya tidak bisa dilepaskan dari motif ekonomi. Papua adalah tanah yang 
sangat kaya dengan sumber daya alam. Berbagai jenis tambang dan mineral 
tersimpan di dalamnya. PT Freeport sejauh ini sudah menikmatinya dengan dua 
gunung emas dan

juga tembaga yang sudah berhasil keruk selama berpuluh-puluh tahun.



Diyakini masih banyak gunung-gunung yang lain, yang menyimpan harta karun yang 
tidak ternilai harganya.Atas dasar itu memang kita tidak boleh membiarkan 
gejolak sekecil apa pun terjadi di sana. Itu bukan hanya penting bagi 
penciptaan kedamaian dan ketenteraman untuk saudara-saudara  kita yang tinggal 
di Tanah Papua, tetapi juga untuk tidak memberi kesempatan kepada kepentingan 
asing menggoyah kedaulatan negara kita.



Berbagai peluang sekecil apa pun yang terjadi di Papua selalu dijadikan pintu 
bagi kepentingan itu untuk masuk dan makin menggoyahkan Papua. Dalam kasus 
terakhir misalnya, pihak Kepolisian Australia meminta izin untuk mengirimkan 
anggotanya

melakukan penyidikan ke Papua. Anehnya, dengan mudah kita memberikan izin, 
padahal di sisi lain itu menunjukkan ketidakmampuan kita untuk menegakkan hukum 
secara

mandiri.



Seperti halnya mereka yang tidak akan pernah membiarkan polisi kita melakukan 
penyidikan ke Australia, seharusnya kita tidak mengizinkan mereka untuk datang 
ke sini. Sebaliknya kita tunjukkan profesionalitas kepolisian kita untuk bisa 
menangani

setiap kasus hukum yang terjadi di negara ini dengan baik dan bahkan aparat 
hukum yang lain dijamin akan bisa menegakkan aturan secara tegas.



Di sinilah memang inti persoalan yang kita hadapi. Meski sudah 64 tahun 
merdeka, namun kita belum juga mampu menyelenggarakan kehidupan bernegara 
secara baik. Kita belum mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat 
Indonesia. Termasuk kepada

mereka yang tinggal di Papua.



Jujur harus kita katakan bahwa kehidupan saudara kita di Papua jauh tertinggal 
di bandingkan daerah lain. Kita harus mengakui bahwa kita kurang memberikan 
perhatian terhadap saudara-saudara di Papua. Kita baru tersadar untuk 
memperhatikan mereka

ketika ada persoalan yang terjadi di sana. Pemerintah daerah yang seharusnya 
menjadi wakil dari pemerintah pusat tidak cukup

menunjukkan keberadaannya di sana.



Besarnya dana yang diberikan kepada Papua untuk pembangunan tidak terlaksanakan 
dengan optimal, sehingga belum mampu untuk

menyejahterakan masyarakat di sana.



Kita harus mengubah cara pendekatan untuk bisa mengangkat masyarakat Papua agar 
paling tidak sama dengan masyarakat yang tinggal di daerah lain. Kita harus 
kerahkan putra-putra terbaik bangsa untuk memikirkan cara membangun Papua yang 
lebih beradab dan lebih menyejahterakan.



Cara yang kita terapkan sekarang jelas tidak akan bisa mengangkat 
ketertinggalan Papua. Kalau kita tidak mengubahnya, maka berbagai persoalan 
yang lebih pelik akan muncul di sana dan itu bisa membahayakan keutuhan 
nasional.



Kita jangan main-main dengan persoalan di Papua. Karena begitu banyak 
kepentingan yang berkumpul di sana dan salah-salah kita menanganinya maka 
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang akan menjadi taruhannya. (suryopratomo@ 
metrotvnews. com)

Kirim email ke