Bangsa ini butu pemimpin yang bisa menggerakkan
seluruh potensi bangsanya bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, seperti diamantkan oleh
pembukaan UUD 1945.

Sesimpel itu.





ajeg wrote:
>  
>
>
> Kalau yang dimaksud 'raga' adalah kulit, kemasan, bungkus, bisa 
> dimengerti soal "amburadul" kemarin itu. Bangsa ini memang tidak butuh 
> negara dengan pemimpin yang seolah-olah beradab (berjas lengkap ala 
> seragam mafia) tapi tega membohongi rakyat dan, dengan sendirinya, 
> membohongi diri sendiri.
>
> Bangsa ini cukup dipimpin orang-orang yang mengerti budaya bangsanya 
> dan mau memajukan peradaban manusia kendati dia punya "tongkrongan" 
> sungguh amburadul, tidak senecis pemimpin di halaman-1.
>
> Sedangkan negara sebagai institusi, sebagai "wadah & wajah" bangsa, 
> tidak boleh dibiarkan menjadi organisasi yang amburadul. Bagaimanapun, 
> kerja budaya bangsa ini butuh administrasi yang rapi untuk mengukur 
> kekuatan, kelemahan, dan perkembangan budaya serta peradaban bangsa.
>
> Tanpa administrasi yang rapi maka kerja budaya bangsa ini hanya 
> berputar-putar tanpa arah. Persis pemain PSSI yang secara teknis punya 
> ketrampilan baik, tapi cuma berputar-putar di seantero lapangan. Lupa 
> di mana letak gawang lawan. Atau, lebih buruk lagi, secara 
> terorganisir menyangka tindakan bodoh sebagai perilaku pintar seperti 
> ini:
>
> http://www.youtube.com/watch?v=zokUPp_nj_c 
> <http://www.youtube.com/watch?v=zokUPp_nj_c>
>
> Indonesia (putih, kanan) vs Thailand.
> Kedua tim berusaha menghindari bertemu tuan rumah Vietnam di 
> semi-final Piala Tiger 1998. Hanya saja strategi / cara yang dilakukan 
> PSSI sungguh sangat bodoh, "mengalah" dengan bikin gol bunuh diri yang 
> dirayakan dengan tepuk tangan pula!
>
> ajeg=

Kirim email ke