Presiden Fiji saja menjadi target pembunuhan.
--- On Fri, 8/14/09, Arya Gunawan <arya.guna...@gmail.com> wrote: > From: Arya Gunawan <arya.guna...@gmail.com> > Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Benarkah Ada Rencana Teroris Membunuh > Presiden SBY? > To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Date: Friday, August 14, 2009, 6:10 AM > Mas Satrio, > Trims untuk postingan Anda. > Persis di pagi Minggu beberapa hari lalu, saya juga sudah > sempat > mengajukan pertanyaan yang mirip ini di beberapa milis, > termasuk milis > FPK ini (di bawah judul "Sederet Pertanyaan tentang > "Keberhasilan" > Polisi di Temanggung dan Bekasi"). Saya punya perkiraan > bahwa butir > terakhir dari alasan/motif yang Anda ajukan itulah yang > agaknya > mengandung kebenaran: > a) ada upaya penggalangan simpati pada SBY (ingat peristiwa > penembakan > yang dialami Presiden Taiwan, Chen Sui Bian, beberapa tahun > silam, > persisnya 19 Maret 2004, saat ia tengah berkampanye dengan > melakukan > pawai di sebuah kota di negeri itu, sehari sebelum > pemungutan suaran > memilih Presiden. Berdasarkan hasil-hasil jajak pendapat > sebelumnya, > Presiden Chen selaku incumbent diperkirakan akan kalah. > Namun insiden > penembakan itu membalikkan keadaan, karena rakyat mendadak > jatuh > simpati kepada Chen akibat insiden penembakan tersebut). > b) ada pihak yang seakan-akan telah berjasa besar karena > berhasil > mencegat rencana kompolotan teroris Jati Asih yang ingin > mengebom > Cikeas itu. Pihak ini akan memetik simpati SBY (dan memang > kemudian > sudah dilontarkan secara resmi dan terbuka, penuh dengan > puja-puji). > Jadi, dengan 2 butir di atas ada semacam tindakan > resiprokal dan > simbiosa mutualisme: polisi melindungi SBY (dan sebagian > masyarakat > kita mungkin percaya penuh pada versi kisah ini lalu kian > jatuh > simpati pada SBY), SBY mengelu-elukan karya besar pihak > kepolisian > itu. Ada pula bonus lain, mungkin: bahwa jika ada > pihak-pihak lain > yang tak suka pada SBY dan berniat melakukan aksi > penentangan dengan > pendekatan kekerasan, harap berpikir seribu kali, sebab > jaringan > teroris yang tampak "kompleks" itu saja berhasil diurai > dengan jernih > oleh polisi. Apalagilah jika ada pendatang baru yang mau > coba-coba > mengadu peruntungan...Jadi, di sini agaknya berlaku pepatah > "sekali > dayung, dua-tiga pulau terlampaui". > > Oh iya, saya tambahi dengan beberapa poin lagi (yang > kayaknya belum > banyak disinggung), yakni: > a) bahwa versi kisah ini dapat juga dipakai oleh pihak > kepolisian, dan > terutama SBY sendiri, sebagai tempat berkelit atas > pernyataan SBY > sebelumnya bahwa dirinya tengah berada dalam ancaman nyata, > clear and > present danger, seperti terpampang dalam foto dirinya yang > terkena > tembakan di sisi kiri wajah itu....Tuh kan, ternyata > ancamannya > benar-benar ada. Bahkan jauh lebih mengerikan, bukan > sekadar jadi > sasaran tembak, melainkan sasaran pengeboman. Luar biasa. > b) mestinya ada satu atau dua media yang melakukan > investigatif > mendalam dan sungguh-sungguh, dengan niat dan tesis utama > mengkonter > jalinan kisah versi polisi ini. Bisa dimulai, misalnya, > dengan mencari > tahu Amir Abdillah (dari sosok inilah pertama kali muncul > banyak > keterangan penting: bahwa dia yang memesan kamar 1808 di > Marriot, > bahwa dia yang mengaku bom di Jati Asih akan dialamatkan ke > SBY). > Apakah tak mungkin media menantang polisi dengan > pertanyaan: "Boleh > kami dapatkan salinan BAP Oom Amir Abdillah ini? Lalu kasih > kami waktu > untuk melakukan wawancara independen dengannya, karena kami > juga punya > sederet pertanyaan yang mungkin luput diajukan oleh pihak > kepolisian." > Pelacakan lain yang perlu juga dilakukan adalah pembuktian > bahwa yang > tewas di Temanggung itu benar-benar Ibrohim. Apakah sejauh > ini ada > pihak lain di luar polisi yang menyaksikan langsung wajah > si mayat? > Apakah ada pihak yang mendapatkan hasil lengkap pemeriksaan > DNA? > Apakah tak bisa wartawan meminta kepada polisi untuk > melakukan > pemeriksaan independen juga? Gali kembali makam Ibrohim, > dapatkan > bagian tubuhnya, lalu dicek silang dengan DNA salah seorang > anaknya? > Kemudian, apakah tidak bisa media mendapatkan rekaman utuh > kamera CCTV > di Marriot dan Ritz Carlton itu, untuk rentang periode > sejak 14 atau > 15 Juli, hingga beberapa hari sesudah kejadian pengeboman > 17 Juli itu. > Dari rekaman utuh ini pastilah banyak sekali bahan berharga > untuk > peliputan investigatif. > > Salam, > Arya Gunawan