http://otomotif.kompas.com/read/xml/2009/08/26/12433653/Mobil.Nasional.Apa.Kabarnya


JAKARTA, KOMPAS.com â€" Di tengah kedigdayaan mobil-mobil Jepang, Eropa, dan 
Korea Selatan, minat membuat kendaraan berlabel “mobnas” alias mobil 
nasional tetap saja bergelora. Bahkan sudah ada yang berani memperkenalkan 
prototipenya kepada masyarakat, antara lain Arina, Gea, Komodo, dan Tawon.

Animo masyarakat terhadap mobil tersebut cukup tinggi, apalagi harga yang 
ditargetkan para pembuatnya sangat terjangkau. Namun, masalah yang dihadapi 
untuk merealisasikannya, mobil tersebut harus melintasi jalan berbatu dan tanah 
licin penuh lubang. Lebih parah lagi, tak ada jembatan menembus jalan beraspal.

Hal tersebut terungkap dari pernyataan Direktur Industri Alat Transportasi 
Darat dan Kedirgantaraan Departemen Perindustrian Panggah Susanto dan Widya 
Aryadi, Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes), yang menyodorkan mobil murah.

Minimal 30 juta dollar AS
Panggah Susanto mengatakan, setiap produsen merek mobnas memerlukan dana 
sedikitnya 30 juta dollar AS untuk membangun fasilitas perakitan. Investasi 
sebesar itu pun hanya untuk perakitan dengan kapasitas 5.000-10.000 unit per 
tahun.

Kenyataan itu dialami Widya Aryadi, yang telah memamerkan prototipe dan 
memperlihatkan kemampuan mobil kecilnya yang diberi nama UPV (Urban Personal 
Vehicle) dengan harga Rp 30 juta.

“Ternyata tak mudah mewujudkan dan membangun industri mobil murah,” 
keluhnya ketika bertemu dengan Kompas.com pada Pameran Kreasi Departemen 
Pendidikan di Jakarta, 11 Agustus lalu.

Padahal, pertengahan Mei 2009, saat mengikuti Pameran Industri Indonesia, Widya 
dan mitranya bersemangat mewujudkan cita-citanya. Maklum, minat masyarakat 
terhadap mobil yang dipamerkannya ketika itu sangat tinggi. Tidak hanya 
konsumen di dalam negeri. “Juga ada pesanan dari Belanda. Mereka minta 1.000 
unit,” ungkap Widya yang ketika itu didampingi Anis Muhammad Mufid, mitranya 
yang bertugas mencari investor.

Waktu itu, Widya juga mengemukakan rencananya untuk memamerkan empat UPV 
terbaru, sekaligus untuk dites oleh pengunjung IIMS 2009 akhir Juli lalu.

Kenyataannya, rencana tersebut kandas. Bekerja sama dengan produsen sepeda 
motor dan kendaraan roda tiga, Viar memasok mesin dan sistem penggerak, 
sementara Uness hanya memamerkan kendaraan kecil paramedik tanpa atap.

Kendaraan kecil yang disebutkan terakhir direncanakan dipakai saat laga MU dan 
Indonesian All Star sebagai feeder bagi pemain yang cedera. Namun, kendaraan 
itu urung tampil gara-gara bom teroris di JW Marriott dan Ritz-Carlton, yang 
menyebabkan MU ciut nyali berekshibisi di Jakarta.

Prototipe yang sempat dipajang di IIMS 2009 ini baru hadir dua hari menjelang 
event ditutup. Tak ada lagi gaung dan masyarakat yang semula berharap bisa 
mencoba mobil tersebut tak kunjung mendapatkan kepastian sampai pameran usai.

Prototipe
“Produk tersebut baru sampai tahap prototipe. Belum sampai ke uji tipe. 
Produsen juga mempertimbangkan, apa mobil tersebut laku dijual atau tidak,” 
seru Panggah di Jakarta, Selasa (25/8) tentang realisasi proyek mobil nasional 
tersebut.

Rektor Uness Prof Dr Sudijono Sastro-Atmodjo juga tak lupa mengomentari mobil 
kecil dan murah yang dikembangkan oleh lembaga yang dipimpinnya itu. “Satu 
generasi (maksudnya satu prototipe) lagi baru bisa diproduksi. Masih banyak 
yang harus diperbaiki,” ungkapnya saat menyaksikan salah satu mobil terakhir 
sedang diperbaiki di Departemen Pendidikan Jakarta.

Ia menambahkan, faktor keselamatan bagi penumpang kendaraan ini harus 
dipikirkan lebih lanjut. “Ini menyangkut nyawa manusia,” ujarnya.

Sementara itu, Widya mengatakan, ia menciptakan kendaraan kecil itu untuk 
mengikuti jejak Tata Motors, raksasa industri mobil India yang menciptakan 
Nano, dari sisi berbeda. “Kalau Tata membuat Nano dengan memperkecil ukuran 
mobil, saya ingin membuat sepeda motor yang dimobilkan. Namun, tetap 
menggunakan empat roda. Tidak tiga roda seperti Bajaj” ungkapnya.

Kenyataannya, kendati banyak yang tertarik terhadap kendaraan iniâ€"berdasarkan 
respons masyarakat ketika Kompas.com mengulas kreasi Uness iniâ€"nyatanya untuk 
menghadirkan 4 prototipe tidak mudah.

Padahal, ia menciptakan mobil mikro ini, selain ingin memanusiakan moda 
transportasi Indonesia, minat terhadap kreasinya cukup tinggi. Seperti 
dijelaskannya, hal itu termasuk pengganti Bajaj yang sekarang ini harganya 
makin mahal. Ia juga menyebutkan, pasar lain untuk kreasinya tersebut adalah 
operasional lapangan golf dan perkebunan.

“Ukurannya yang kecil, mudah bergerak di sela-sela pohon kelapa sawit. 
Digunakan sebagai kendaraan pengumpul,” ucap Widya lagi.

Kenyataannya, jalan menuju ke arah itu tidak semudah yang diperkirakan dosen 
muda yang kreatif ini. Ia bisa melihat peluang. Namun, investor jauh lebih 
pintar mengeksploitasi uang!

AGK,ZBJ 

Kirim email ke