http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/28/05451362/sikap.pd.disesalkan


Jakarta, Kompas - Partai-partai pendukung pasangan SBY-Boediono menyesalkan 
permainan politik Partai Demokrat yang secara diam-diam menekan anggota koalisi 
dengan cara bermanuver mendekati Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Manuver politik itu, selain dirasa tidak etis, tidak menghargai anggota 
koalisi, juga merupakan cara-cara berpolitik yang tidak transparan atau main 
belakang.

Demikian pandangan Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 
Lukman Hakiem, Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, dan Wakil 
Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah yang dihubungi Kompas 
secara terpisah, Kamis (27/8).

Ketiganya memberikan tanggapan atas pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat 
Achmad Mubarok yang mengatakan, langkah Demokrat mendekati PDI-P merupakan 
manuver politik untuk menekan partai-partai yang tergabung dalam koalisi agar 
tidak menuntut macam-macam. ”Pernyataan itu tidak etis dan tidak pantas 
diucapkan,” tegas Lukman.

Disebabkan pernyataan itu diucapkan seorang wakil ketua umum, Lukman khawatir 
hal itu memang menunjukkan sikap dasar PD yang memandang rendah partai 
pendukung yang telah bekerja keras memenangkan SBY-Boediono. ”Terjemahan 
pernyataan Mubarok, tidak bisa lain, habis koalisi sepah dibuang,” katanya.

Lukman pun mengimbau semua kader PPP untuk menegakkan martabat, jangan pernah 
mengemis-ngemis pada Demokrat atau Yudhoyono untuk meminta jabatan. Dia 
mengingatkan, pada zaman Orde Baru pun, meski tidak masuk kekuasaan, PPP tetap 
besar dan berwibawa. ”PPP tetap bisa berjalan dengan kepala tegak,” 
tegasnya.

PAN juga menyayangkan pernyataan Mubarok. Zulkifli menegaskan bahwa selama ini 
sebagai anggota koalisi tidak pernah menuntut macam-macam seperti dilontarkan 
Mubarok.

”Kita itu sesuai komitmen. Soal kabinet, kita menyerahkan sepenuhnya kepada 
presiden. Jadi, tidak ada itu koalisi menuntut macam-macam,” tegasnya.

Fahri Hamzah dari PKS menegaskan bahwa kepentingan PKS yang terjauh adalah 
menguatkan tradisi demokrasi dalam negara. Salah satunya adalah membangun 
tradisi oposisi karena tidak ada demokrasi tanpa ada oposisi yang kuat.

Oleh karena itu, meskipun ada dalam koalisi pemerintahan, PKS sangat 
berkepentingan dengan adanya oposisi yang juga kuat. Fahri menilai, peran PDI-P 
sebagai oposisi pada pemerintahan lima tahun terakhir ini masih terlalu lemah.

Persoalannya terletak pada belum jelasnya peraturan tentang koalisi sehingga 
semuanya menjadi bergantung pada presiden. PKS ingin mengajak Yudhoyono agar 
percaya diri dengan kekuatan koalisi sambil membantu memperkuat oposisi.

Pengamat politik Airlangga Pribadi dari Universitas Airlangga menilai 
pernyataan Mubarok menunjukkan arogansi politik Demokrat yang menyadari betul 
bahwa posisi tawar mereka sangat tinggi dibandingkan partai-partai politik lain 
yang tergabung dalam koalisinya, dan Demorkat ingin menurunkan posisi tawar 
partai-partai lain.

”Tetapi, bisa jadi juga ini akan menjadi backfire yang kontraproduktif bagi 
Partai Demokrat,” katanya. (SUT/VIN)

Kirim email ke