Info yang bagus bagi saya berita , impor bahan baku pupuk gak terlalu jelek
setidaknya bukan pupuknya yg kita impoir masih bahan baku setahu saya juga kita produksinya ya UREA shg kalau ada phosphat sdh dekat bikin NPK persoalannya tentu ..apa memang ada cukup bahan baku phospat itu di Indoensia kalau banyak dan cukup mestinya ya gak import..masa Menteri Pertanian dan jajarannya gak hitung dulu ..? hanya seperti kasus garam..terkadang masalahnya gak sederhana spt di bicarakan disini dalam diskusi garam yg sy ikuti , dijelaskan bhw ada persyaratan tertentu sebuah pantai bisa produksi garam misal daerah landai yg luas.. , konon gak banyak tempat yg seperti itu di Indonesia lalu kalaupun ada.. disuatu daerah . maka ongkos angklut produksi nya dari daerah itu bisa lebih mahal dr harga garamnya sendiri.. jadi produksinya hanya bisa dipakai utk konsumsidarerah itu aja ..gakekonomis di bawa ke Jawa makl;um ongkos anglut per kg per km .. kita termasuk yg termahal di dunia Kembali ke soal phospat ..tentu harus diaudit lagi..betul gak sih phiospat ny abanyak... kalau betul mencukupi buat apa impor..sebaliknya kalau kurang ... ya tentu bagus aja impor bahanbaku pupuk supaya produk pertanian kita dapat cukup pupuk ..dgn harga terjangkau .. saya lebih sedih kalau kita impor pupuk jadi. kita kan hobby nya impor bahanjadi ekspor bahan baku.., jadi agak senang aja kalau kita mulai ubah impor bahanbaku ekspor bahan jadi.. HS At 06:19 AM 01-09-09, you wrote: >Banyak pak , >kalau kita lihat sumber-sumber dari ESDM, banyak tersedia fosfat >salah satunya di daerah antara Tuban - Gresik terdapat banyak sumber >fosfat, bahkan sudah dijadikan semacam industri kecil yang salah satunya >di kelola oleh pesantren Sunan Dradjat .. >http://www.facebook.com/photo.php?pid=2597843&id=704591633&comments=&alert=&mid=105c316G29ff3711G2845d83G9#/photo.php?pid=2535257&id=704591633 >dengan kapasitas produksi 10 ton per hari (satu shift) >kapasitas maksimum (3 shift) adalah 20 ton sehari..