Semangat reformasi harus terus, tetapi sekarang formatnya sudah harus berbeda.
 
Reformasi tahap pertama mengembalikan demokrasi ke tangan rakyat. Menegaskan 
kelembagaan, serta menegaskan kepatuhan pada pergantian pemimpin melalui 
prosedur pemilu. Megawati turun, dan diganti oleh SBY dan diamini rakyat. 
Sukses ini sangat luar biasa, dan besar manfaatnya untuk Indonesia ke depan. 
Lembaga-lembaga lain mengikuti kepastian penggantian pemimpin. Di masa lalu 
suksesi harus mendapat restu padito ratu.
 
Reformasi tahap kedua menurut hemat saya adalah reformasi untuk bersikap 
kritis  namun mutlak mengkampanyekan atau melembagakan kepatuhan pada aturan 
main atau hukum. Sehingga, bilamana punya hasrat melakukan reformasi tahap 
kedua, tampillah misalnya dengan kritik-kritik ilmiah,  dengan data, dengan 
analisis ilmiah, dengan intelektualitas sejati, tidak lagi mengobarkan unjuk 
rasa.  Unjuk rasa sudah diadopsi kelompok-kelompok ormas, dan sudah kadung 
menggunakan bendera-bendera dan raungan sepeda motor,  atau meminjam TOA 
sekolahan, dan bukan lagi gaya intelektual.
 
Kalau perlu sekarang ini tidak ada salahnya anda mengumandangkan reformasi 
sendirian saja, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, sampai semua 
pihak terperanjat dan mengiyakan apa yang menurut anda betul. Gali informasi 
sebanyak-banyaknya, baca literatur,  bangun pemahaman kontekstual, tentukan 
target serta maju dengan teguh dan dingin, tetapi konsisten, silent killer gitu 
lho!
 
 
 

--- On Tue, 9/22/09, Harya Setyaka <harya.sety...@gmail.com> wrote:


From: Harya Setyaka <harya.sety...@gmail.com>
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Lelucon Apa Ini???
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 22, 2009, 7:58 AM



Iye iyee.. Loe ga usah deh..
Loe wisata malam aja deh..
-K-

Sent via BlackBerry from T-Mobile

Kirim email ke