Kita akan dihadapkan kepada situasi baru dengan hadirnya Cina sebagai kekuatan 
ekonomi baru. Kita belum mampu memahami gerak-gerik Cina dengan uangnya yang 
berlimpah, tetapi
tidak dibagikan ke rakyatnya sebagaimana diharapkan oleh mitra dagang Cina 
seperti  saran Amerika atau Jepang.

Dana Cina you know ke mana digunakan? Dana itu disalurkan untuk membangun 
jembatan Suramadu, membiayai akses-askes perdagangan kita (bagus sih) namun 
intinya adalah agar arus barang dari Cina semakin murah mencapai wilayah kita.  
Pra-sarana itu, seperti misalnya Suramadu Madura bagus, namun (karena kita 
tidak tahu ngamil manfaat) tidak banyak manfaat ekonominya. Jembatan itu hanya 
memperluas ekonomi demand, bukan ekonomi suppy. Dengan adanya jembatan ke 
Madura maka yang kemudian menguat justru pasar konsumen barang-barang buatan 
Cina, karena transportasi yang murah membuat harga barang Cina  lebih murah, 
dan tidak dapat disaingi oleh produk lokal.

Jika pemikir dan tokoh-tokoh kita tidak jeli, sibuk berpikir terlalu 
fundamentalistik,  myopic, dan bukan pragmatis,  maka kita tidak  mendapat  
manfaat dari tumbuhnya Cina  sebagai poros baru ekonomi Asia. Kita akan menjadi 
periferal, karena bingung dan cuma bisa marah-marah. Paling banter kita 
mengubah arah kemarahan kita dari USA lalu kemudian ke Cina.





________________________________
From: Wal Suparmo <wal.supa...@yahoo.com>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Thu, December 10, 2009 9:27:51 AM
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] FTA


Salam,
Karena itulah semangat nasionalisme tanpa otak dan mulut besar,tanpa 
tanggungjawab  seperti biasanya telah dilakukan oleh wakil/pemimpin negara 
kita.

Wasalam,
Wal Suparmo

Kirim email ke