TINJA CAIR TAK SELALU BERARTI DIARE
Jangan keburu panik, Bu, kalau sang buah hati mengeluarkan tinja cair. Begitupun bila buang air kecilnya mengejan. Yang perlu diperhatikan, apakah ada keluhan lain. Aduh, Dok, bayi saya, kok, mencret terus, sih. Setiap kali saya kasih ASI, selalu keluar lagi. Apakah ini berbahaya? Lalu, apa yang harus saya lakukan?" keluh seorang ibu di ruang konsultasi dokter. BAB (buang air besar) pada bayi memang kadang membuat cemas orang tua. Warna, bentuk, dan pola BAB yang berbeda dengan orang dewasa inilah yang kadang menimbulkan kekhawatiran. Jadi, kala si bayi BABnya cair, tak teratur keluarnya, atau warnanya berubah, paniklah kita. Padahal menurut dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, BAB bayi yang cair adalah wajar dan tak berbahaya. TERGANTUNG SUSU BAB bayi, terang Waldi, sangat dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. "Bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan yang disusui memakai susu formula akan berbeda BABnya." Pada bayi yang diberikan ASI ekslusif, tinjanya akan berbentuk pasta yang kadang disertai biji-bijian kecil dan warnanya biasanya kuning. Kadang bentuknya bisa lebih cair, sedikit berbusa, dan bisa disertai banyak kentut. Jadi, jangan buru-buru mengasumsikan hal ini sebagai diare, ya, Bu. Sebab, terang Waldi lebih lanjut, "selama tumbuh kembangnya bagus, berat badannya naik, berarti bayi itu sehat-sehat saja." Pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, tinjanya dapat lebih keras, bentuknya agak liat dan merongkol-merongkol bulat, serta warnanya coklat tua. "Jadi, yang mengkonsumsi susu formula lah yang terkadang bisa menimbulkan bebelan (susah buang air besar, Red.)," tukas Waldi. "Sedangkan ASI, tidak. Itulah hebatnya ASI," tambahnya. HATI-HATI BILA BERWARNA MERAH Jika pun tinja bayi tak berwarna kuning tapi hijau, misalnya, jangan buru- buru panik. Menurut Waldi, warna tersebut masih dianggap wajar, "karena warna BAB bayi juga dipengaruhi oleh jumlah zat empedu yang dikeluarkannya" Lain halnya bila tinja bayi berwarna merah atau malah putih, ibu patut waspada. Sebab, terang Waldi, tinja warna merah menandakan sudah bercampur darah. "Ini berarti ada masalah serius di dalam usus bayi." Sedangkan tinja warna putih, biasanya berhubungan dengan masalah yang terjadi di pipa penyaluran empedu; karena cairan di pipa inilah yang mewarnai tinja. "Nah, kalau ada masalah dengan pipa ini, bisa panjang ceritanya," ujar Waldi. Tapi sepanjang tinja bayi tak berwarna putih dan tak ada merah-merahnya, berarti aman-aman saja. Begitupun bila BABnya cair, tak perlu keburu panik, Bu. Sebab, tutur Waldi, bila terdapat masalah pencernaan pada bayi, biasanya keluhannya jarang berdiri sendiri. "Jadi, kalau bayi Anda seakan mencret karena minum ASI, itu normal-normal saja. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah, atau keluhan lain, dan mencretnya dalam jumlah sangat banyak dan mancur, berarti memang ada masalah dengan bayi. Bayi segera perlu dibawa ke dokter." PENTINGNYA BAB PERTAMA Bagaimana dengan frekuensi BAB pada bayi? Menurut Waldi, frekuensi BAB tak bisa dijadikan patokan. "Ada bayi yang BAB setiap kali minum susu, tapi ada juga yang tidak BAB selama empat hari misalnya," tuturnya. Biasanya kalau bayi tidak BAB sampai dua atau tiga hari atau bahkan lebih dan ia kelihatan normal-normal saja dan tak ada keluhan, seperti tidur tetap bagus, minumnya bagus, semuanya bagus, berarti bayi enggak apa-apa. Justru yang kerap kali terlewatkan oleh para ibu adalah sejarah BAB pertama bayinya: sewaktu 24 jam pertama kelahirannya, apakah bayinya BAB atau tidak? Bayi yang normal, terang Waldi, akan BAB pada 24 jam pertama setelah kelahirannya. "Sayangnya, ya, itu tadi. Banyak ibu yang tak tahu, bahkan para suster/bidan yang merawat bayi di rumah sakit pun banyak yang lupa mencatat kapan BAB bayi waktu pertama kalinya, atau menceritakannya kepada ibunya." Padahal saat BAB pertama ini sangat penting, lo, karena akan dijadikan patokan oleh dokter kalau bayi mengalami permasalahan pencernaan di kemudian hari. Misalnya, pada bulan-bulan berikutnya BAB bayi tidak lancar. Nah, kalau ibu tak tahu apakah bayinya BAB atau tidak pada hari pertama, tentu sulit bagi dokter untuk mengetahui apakah tidak lancarnya BAB itu sebagai pola normal bayi atau memang si bayi mengalami masalah pencernaan. Namun, kalau ibu yakin bayinya tidak BAB dalam 24 jam pertama dan bulan berikutnya dia mengalami kesulitan BAB, itu lampu kuning buat dokter untuk bertindak lebih lanjut; karena, bisa saja ada gangguan pergerakan usus yang mengakibatkan gangguan BAB. Jadi, Bu, kalau Anda yakin si kecil BAB pada hari pertama, dijamin pergerakannya pembuangan tinja di ususnya normal. "Mengenai bayi tak bisa BAB di bulan selanjutnya, merupakan masalah kedua. Ini biasanya normal karena bayi hanya minum susu. Bukankah susu tak mengandung serat, sehingga residu atau ampasnya amat sedikit? Jadi, wajar kalau tinjanya sedikit," tutur Waldi. Juga, kalau bayi tidak BAB selama 3-4 hari, bahkan bisa-bisa tujuh hari, selama ia hanya minum ASI dan riwayat BABnya normal ketika lahir, maka masih boleh dikatakan bayi tak ada gangguan apa-apa. BUANG AIR KECIL Tak berbeda dengan BAB, BAK (buang air kecil) pun menutut perhatian dari ibu sejak awal. Pada hari pertama kelahiran, lanjut Waldi, bayi biasanya sudah BAK. "Jadi kalau sampai hari kedua bayi tidak BAK, ibu patut melaporkannya pada dokter karena kemungkinan bayi mengalami masalah." Masalah yang berkaitan dengan BAK biasanya ada dua. Yang pertama, ada air seni, tapi tak dapat keluar karena ada penyumbatan. Masalah kedua, air seni memang sama sekali tak keluar karena bayi mengalami kekurangan cairan. Pada saat pertama lahir, terang Waldi, sebetulnya bayi memiliki cadangan air cukup banyak. Jadi, tak perlu khawatir bayi akan dehidrasi jika ibu belum bisa menyusui bayinya. "Banyak ibu (bahkan bidan pun) yang takut kalau anaknya tak minum pada hari pertama sehingga diberi susu formula agar tak kehausan. Ini sebenarnya enggak perlu, karena pada hari pertama bayi tak butuh minum. Yang bisa dilakukan ibu adalah menyiapkan ASI agar dapat diberikan pada bayi di hari berikutnya. "Caranya? Dengan membiarkan bayi menetek ibunya pada hari pertama itu. Biarpun ASI tak keluar, tindakan tadi merupakan pemicu terjadinya produksi ASI". "Tuhan sudah mengatur dengan baik sekali, kok. Hari pertama saat ASI belum keluar, bayi belum membutuhkan minum. Pada hari kedua, saat ASI keluar sedikit, stok air pada bayi pun mulai menurun. Sedangkan pada hari ketiga, saat stok ibunya penuh, stok anaknya berkurang. Jadi, alam sudah mengatur semua," tutur Waldi lebih lanjut. Jadi, kalau pada hari pertama kelahirannya bayi minumnya kurang, tak jadi masalah karena bayi sudah punya stok penyimpanan air. "Karena dia sudah punya cadangan inilah, maka dia akan kencing. Nah, kalau ia tidak kencing, maka mungkin ada masalah lain." Air seni bayi, terang Waldi, biasanya berwarna kuning tua atau kuning muda. Namun bila bayi banyak minum air putih, maka warna air seninya pun menjadi putih jernih alias tak berwarna. "Semua ini masih normal. Yang tidak wajar justru bila air seni bayi berwarna cokelat seperti teh atau kopi; bisa jadi bayi mengalami gangguan pada fungsi hati atau ginjalnya." Kadang, air seni bayi pun berwarna pink. "Umumnya ibu-ibu langsung panik melihat air seni anaknya berwarna pink, karena warna pink diidentikkan dengan darah. Padahal, tak selamanya air seni yang berwarna pink itu bercampur darah. Bisa saja karena air seninya bercampur dengan zat kimia dari diaper bayi." Namun untuk lebih amannya, anjur Waldi, tak ada salahnya jika membawa air seni itu ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Cara ini paling gampang untuk memastikan apakah warna pink itu berasal dari darah atau bukan, karena seharusnya dalam kencing tak boleh ada darah. Jadi, boleh warna merah, tapi bukan darah; dan ini hanya bisa diperiksa di laboratorium, bukan dengan mata kasat." BOLEH MENGEJAN Tak jarang bayi BAK dengan mengejan. Menurut Waldi, itu hal biasa, asalkan pancarannya normal. Artinya, tak tersendat. Tapi bila air seninya keluar sedikit-sedikit, ini yang perlu mendapat perhatian. Tersendatnya air yang keluar, khususnya yang terjadi pada bayi lelaki, mengindikasikan pintu keluar pada ujung penisnya sempit. Jadi, bila ia BAK, ujung kulupnya akan mengembung sehingga air seni tak bisa memancar keluar dengan baik karena tertahan oleh lubang yang sangat kecil. Kalau sudah demikian, orang tua patut mempertimbangkan untuk menyunat bayinya, walaupun ada beberapa dokter yang mencoba meregangkannya dengan alat agar lubangnya lebih lebar. "Tapi cara ini tak menjamin BAK akan lancar, lain dengan sunat yang akan menyelesaikan masalah," ujar Waldi. Frekuensi BAK pun tak bisa dijadikan patokan sebagai sesuatu yang normal atau tidak. Menurut Waldi, selama BAK bayi lancar, ya, enggak ada masalah. "Bila bayi hanya BAK sehari, tapi sewaktu BAK air seninya banyak sekali, ini berarti pola BAK bayi normal." Jadi, kalau ada bayi berumur tiga bulan, misalnya, hanya BAK satu kali sehari, cobalah timbang berat badannya. Jika turun beratnya, berarti ia kekurangan cairan. Kalau sudah begitu, pasti bayi memiliki keluhan lain. Kehausan, misalnya. "Kalau enggak kehausan, tapi kencingnya sedikit, ya, enggak apa-apa." Dengan kata lain, bayi yang mengalami masalah pada BAK kebanyakan akan memiliki keluhan lain, seperti halnya BAB. Entah itu demam atau panas atau gangguan pertumbuhan. Biasanya juga disertai dengan rewel atau sulit tidur. Nah, sudah enggak panik lagi, kan! BOLEHKAH DITATUR? Banyak ibu yang "melatih" bayinya BAK maupun BAB sejak usia dini, istilahnya ditatur dalam bahasa daerah (Jawa). Tujuannya agar kelak si kecil tak mengompol dan BAB di celana lagi setelah usia bayi, di samping agar tak repot karena harus sering mencuci popok bekas ompol maupun BABnya. Tapi terus terang sangat tak lazim melatih bayi BAB atau BAK. Biasanya toilet training mulai dilakukan saat anak berusia sekitar 2 tahun, dan ini bukan disebut bayi lagi. Menurut Waldi dalam kepustakaan disebutkan bahwa latihan ke belakang sebelum usia 18 bulan dapat mengakibatkan pemanjangan latihan hingga mencapai usia 4 tahun! Jadi latihan yang kepagian akan memperpanjang proses latihan itu sendiri. Juga suasana yang mendukung latihan perlu diperhatikan. Sangat perlu diperhatikan agar anak yang ingin ditatur sebaiknya juga mempunyai keinginan demikian di dirinya. Dan ini biasanya timbul pada usia antara 18 bulan-2 tahun. Kalau tidak, "bisa-bisa latihan pergi ke toilet ini menjadi suatu pengalaman yang traumatik sehingga malah susah dijalankan," kata Waldi. Untuk mempermudah pelatihan di toilet sebaiknya anak mula-mula dipersilakan melihat bagaimana caranya orang dewasa BAB di toilet. Duduk di kursi berpispot dengan menggunakan pakaian lengkap untuk pelajaran awal juga dianjurkan. "Jangan menggunakan contoh lawan jenis seks ya, nanti bikin bingung. Juga penting diperhatikan," kata Waldi,"bila mau melatih anak BAB di WC, jangan sampai kakinya menggantung." Sebab, ketika BAB, ia akan menggunakan otot badan untuk menekan perut agar bisa keluar. "Bila kakinya dibiarkan menggantung, pasti anak susah mengejan, dong. Jadi, untuk latihan, pispot lebih dianjurkan karena lebih gampang." Jadi, kalau mau menggunakan WC, posisi duduk anak harus enak. "Kita harus memberinya tempat pijakan di kaki kiri dan kanan. Biasanya, sih, dengan memberi dua bangku kecil yang rendah sehingga ia bisa duduk dengan menjejakkan kakinya. Jangan lupa, suasananya harus senang dan santai." Faras Handayani PREBIOTIK ATASI MASALAH DIARE Amat dianjurkan memberikan bahan makanan prebiotik sejak bayi mulai mendapat makanan tambahan, karena dapat memperbaiki sistem pencernaan. Prebiotik merupakan produk alami yang berasal dari zat pati tanaman atau fructooligosakarida (FOS).Kendati di Indonesia tergolong baru, sebenarnya prebiotik sudah lama ditemukan. Yang pertama kali mengembangkannya adalah Hidaka, peneliti Jepang, pada 1983. "Malah sejak tahun 84-85, Jepang sudah membuatnya secara komersial dan diperdagangkan," kata Prof. Dr. Ir.Betty Sri Laksmi Jenie, MS, ketua program studi Ilmu Pangan Program Pascasarjana IPB, Bogor. Jadi, sudah ada formula prebiotik yang dijamin keamanannya dan bukan lagi berupa ingridient atau bagian dari campuran bahan makanan, melainkan sudah sebagai makanan prebiotik. Sementara di Indonesia, masih dalam bentuk ingridient. "Untuk bentuk makanan, sepertinya baru akan dikembangkan oleh industri makanan, terutama industri susu dan makanan bayi yang mencampurkan prebiotik ke dalamnya. Hal ini bisa dilihat dalam ingridien kemasannya, biasanya terdapat tulisan Prebio," lanjut Betty. Malah untuk selanjutnya, bisa jadi prebiotik juga akan dijumpai dalam bentuk infus atau transfusi. Di Amerika, kata Dr. Karel Al Staa, spesialis anak dari Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, ada produk bernama Vistrum, suatu imun dan suplemen bernutrisi yang menggunakan prebiotik. "Juga dalam bentuk vitamin natural atau herbal yang diberi nama Inuflora. Selain itu, ada juga Proventra, yang terdiri dari kombinasi probiotik dan prebiotik," tuturnya pada kesempatan berbeda. HARUS TETAP UTUH Menurut Karel, prebiotik bisa dijumpai dalam berbagai tanaman seperti pisang, asparagus, bawang putih, bawang bombay, tomat, serealia (gandum dan biji-bijian lain), susu sapi, yoghurt, dan madu. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Betty, "Pada tanaman dan hampir semua buah juga ada kandungan prebiotik, cuma jumlahnya tak terlalu besar." Namun demikian, bukan berarti kalau kita makan tanaman-tanaman tersebut secara alami akan didapat bahan prebiotik seperti yang diharapkan. Soalnya, tak bisa dijamin kadar konsentrasi dari bahan makanan yang kita makan. "Tebu, misalnya. Bila diperas airnya bisa saja yang didapat encer. Jikapun sudah dalam bentuk gula, maka glukosa dan fruktosa dari bahan ini juga mudah diserap usus, hingga begitu sampai usus besar, bahan prebiotiknya sudah habis," tutur Betty. Padahal, bahan prebiotik yang kita makan harus tak bisa diserap ketika melewati usus kecil atau harus tetap utuh, hingga di usus besar dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan bakteri baik yang ada di dalamnya. Dengan makin banyak bakteri baik di usus besar, berarti daya tahan tubuh pun jadi lebih baik. Sebab, bakteri ini akan menghasilkan asam laktat hingga menambah tingkat keasaman dalam usus. Nah, tingkat keasaman yang tinggi ini akan membuat bakteri jahat yang menyebabkan diare, kolera, disentri, dan penyakit perut lainnya, tak tahan dan banyak yang mati. "Walaupun sebenarnya, bila anak dalam keadaan sehat dan makanannya baik, bakteri jahat tak akan berkembang," tambah Betty. PROBIOTIK Jadi, bila bakteri jahat yang dominan dalam usus, maka bisa menyebabkan sakit diare, bahkan sampai pada penyakit pencernaan yang lebih berat semisal kanker. Bakteri baik, terang Karel, dinamakan juga probiotik. "Awalnya, yang dikembangkan adalah probiotik. Probiotik yang biasa digunakan adalah lactobacilli dan bifidobacteria, karena kedua jenis bakteri ini tahan atau tetap hidup dalam tingkat keasaman di usus, sehingga dia tumbuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang mendukung kesehatan." Probiotik sejak 30 tahun lalu sudah diproduksi di Indonesia dalam bentuk yoghurt atau susu asam. Susu ini dibuat dengan memasukkan bakteri atau organisme yang berguna, yang dalam waktu tertentu tumbuh dan berkembang, hingga membuat susu jadi asam. Organisme ini akan membantu organisme dalam usus untuk membantu pencernaan sewaktu diare. Di Amerika ada produk- produk khusus fermentasi dari kuman-kuman yang sudah diproses. Namun, pemberian yoghurt sebaiknya dilakukan bila pencernaan anak sudah mendekati sempurna, yaitu jika hampir setahun. "Lebih amannya, yoghurt dikonsumsi usia balita," kata Betty. Sebab, walaupun rasa asam di yoghurt tak berbahaya, karena di daerah pencernaan sendiri tingkat keasamannya sangat rendah, namun yang dikhawatirkan justru ketika melalui daerah mulut dan dinding-dinding usus. "Saluran ini lebih sensitif. Akibat rasa asam, dikhawatirkan terjadi iritasi." Itulah mengapa, khusus untuk bayi, demi menjaga segala kemungkinan, tentunya bahan yang diberikan diusahakan sealamiah mungkin. "Jadi, bukan bakterinya yang dimasukkan ke tubuh bayi atau anak, tapi justru probiotik atau bakteri yang sudah ada di dalam perutnya itulah yang ditumbuhkan untuk berkembang biak semakin banyak," lanjut Betty. Nah, bahan untuk menumbuhkembangkannya ini berasal dari makanan yang mengandung prebiotik tadi. MENYEMBUHKAN DIARE Selain menumbuhkan probiotik atau bakteri baik dalam usus bayi, terang Karel, produk makanan yang mengandung prebiotik juga berguna untuk membunuh kuman-kuman yang tak perlu, memiliki penangkal atau penetralisir efek samping antibiotik, dan mencegah infeksi. "Jadi, sangat membantu fungsi pencernaan. Bila fungsi pencernaan baik, tentunya proses penyerapan zat gizi pun menjadi baik pula. Secara keseluruhan, daya tahan tubuh jadi baik, hingga bayi akan tumbuh kembang dengan baik pula." Itulah mengapa, Karel amat menganjurkan produk makanan dengan prebiotik diberikan pada bayi dan anak, terutama yang pencernaannya terganggu seperti sering diare, mual, muntah, mencret, dan lainnya. Apalagi di Jepang, seperti dipaparkan Betty, bahan prebiotik sudah lama digunakan sebagai komponen untuk membantu penyembuhan diare. Namun, bukan berarti setelah makan bahan makanan prebiotik, diarenya bisa langsung sembuh, lo. Melainkan butuh waktu 1-2 hari untuk memproses bakteri yang baik, tergantung berat-ringan diarenya. Jika diarenya baru saja dan belum terlalu lama, misal, setengah hari, mungkin bisa lebih cepat setelah diberi prebiotik. SEJAK USIA 4 BULAN Kendati prebiotik amat dianjurkan buat bayi/anak yang pencernaannya terganggu, tak berarti bayi/anak yang tak bermasalah dengan pencernaannya tak perlu prebiotik. Bukankah prebiotik sangat baik untuk pencernaannya? Itulah mengapa, Karel menyarankan agar pemberian bahan makanan prebiotik dimulai sejak usia 4 bulan (atau 6 bulan untuk bayi yang mendapat ASI ekslusif), yaitu ketika mulai makan makanan tambahan. "Paling mudah dan efektif, pemberian prebiotik pada bayi adalah di susu. Selain karena bayi relatif masih minum susu, juga lebih rentan." Namun pemberian ASI jangan dihentikan, lo. Apalagi dalam ASI juga ada komponen prebiotiknya. Itu sebab, bayi yang diare dianjurkan untuk tetap diberikan ASI. Selain itu, kekurangan cairan dan diarenya juga akan lebih lambat ditahannya. "Setelah ASI tak diberikan, barulah dipilih susu formula yang ada prebiotiknya." Dari hasil penelitian terbukti, bayi yang sering diberi makanan mengandung prebiotik, kemungkinan mengalami diare jauh lebih kecil. "Jadi, pemberian prebiotik ini merupakan upaya pencegahan," tandas Karel. TAK ADA EFEK SAMPING Tentang dosis pemberiannya, untuk bayi dan anak disesuaikan BB- nya. "Umumnya untuk dewasa 10 gr per hari. Berarti untuk bayi jauh lebih kecil, sekitar 167 mg per hari," bilang Betty. Kendati demikian, meski dikonsumsi secara berlebihan pun tak ada efek sampingnya. "Bukankah prebiotik berasal dari bahan alam dan bukan zat kimia?" Selain itu, bahan prebiotik tak bisa dicerna oleh tubuh. Hingga, bila kelebihan, akan dibuang oleh tubuh. "Jadi, sekaligus juga membantu pelepasan. Dengan demikian, fungsinya hampir sama seperti serat, yang membantu memudahkan BAB." Menurut Betty, anak yang kelebihan prebiotik, akan mengeluarkan banyak gas serta tinjanya lunak dan cenderung berair. Itulah mengapa, prebiotik juga sering digunakan untuk menyembuhkan sembelit. "Normalnya, tiap hari kita BAB satu kali. Jika lebih hingga 3 kali dalam sehari pun masih dianggap normal. Namun demikian, diare yang 2-3 kali dalam sehari masih lebih baik daripada sembelit. Kotoran itu, kan, bahan beracun buat usus, jadi tak boleh lama-lama. Paling lama 24 jam, sesudahnya harus dibuang." =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+
******************************************************** Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP ******************************************************** Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA : http://www.usahamulia.net Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke : [EMAIL PROTECTED] Untuk keluar dari Milist ini kirim e-mail ke : [EMAIL PROTECTED] ********************************************************