http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431
/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak?page=2
Seorang Bayi di Cirebon Bertahan Hidup dengan
Hati Rusak
Sabtu, 15 Oktober 2016 | 17:15 WIB
* <javascript:void(0);>
* <javascript:void(0);>
* <javascript:void(0);>
*
<http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak#komentar>
*
<http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak#>
18
Shares
KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Susanti memangku anaknya, Chantiqa,
yang terserang penyakit kerusakan empedu dan hati di rumahnya, Bumi
Arumsari, Desa Kepompongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jumat
(14/10/2016).
*CIREBON, KOMPAS.com* – Sungguh malang nasib Canthiqa Annindya. Bayi
berusia satu tahun asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, itu bertahan
hidup dengan kondisi empedu dan hati yang sudah rusak.
Susanti, ibunya, tidak mampu membiayai pengobatan putrinya yang mencapai
lebih dari Rp 1 miliar. Susanti hidup sebagai orangtua tunggal. Suaminya
pergi entah ke mana ketika sang bayi masih dalam kandungan.
Susanti tinggal bersama buah hatinya tinggal di rumah sederhana
perumahan Bumi Arumsari, Desa Kepompongan, Kecamatan Talun.
Susanti tidak tega meninggalkan bayinya karena kondisi si kecil yang
kian memprihatinkan. Di pelukannya, Canthiqa terus menangis dan
mengerang menahan kesakitan di perutnya yang kian membesar.
Setiap tiga jam sekali, Canthiqa harus mengonsumsi air susu khusus.
Bukan melalui mulut layaknya bayi pada umumnya, melainkan melalui selang
yang terpasang pada hidungnya.
Susanti menuturkan, penyakit tersebut menyerang anaknya sejak lahir.
Kulit Canthiqa terus menguning dan setiap hari ukuran perutnya kian
membesar.
Meski terus dibawa berobat, rupanya penyakit tersebut dengan cepat
menyebar ke sejumlah organ dalam sang bayi.
"Canthiqa sakit /atresia bilier/, tidak terbentuknya saluran empedu
dengan baik, sehingga menyebabkan /sirosisi hepatitis/ alias kerusakan
hati sejak dua bulan. Perutnya membesar dari yang seukuran sekitar 7 cm
hingga kini sekitar 48 cm," kata Susanti sambil terus menggendong sang
putri.
Karena kondisinya itu, Canthiqa menjalani berbagai macam pengobatan.
Selama di Cirebon, Susanti membawa anaknya menjalani perawatan di Rumah
Sakit Mitra Plumbon.
Karena jarak RS cukup jauh, ia memindahkan pengobatan ke RS Putra
Bahagia. Peralatan di RS terbatas, sehingga Susanti memindahkan
pengobatan anaknya RS Ciremai.
Dokter di RS Ciremai merujuknya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) di
Bandung karena memiliki peralatan lebih lengkap.
"Namun hal serupa kembali terjadi, demi penanganan serius, Chantiqa
dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta," kata Susanti.
Saat ini, Canthiqa menjalani perawatan dan pengobatan di RSCM Jakarta.
Dokter di sana menganjurkan agar pasien segera menjalani transplanttasi
atau cangkok hati.
"Namun yang diklaim BPJS itu hanya Rp 250 juta dari total yang harus
dibayarkan Rp 1,2 miliar rupiah. Biaya pendonor untuk /screening/-nya
tidak diklaim BPJS yang membutuhkan sekitar Rp 40 juta sampai Rp 200
juta," kata Susanti.
Susanti juga harus membeli susu khusus seharganya Rp 320.000 untuk dua
hari. Itu karena Canthiqa tidak dapat mengonsumsi susu protein sapi
seperti pada umumnya.
Beban hidupnya bertambah karena bank sudah berulang kali menagih dan
mengirimkan surat penyegelan rumahnya. Sepeda motor satu-satunya yang ia
miliki juga akan ditarik.
"Saya sudah tidak mampu, rumah saya sudah mau disita. Bapaknya
Canthiqa sudah tidak bertanggung jawab, jadi saya berjuang sendiri untuk
Canthiqa," kata Susan seraya menahan tangis.
Demi ingin menjaga putrinya, Susanti melepas pekerjaannya sebagai
pegawai di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Susanti terus berdoa dan berharap pemerintah atau orang lain berkenan
membantu transplantasi hati demi keselamatan Chantiqa.
"Saya ingin sekali menyelamatkan anak saya. Saya enggak tega, enggak
kuat lihat kondisi Canthiqa seperti ini," kata dia.
Page:
* 1
<http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak?page=1>
* 2
<http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak?page=2>
* Show All
<http://regional.kompas.com/read/2016/10/15/17151431/seorang.bayi.di.cirebon.bertahan.hidup.dengan.hati.rusak?page=all>
Penulis : Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon
Editor : Laksono Hari Wiwoho
Apakah Anda ingin men-share artikel ini?