---------- Forwarded message ----------
:


---------- Forwarded message ----------
From:
Date: 2017-01-20 20:57 GMT+01:00
Subject: :):) Presiden bekas......


PRESIDEN BEKAS

Ketika Soeharto jatuh, digantikan Habibie, dia memilih bertapa di rumahnya.
Seolah dia lepas dari hinggar bingar politik dan sibuk menghabiskan hari
tuanya. Tidak terdengar satupun statemen yang mengkritik pemerintahan
Habibie.

Begitupun saat laporan pertanggungjawaban Habibie ditolak MPR, dan dia
gagal maju lagi menjadi presiden. Lelaki ahli pesawat terbang itu memilih
menjadi pandito. Tidak pernah terdengar omongan Habibie yang bernada
menyerang pemerintahan Gus Dur. Padahal waktu itu poitik memang tidak
berpihak kepadanya. Tapi toh, Habibie ikhlas.

Lalu Gus Dur dijatuhkan di tengah jalan, Megawati naik ke puncak
pemerintahan. Adakah Gus Dur ngambek? Gak juga. Bagi Gus Dur tidak ada
kekuasaan yang pantas dipertahankan dengan pertumpahan darah. Makanya Gus
Dur menghalangi pengikutnya yang mau mengeruduk Jakarta. Dia rela
melepaskan kursi kekuasaan ketimbang melihat Indonesia berdarah-darah.

Diakhir periode Megawati, sistem pemilu Indonesia berubah. Kali ini rakyat
berhak memilih langsung Presidennya. SBY tampil menjadi kandidat dan
mendapat suara rakyat. Megawati harus tersingkir. Ketua DPIP itu secara
pribadi tidak melakukan serangan terbuka kepada pemerintahan SBY.

PDIP memang memposisikan diri sebagai partai oposisi. Tapi fungsi itu lebih
banyak diambil oleh kader-kader PDIP di parlemen. Sementara Megawati
sendiri lebih fokus membangun kekuatan partai.

Itulah etika seorang bekas presiden. Sebab sesungguhnya apa yang terjadi
pada pemerintahan sekarang adalah kelanjutan hasil kerja dari pemerintahan
sebelumnya. Alangkah anehnya jika bekas presiden ikut cerewet dengan
pemerintahan yang sekarang.

Rakyat mesti bertemikakasih pada orang-orang besar itu, yang berjiwa besar
dan tidak ngambekan. Pergantian, kekuasaan, meskipun didahului dengan
gonjang ganjing politik, tetapi selalu berlangsung mulus. Orang yang pernah
duduk di kursi Presidenpun seolah bersikap tut wuri handayani, mendorong
dari belakang.

Sikap ini menjadi semacam etika umum. Lihat saja Clinton yang diam ketika
George W. Bush berkuasa. Atau Bush yang juga tidak lagi sibuk cawe-cawe
ketika Obama duduk di Gedung Putih. Meskipun kebijakan Obama banyak yang
berlawanan dengan kebijakan Bush dulu.

Sementara kini, kita melihat ada seorang mantan presiden yang baperan.
Mungkin juga bisa masuk kategori cerewet. Apalagi ketika anaknya sekarang
sedang ikut bertanding dalam Pilkada DKI Jakarta. Dia gemar mengungkapkan
perasaannya lewat medsos layaknya anak alay.

Curhat itu semakin terasa, biasanya ketika Presiden yang sekarang dijabat
Jokowi mengundang orang-orang besar untuk bertukar fikiran tentang kondisi
Indonesia. Waktu Jokowi bertemu Prabowo dan fotonya di atas kuda beredar,
dia nyinyir memperkenalkan istilah lebaran kuda. Memang sih, komentar itu
menanggapi kasus Ahok. Tapi lebaran kudanya, itu loh. Kini saat Jokowi
mengundang Habibie dan Tri Sutrisno, dia kembali curcol. Kali ini dia
mengeluh pada Tuhan via twiter seolah akun miliknya sudah difollow Tuhan.

Kita jadi tahu, ada bekas presiden, ada juga presiden bekas. Bekas presiden
biasanya mampu bersikap kalem. Berbeda dengan Presiden bekas : sikapnya
selalu baperan.

www.ekokuntadhi.com
<http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.ekokuntadhi.com%2F&h=ATN0nBH4ngdHXpVeviIoPMErxD2Mo_VEErP4ho1F2B_-r5F2-2Dy2IQ27VwTcH1fzqA2mM3PtdTWd-CW40Fq2tXKOR1LThcdXKsmwBIZL1ZrC2GC83gEYbdRhvEOgqU6cISLMFklrBYr97kNjCkBTYGQsMZHkReJ_Q&enc=AZM0M151vWD0lkDAXc0IpjdE1ZZnNt0vpOv1RESUCJMgUpGZuJhjr_svJTdUnZ_otiQPrr7MtdXA0t4PynqzngVLNDmpjiprjaHKpzS4tSFZI7EWXOWKRueB96dKSS9LwnT0-peE5YmOBg6H12tKVgh8_EY9U8S2_88fLYS7YuIyCZUYG4Fxx0q1nAyEcS2O7NU&s=1>

Kirim email ke