"Ketika Presiden Amerika Donald Trump melakukan kebijakan diskriminasi rasis 
terhadap muslim, hebatnya serentak warga Amerika dari Yahudi hingga Ateis 
berdiri membela hak-hak muslim minoritas di sana. Sementara Muslim di sini 
justru sibuk ketakutan pada hantu komunis yang dibuatnya sendiri sembari terus 
rasis terhadap etnis-agama minoritas. Ironis."

 ...
 'Berkacalah pada diskriminasi di negeri sendiri': reaksi atas kebijakan 
imigrasi Trump http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38793378 Christine 
FranciskaWartawan BBC Indonesia
 30 Januari 2017

 'Berkacalah pada diskriminasi di negeri sendiri': reaksi atas kebijakan 
imigrasi Trump - BBC Indonesia 
http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38793378#share-tools 
 
 http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38793378#share-tools 
 
 'Berkacalah pada diskriminasi di negeri sendiri'... 
http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38793378#share-tools Perintah Presiden 
Donald Trump yang melarang masuknya warga tujuh negara berpenduduk mayoritas 
umat Islam ke AS menuai beragam reaksi di Indonesia.
 
 
 
 View on www.bbc.com 
http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38793378#share-tools 
 Preview by Yahoo 
 
 
  



 Hak atas fotoGETTY IMAGESImage caption"Saya Muslim, saya orang Suriah, saya 
bukan teroris," sebut sebuah poster dalam protes menentang kebijakan imigrasi 
Donald Trump di AS. Perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang antara lain 
melarang masuknya warga tujuh negara berpenduduk mayoritas umat Islam ke 
Amerika Serikat menuai beragam reaksi di Indonesia.
 Dalam kebijakan tersebut, selain menangguhkan seluruh penerimaan pengungsi, AS 
juga melarang warga Irak, Suriah, Iran, Libia, Somalia, Sudan, dan Yaman untuk 
berkunjung ke AS selama 90 hari. Sejumlah kategori visa, seperti diplomatik dan 
PBB, tidak termasuk dalam penundaan ini.
 Indonesia, yang berpredikat sebagai negara Muslim terbesar di dunia, tidak 
termasuk dalam daftar. Tetapi kebijakan imigrasi Trump yang secara luas 
dianggap diskriminatif itu menjadi isu sensitif bagi pengguna media sosial di 
Indonesia.
 Kebijakan imigrasi Trump membuat umat Muslim asal Indonesia khawatir 
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38792125 Hal penting dari kebijakan Trump 
terhadap pengungsi dan migran http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38787127 
Komnas HAM: Pemda mulai berani atasi aksi-aksi intoleran 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38566604 Sejumlah orang menganggap bahwa 
kebijakan ini adalah cerminan wajah baru Amerika yang anti-Islam dan antimigran.
 "Amerika adalah negara kaum imigran. Saya yakin bahwa Trump juga berasal dari 
imigran. Melarang imigran jelas tak adil," cuit pengacara dan aktivis HAM 
Todung Mulya Lubis di Twitter.
 "Keputusan Trump adalah kebodohan, arogansi, paranoia yang harus dikutuk," 
sebut budayawan Goenawan Mohamad dalam akun @gm_gm.
 Namun di Facebook BBC Indonesia, sejumlah orang berkomentar dengan santai. 
"Trump lebih tahu negara mana yang berbahaya bagi beliau. Beliau larang Iran 
dan Irak tapi memperbolehkan negara kita, sebab Indonesia bagus dan sangat 
cocok buat Amerika," kata Maskur Maskur.
 Lainnya menulis, "ini mengingatkan dan mengajak kita berfikir bahwa yang 
namanya diskriminasi itu gak enak! Diskriminasi ras, agama, fisik atau apapun, 
tetap yang namanya diskriminasi itu ndak enak!"
 Berkaca ke dalam negeri Tapi, ketimbang memusatkan perhatian pada hal yang 
terjadi jauh di AS, sejumlah pengguna media sosial menggunakan kesempatan ini 
untuk mengajak orang-orang melihat 'diskriminasi' di negeri sendiri.
 "Ada orang ngamuk kenapa Trump menutup kesempatan untuk Muslim di USA, habis 
itu di-timeline-nya ribut teriak kofar kafir. Bedanya apa sih?" kata @hariadhi 
menyindir perkembangan situasi di Indonesia.
 Dosen Monash University Australia dan juga cendikiawan NU, Nadirsyah Hosen, 
mengungkap opini yang senada. "Antum yang teriak-teriak ngomel sama Trump 
diskriminasi terhadap Muslim, pikir dulu yah bagaimana antum teriak-teriak 
mendiskriminasi non-Muslim di Indonesia."
Hak atas fotoTWITTERImage caption"Yang teriak-teriak mengomel sama Trump bahwa 
dia mendiskriminasi Muslim pikir dulu yah," kata cendikiawan NU Nadirsyah 
Hosen. Seorang pengguna Facebook, Zen Zulkarnaen, kemudian membandingkan reaksi 
warga AS yang ikut membela hak-hak minoritas dengan Indonesia.
 "Ketika Presiden Amerika Donald Trump melakukan kebijakan diskriminasi rasis 
terhadap muslim, hebatnya serentak warga Amerika dari Yahudi hingga Ateis 
berdiri membela hak-hak muslim minoritas di sana. Sementara Muslim di sini 
justru sibuk ketakutan pada hantu komunis yang dibuatnya sendiri sembari terus 
rasis terhadap etnis-agama minoritas. Ironis."
 Setara Institute menilai diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia 
masih tinggi. Dalam riset terbaru, mereka mencatat ada 270 tindakan pelanggaran 
kebebasan berkeyakinan di Indonesia pada tahun 2016, dan yang terbanyak menimpa 
kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
 Laporan tahunan kebebasan beragama dan berkeyakinan dari Komnas HAM juga 
mencatat adanya peningkatan dalam kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia 
sepanjang 2016. Jawa Barat masih menjadi provinsi pertama di mana kasus 
intoleransi banyak terjadi, disusul DKI Jakarta, dan Sulawesi Tenggara.
Hak atas fotoTWITTERImage captionMantan wakil presiden Boediono mengatakan 
langkah Trump "mengingatkan kita pentingnya menjaga dan membangun Rumah kita 
sendiri."

 
 
 

 

 

Kirim email ke