Jumat , 03 February 2017, 09:35 WIB
 Kesaksian Warga Tionghoa Tanjung Priok: KH Ma'ruf Itu Pelindung Kami! 
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/02/03/oks1un385-kesaksian-warga-tionghoa-tanjung-priok-kh-maruf-itu-pelindung-kami
 Red: Muhammad Subarkah
 Arief Poyuono (kiri).

 

 Oleh: Arief Poyuono*
 Lama saya tidak mau mengomentari tentang kelakuan Ahok terhadap umat Islam..

Tapi saya berpikir sudah saatnya saya bicara jujur dan apa adanya setelah 
perlakuan Ahok kepada KH Maruf Amin.

Saya Arief Poyuono tinggal dan besar di Jalan Sindang Tanjung Priok sebuah 
daerah Pelabuhan yang dihuni multietnik dan multistrata ekonomi. Saya tinggal 
tak jauh dari rumah KH Ma'ruf Amin. Dan saya menyaksikan langsung kiprah dia di 
dalam membimbing dan mengayomi masyarakat.

Dua Peristiwa kerusuhan sosial anti-Cina terjadi di Tanjung Priok saat saya 
tinggal di Tanjung Priok, yaitu tahun 1984 peristiwa Tanjung Priok berdarah dan 
peristiwa kerusuhan 1998.

Saya saksi hidup betapa mulia dan baiknya hati seorang KH Ma'ruf Amin yang mau 
menjadikan rumah tinggalnya untuk dijadikan tempat perlindungan bagi warga 
Tionghoa yang rumahnya habis dijarah dan dibakar.
 Pada saat itu, rumah KH Ma'ruf menjadi tempat perlindungan warga Tionghoa yang 
ketakutan akibat penjarahan. Saya ingat betul bahwa saya tinggal di rumah 
tersebut tiga hari lamanya. Kami semua diberi makan-minum secara cuma-cuma oleh 
beliau. Kala itu ibu (istri) KH Ma'ruf masih hidup. Saya ingat 'para pengungsi' 
yang menginap di rumah beliau dikasih makan dengan lauk telur.

Bukan hanya itu, KH Maruf Amin juga ke luar rumah untuk melarang sekelompok 
orang yang waktu itu, pada 1984, hendak berlaku anarkis. Dia mengatakan 
langsung kepada mereka agar jangan membakar gereja yang ada di sekitar wilayah 
di Tanjung Priok!

Nah, aneh bin ajaib bila pada hari-hari ini Ahok yang mungkin baru tinggal di 
Jakarta tidak lebih dari 25 tahun, berani menghina KH Ma'ruf Amin yang baik dan 
berhati mulia itu. Kami yang telah merasakan langsung apa yang dilakukannya 
jelas tak terima dan tersakiti. Apalagi, kami kenal betul dengan kerabat beliau 
yang sampai sekarang menjadi kawan dan akrab dengan kami. 

Bahkan, saking akrabnya, bila orang lain memanggil Kiai Ma'ruf dengan sebutan 
'kiai', saya pribadi dan para teman lainnya, memanggilnya dengan sebutan 
'mamang'. Ini karena beliau adalah orang tua kami yang melindungi warga 
'seperti kami', mengajarkan mengaji, sertra mempraktikkan ajaran Islam yang 
sebenarnya.
 Bila Ahok tak percaya omongan saya ini, silakan datang sendiri ke Jalan 
Sindang Tanjung Priok!



Arief Poyuono (Warga Tionghoa yang sejak tahun 1974-2001 tinggal dan besar di 
Tanjung Priok)

 

 

 

 
 
 

 

 

 

 

Kirim email ke