“Saya kira kasus pengadilan Ahok seharusnya disudahi. Itu jelas merupakan 
teater politik dan propaganda. Sangat sulit mengadili kasus yang sudah menjadi 
teater politik. Saya semula berharap polisi membatalkan kasus itu sejak awal 
sehingga tidak dibawa ke sidang pengadilan. Ini seharusnya dilakukan lebih 
cepat dahulu. Tapi sekarang satu-satunya jalan adalah membiarkan institusi 
demokrasi yang bekerja," ujar Menchik.
..."Agama mungkin efektif untuk jangka pendek, tapi tidak untuk jangka panjang, 
dan saya kira Anies tahu itu. Kalau pun ia menang, saya tidak tahu apakah ia 
bisa mengendalikan FPI. Saya sungguh tidak tahu. Tapi apakah ada yang bisa 
mengendalikan FPI? Hmm.. Yang pasti apa yang dilakukan Anies sekarang ini 
mungkin lebih merugikan dibanding memberi manfaat bagi reputasinya."
...
Pengamat: Ahok 'Win-Win', Anies Berpotensi Menang


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Pengamat: Ahok 'Win-Win', Anies Berpotensi Menang
 Warga Jakarta baru saja memberikan suaranya untuk memilih pemimpin mereka Rabu 
lalu (15/2). Hasil penghitungan s...  |   |

  |

  |

 
17,02,2017   
   - Eva Mazrieva
Petugas KPPS di TPS 18 Menteng melayani warga yang ingin mencoblos (15/2). 
(VOA/Ahadian Utama)
WASHINGTON, DC — Warga Jakarta baru saja memberikan suaranya untuk memilih 
pemimpin mereka Rabu lalu (15/2).Hasil penghitungan sementara Komisi Pemilihan 
Umum Daerah Jakarta dan penghitungan cepat atau quick count beberapa lembaga 
survei menunjukkan bahwa pasangan Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful 
Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan maju ke putaran kedua, sementara 
pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang meraih suara paling 
sedikit harus mundur.Pengamat politik yang juga asisten profesor ilmu politik 
dan agama di Universitas Boston, Jeremy Menchik mengatakan kepada VOA, ia 
sangat kagum melihat pertarungan dalam pemilihan kepala daerah Jakarta 
ini.“Saya kira ini pilkada yang sangat dramatis. Kita melihat kekuatan yang 
sangat berpengaruh dalam masyarakat Jakarta, yang saling bertarung sengit untuk 
memperebutkan kursi gubernur," ujarnya dalam wawancara lewat telepon."Ada 
keluarga mantan presiden Yudhoyono yang kembali ingin menunjukkan 
keberadaannya, ada mobilisasi kelompok atau gerakan Islam, dan ada pula 
kekuatan teknokrat berpengaruh, meski harus diakui mereka sebenarnya tidak 
berkampanye sebaik kelompok-kelompok lain. Jadi pilkada ini dramatis dan 
menggembirakan, meski tetap mencemaskan. Salah satu hal yang mengkhawatirkan 
dalam demokrasi Indonesia ini adalah pengaruh keluarga dan nepotisme, serta 
besarnya gerakan intoleran."Ahok dalam Situasi 'Win-Win'Menchik menilai Ahok, 
yang pada beberapa quick count meraih suara terbesar, meskipun tidak jauh atau 
hampir setara dengan Anies Baswedan, sebenarnya berada dalam posisi 
“win-win”.“Kita harus mengakui bahwa pencapaian Ahok sangat signifikan. 
Sebagaimana Anda tahu, menjadi unggulan merupakan pencapaian monumental bagi 
seseorang yang berlatar belakang agama Kristen, keturunan Cina, dan tidak 
terlalu bisa bermain politik. Saya kira ini merupakan pencapaian luar biasa 
bagi Ahok. Dan ini sesuatu yang seharusnya membuat warga Jakarta bangga," 
katanya."Ia berada dalam posisi 'win-win' sekarang. Kalau pun ia tidak menang, 
saya kira ia telah membuka jalan bagi politisi dari kelompok minoritas lain 
untuk berhasil pada masa depan. Melihat pencapaiannya sekarang, kita tidak bisa 
menganggapnya gagal jika kalah dalam pilkada putaran kedua nanti."Gubernur 
Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan istrinya Veronica Tan memberikan 
suara di TPS Pantai Mutiara, Jakarta Utara (15/2). (Courtesy: Tim Pemenangan 
Badja)Hal senada disampaikan Peter McCawley, pengamat politik di Australian 
National University.“Kabar baiknya adalah calon gubernur yang berasal dari 
kelompok minoritas, yang beragama Kristen dan berlatar belakang sebagai warga 
keturunan Cina, meraih suara yang baik, bahkan luar biasa baik jika kita 
melihat betapa besarnya serangan terhadap dirinya," ujarnya."Meskipun demikian 
situasinya sekarang campur baur. Dalam kasus Ahok, hukum dan agama bercampur 
dan saling adu kuat. Ini ibukota Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar 
di dunia. Jadi sangat mengejutkan melihat begitu besarnya dukungan pada Ahok 
yang berlatar belakang keturunan Cina dan Kristen. Ini sangat mengagumkan," 
kata McCawley.Menchik menilai pihak berwenang seharusnya sudah menghentikan 
sejak awal kasus Ahok yang sarat nuansa politik dan jelas merugikannya.“Saya 
kira kasus pengadilan Ahok seharusnya disudahi. Itu jelas merupakan teater 
politik dan propaganda. Sangat sulit mengadili kasus yang sudah menjadi teater 
politik. Saya semula berharap polisi membatalkan kasus itu sejak awal sehingga 
tidak dibawa ke sidang pengadilan. Ini seharusnya dilakukan lebih cepat dahulu. 
Tapi sekarang satu-satunya jalan adalah membiarkan institusi demokrasi yang 
bekerja," ujar Menchik.Permainan BerbahayaMcCawley menilai Anies Baswedan 
berpotensi besar memenangkan pilkada putaran kedua.“Kandidat yang mungkin akan 
menang – Anies Baswedan – adalah tokoh moderat dengan reputasi baik. Ia pernah 
menjadi Mendikbud dan dinilai sebagai sosok yang menjanjikan," ujar 
McCawley.Calon gubernur Jakarta Anies Baswedan bersama istri dan putrinya 
memberikan suara di sebuah TPS (15/2). (Courtesy:Tim Pemenangan 
Anies-Sandi)Tapi ia juga mengingatkan bahwa warga Jakarta tidak saja akan 
memilih tokoh yang memiliki pemikiran moderat dan toleran, tetapi juga yang 
bisa bekerja.“Mereka (warga Jakarta) lebih memilih tokoh yang bisa menunjukkan 
hasil kerja pemerintah yang baik. Ahok adalah tipe pemimpin yang tidak 
segan-segang menyingsingkan lengan baju dan memastikan pekerjaannya selesai. 
Hal ini bisa membuatnya memiliki banyak musuh dan juga dukungan karena dia 
tidak segan-segan melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan yang 
direncanakannya," tambah Indonesianis dari Australian National University 
itu.Meskipun demikian, Menchik menilai Anies Baswedan sedang melakukan 
permainan berbahaya.“Anies Baswedan sedang melakukan permainan berbahaya dalam 
jangka panjang karena kelompok yang berada di belakangnya memiliki 
kecenderungan untuk memberi dukungan pada siapa pun yang mendukung mereka. Ini 
tidak akan berlaku jika Anies Baswedan kelak mengkritisi FPI (Front Pembela 
Islam) dan kekuatan intoleran," katanya."Agama mungkin efektif untuk jangka 
pendek, tapi tidak untuk jangka panjang, dan saya kira Anies tahu itu. Kalau 
pun ia menang, saya tidak tahu apakah ia bisa mengendalikan FPI. Saya sungguh 
tidak tahu. Tapi apakah ada yang bisa mengendalikan FPI? Hmm.. Yang pasti apa 
yang dilakukan Anies sekarang ini mungkin lebih merugikan dibanding memberi 
manfaat bagi reputasinya."Meski demikian, kedua Indonesianis itu menilai 
demokrasi di Indonesia masih sehat dan menantang.“Saya menyayangkan munculnya 
kelompok intoleran dan terkejut melihat keberadaan mereka. Tapi saya juga kaget 
melihat kemunculan kelompok-kelompok yang berani menentang mereka," ujar 
Menchik.Ditambahkannya, dibandingkan negara-negara demokrasi lainnya, Indonesia 
sudah jauh lebih maju, terlebih mengingat hampir tidak ada aksi kekerasan 
akibat pemilu.“Banyak pihak khawatir dengan hasil pilkada Jakarta ini, tetapi 
saya pikir kita sebaiknya percaya dengan warga Jakarta dan kemampuan mereka 
membuat keputusan terbaik demi kepentingan mereka."


Kirim email ke