Memasukkan DP kehutang pokok itu adalah salah satu scenario saja. anies gak 
ngomong begini. Mungkin dia ngerti tapi mungkin juga dia gak ngerti. Ini yg 
saya katakan dia ngibul. Dia hanya pake’ slogan murahan: “rakyat miskin dapat 
DP gratis”. Gak ada penjelasan selanjutnya.

 

Scenario lain ya DP gratis itu dijadikan hutang tersendiri yg harus dicicil 
oleh pembeli. Ini tetap harus ada krediturnya yg ngasih kredit kan. Anies sudah 
menyebut bank DKI yg memang adalah BUMD milik DKI tapi belum tentu bank DKI 
bisa dan mau memberikan kredit ini. scenario yg lain ya memang kasih DP gratis 
dan duitnya dari kas DKI. Seberapa kayanya DKI itu? Kan gak masuk akal DKI akan 
ngasih duit ini? Kalau DKI kaya kenapa sekarang pajak PBB naik?

 

Kalau pembeli default/gak bisa bayar cicilan ya bisa saja pemerintah yg harus 
menanggung. Tapi belum tentu harus selalu pemerintah yang menanggungnya. 
Asumsinya pemerintah yg menanggung kalau pendanaan DP gratis itu ditangan 
pemerintah. tetapi kalau pendanaan DP ini oleh swasta ya swasta yg menanggung.  
Tetapi secara ekonomi makro ya kedua scenario ini tetap akan membebani ekonomi 
nasional kalau terjadi default/pembeli gak bisa bayar cicilan dan terjadi 
foreclosure/rumah disita. Ini sudah pernah terjadi di USA 2007 dengan subprime 
mortgage yg dikasih kepada orang2 yang kurang bonafide/kurang mampu utk membeli 
rumah.

 

Ide ahok sudah bagus dengan sewa rusun buat kalangan miskin. Tapi DKI masih 
bisa bekerja lebih baik dalam ngurusin masalah rumah buat kalangan miskin ini. 
cobalah dipikirin. Idenya banyak sekali. Pelajari saja scenario diluar negeri. 
Gratis tanya paman google. Gak harus jago dibidang bisnis atau real estate. 
Pake’ common sense saja dan kerja…..kerja….

 

Hanya saja idenya anies sandi itu bukan salah satu scenario yg feasible. Itu 
saja. Asal jeplak!

 

Nesare

 

 

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, February 22, 2017 8:21 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; nesa...@yahoo.com; jonathango...@yahoo.com
Subject: Re: [GELORA45] Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka

 

  

Saya tertarik dengan diskusi DP 0% ini, ... dalam pengertian saya jadi 
merupakan akal-akalan pengusaha menarik pembeli dalam menjajakan barangnya! 
Rupanya memasukkan bagian DP itu keutang pokok yang TETAP HARUS DIBAYAR pembeli 
dengan dicicil dalam waktu yg ditentukan! Artinya modal pembangunan rumah itu 
100% dalam bentuk utang yang dibayar pembeli dengan cicilan dalam tenor waktu, 
katakanlah selama 10-20 tahun! Seandainya keadaan ekonomi maju terus membaik, 
dengan demikian sipembeli tidak bermasalah membayar cicilan pinjaman pembeli 
rumah itu, tentu tidak ada maslah. Tapi kalau terjadi sebaliknya, sipembeli itu 
ditengah jalan TIDAK SANGGUP bayar cicilan lagi, SIAPA dan BAGAIMANA menanggung 
rumah itu! Disini masalah serius yang harus dipikirkan dan dihadapi! 

 

Bukankah dengan demikian ujung-ujungnya Pemerintah juga yang harus menanggung 
jerat utang yg terlalu besar dan kalau terjadi kredit gagal dalam masyarakat! 
Bank-bank yang kasih kredit bisa bankrut dan akhirnya pemerintah juga yang 
terancam bankrut. Seperti gempuran krismon di AS tahun 2008 itu, ...! 

 

Dalam masalah jual-beli dengan utang yang harus dibayar, ... dalam pengertian 
saya sudah bagus prinsip yang dijalankan bank-bank dalam memberikan kredit 
sekarang ini, penerima kredit harus bisa menunjukkan kemampuan membayar utang 
yang diberikan dan, ... jumlah utang yg diberikan tidak lebih dari 80% harga 
Rumah! Bahkan Bank lebih dahulu memperkirakan berapa harga rumah itu di pasar, 
termasuk melihat lokasinya dan sudah berapa tahun rumah itu, ... lalu 
menetapkan utang hanya bisa diberikan berapa% dari harga rumah itu. Akan lebih 
baik prinsip ini tetap diberlakukan dan dijalankan! Untuk menjamin bank tidak 
dirugikan terlalu besar kalau saja pembelinya sudah tidak mampu bayar utang, 
rumah disita bisa dapatkan kembali dengan jual rumah itu. Sekalipun bank juga 
tetap harus menanggung resiko, seandainya ekonomi merosot, harga rumah jatuh 
jadi RUGI, ... masalah jadi lebih serius dengan jalankan DP 0%  yang mutlak 
harus dipikirkan Pemerintah bisa dan boleh tidak dijalankan!

 

Melihat cara pemerintah HK dalam membantu warga menengah-bawah mengatasi 
perumahan, pemerintah membangun perumahan-rakyat untuk warga miskin, dibatas 
penghasilan rendah, dengan sewa rumah murah. Ada lagi rumah subsidi Pemerintah, 
bagi warga yg penghasilan melewati garis rendah dan diberi batasan kekayaan 
tidak lebih sekian ratus ribu dollar (lupa), yang dijual dengan harga murah, 
bisa 20-40% lebih murah dari harga pasar. 

 

Sedang cara nya Ahok juga sangat baguuus! Ahok menentukan setiap pengembang 
berkontribusi 15% untuk ikut pembangunan DKI-Jakarta, termasuk bangun 
rusun-rusun bagi rakyat-miskin! Hanya saja, menurut saya juga harus ada tim 
pengawasan DKI dalam usaha menjalankan kontribusi dari pengembang, sehingga 
benar-benar kontribusi 15% itu benar-benar terwujud dengan baik untuk 
kepentingan warga Jakarta!

 

 

Salam,

ChanCT

 

 

 

From: nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com>  [GELORA45] 

Sent: Thursday, February 23, 2017 3:09 AM

To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  

Subject: RE: [GELORA45] Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka

 






Ente gak ngerti idenya anies!

Baca dulu idenya apa.

Idenya kasih DP 0%!

 

Makanya dia gak berani buka2an gimana detailnya. Alasan yang dipakai, itu 
rahasia, itu business plan takut dijiplak orang lain.

 

Apanya yang mau dijiplak? Wong sederhana sekali. Mau kasih gratis DP, ya mesti 
ada sumber duitnya. Dari mana? Ya kalau dia jadi gubernur kan harus ngeluarin 
dari kas DKI atau minta kantung2 yang pencetak duitnya DKI seperti bank DKI 
dll. Itu pun belum tentu dia bisa karena keuangan perusahaan itu belum tentu 
kuat untuk mengucurkan dana itu.

 

Belum apa2 dia sudah ditertawakan oleh pengembang yang bilang bisa kasih DP 0%!

Malu enggak?!

 

Wong idenya itu hanya buat vote getter saja!

Gak lebih dari itu.

 

Mana anies ngerti mortgage. Dulu sekolah saja dia tinggal di apartment. Boro2 
mortgage, kredit saja belum tentu dia ngerti!

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, February 22, 2017 1:58 PM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com <mailto:gelora45@yahoogroups.com> >
Subject: RE: [GELORA45] Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka

 

  

Ide Anies dan Sandy itu lebih tepatnya disebut Down Payment Assistance atau 
Homebuyer Assistance yang disediakan beberapa kota (tidak semuanya tergantung 
dana) yang sebenarnya umum saja. Down Payment Assistance ini sifatnya second 
loan dengan tingkat bunga yang relatif rendah. Program seperti ini tidak selalu 
ada terus tergantung dari kondisi keuangan city itu, selain membantu warga utk 
beli rumah juga sebenarnya menambah pendapatan city berupa property tax.

 

Beberapa contoh Down Payment Assistance:

 

City of Roseville:

Maximum assistance will be in the amount of $60,000. 

 <http://www.roseville.ca.us/housing/assistance_to_first_time_homebuyers.asp> 
http://www.roseville.ca.us/housing/assistance_to_first_time_homebuyers.asp

 

City of Elk Grove:

Maximum $59,650 or 20% of purchase price, whichever is less.

 
<http://www.elkgrovecity.org/UserFiles/Servers/Server_109585/File/homebuyer-assistance-program-summary.pdf>
 
http://www.elkgrovecity.org/UserFiles/Servers/Server_109585/File/homebuyer-assistance-program-summary.pdf

 

City of Downey

The City of Downey has teamed up with the housing non-profit organization 
Neighborhood Housing Services (NHS), to offer a $60,000 down payment assistance 
loan to qualifying families in the community. The program allows for two (2) 
$30,000 loans to be combined, a City loan and a matching loan from NHS, to 
provide the borrower with a total $60,000 loan at 3% simple interest. The 
City’s interest will begin to be forgiven after the 20th year at a 1/10th rate 
per year; at the 30th year, the City’s original loan amount and any interest 
will be forgiven in its totality. If the homebuyer sells, transfers/changes 
title, refinances and cashes-out, and/or no longer utilizes the property as 
their primary residence before the 30th year, the original City loan amount, 
plus applicable interest, will be due and payable. NHS’ principal loan amount 
and interest will be due and payable at the 30th year. 

 <http://www.downeyca.org/gov/cd/housing/assist.asp> 
http://www.downeyca.org/gov/cd/housing/assist.asp

 

---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <nesare1@... 
<mailto:nesare1@...> > wrote :




"Kalau DP nol, cicilannya akan semakin besar

Nesare: maksud anies dan sandi bukan begini. Idenya anies dan sandi itu adalah 
DP nya di finance. Financing/pendanaan DP ini dari pemerintah. Ini ide 
dasarnya. Dia jelas gak bisa suruh swasta yang financing/mendanai DP ini karena 
dia bukan kerja di swasta. Dia kalau jadi gubernur, dia mau mendanai DP ini 
yang tentunya dari kas DKI. Ini persoalannya. Ya babak belurlah kas DKI. Kalau 
terjadi default, ya matilah DKI karena duit yang dihutangkan akan hangus. Lalu 
kredit macet itu mengganggu harga rumah dan ujung2nya bisa bikin ekonomi 
makro/nasional babak belur alias stagflation.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, February 22, 2017 1:01 PM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com <mailto:gelora45@yahoogroups.com> >
Subject: [GELORA45] Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka

 

 

 


 
<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/02/11/155930826/ini.risiko-risiko.kpr.tanpa.uang.muka>
 Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka


 


 




                

        

Ini Risiko-risiko KPR Tanpa Uang Muka


By Kompas Cyber Media

11 Februari 2017 - KPR tanpa DP akan membuat cicilan menjadi lebih besar

        

 


 


Sabtu, 11 Februari 2017 | 15:59 WIB

 

 

  
<http://assets.kompas.com/data/photo/2017/02/11/155633031244640-f64c-4523-9b9d-40f21fa5d788780x390.jpg>
 

Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 
Rakyat Maurin Sitorus di Indonesia Property Expo 2017, Jakarta, Sabtu 
(11/2/2017).

 

 <http://indeks.kompas.com/tag/jakarta> Jakarta, KOMPAS.com - Skema pembiayaan 
KPR saat ini cukup beragam, mulai dari bunga kreditnya, uang mukanya, hingga 
tenornya.

Saat ini bahkan ada wacana untuk meniadakan uang muka (down payment/DP) agar 
masyarakat kelas bawah bisa memiliki rumah.

Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan  
<http://indeks.kompascom/tag/kementerian.pekerjaan.umum.dan.perumahan.rakyat> 
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Maurin Sitorus menjelaskan, ada 
beberapa hal yang harus diperhatikan jika kredit tanpa uang muka ini diterapkan 
untuk pembiayaan rumah.

Pertama, mengenai komitmen kepemilikan (ownership). Maurin mengatakan jika 
tanpa DP, maka ownership debitur kredit rumah menjadi rendah. Hal itu juga 
terkait dengan aspek kedua yaitu besaran cicilan dan kemampuan membayar dari 
debitur itu sendiri.

"Kalau DP nol, cicilannya akan semakin besar," kata Maurin ditemui di sela 
Indonesia Property Expo 2017 di JCC Senayan,  
<http://indeks.kompas.com/tag/jakarta> Jakarta, pada Sabtu (11/2/2017),

Hitung-hitungan mudahnya ia contohkan dengan kredit rumah Rp 100 juta. Apabila 
dengan DP 30 persen, artinya tinggal mengangsur Rp 70 juta. Maka bunga KPR lima 
persen dari Rp 70 juta sekitar Rp 3,5 juta.

Dengan asumsi tenor 15 tahun, maka debitur harus mencicil sebesar Rp 408.334 
per bulan (Rp 73,5 juta dibagi 180 bulan).

Tetapi bila dengan skema kredit tanpa DP, maka beban bunganya saja sudah 
berbeda, yaitu 5 persen dikalikan Rp 100 juta atau sebesar Rp 5 juta. Sehingga 
dengan asumsi tenor yang sama 15 tahun, maka debitur harus mencicil sebesar Rp 
583.334 per bulan (Rp 105 juta dibagi 180 bulan).

Cicilan untuk rumah yang lebih tinggi ini akan menjadi masalah. Sebab, kata 
Maurin saat ini ketentuan besaran cicilan yakni 35 persen dari pendapatan.

"Kenapa ditaruh 35 persen? Karena kita punya kebutuhan lain, biaya hidup, biaya 
sekolah anak," kata Maurin.

Maurin mengatakan, jika pendapatannya mepet sementara ada kebutuhan pendidikan 
dan cicilan rumah yang mahal, tentu saja masyarakat lebih mementingkan membayar 
sekolah. Sehingga, imbuhnya, apabila cicilan rumahnya di atas 35 persen dari 
pendapatan, maka kemungkinan besar KPR itu akan bermasalah atau dengan kata 
lain cicilan macet.

Jika KPR bermasalah, lanjut Maurin, maka perbankan akan bermasalah juga. Dan 
kalau perbankan bermasalah, maka perekonomian nasional akan bermasalah.

"Itu kelihatannya simpel, mikro. Tetapi, yang mikro itu bisa menjadi makro," 
ucap Maurin. Kemudian, ketika ditanya apakah mungkin diberikan tenor atau 
jangka waktu pinjaman lebih panjang, menjadi 30 tahun. Sehingga cicilannya 
menjadi lebih ringan?

Maurin menegaskan, nantinya hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap 
hitung-hitungan besaran cicilan. Namun, perlu diperhatikan juga kondisi atau 
daya tahan perbankan dalam hal pembiayaan dan risikonya.

"Kan perbankan dikontrol ketat, rasio kredit macet enggak boleh tiga persen, 
harus di bawah itu. Jadi, itu (program) harus ekstra hati-hati menetapkan," 
ujar Maurin.


Penulis

: Estu Suryowati


Editor

: M Fajar Marta



  • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
      • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
        • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
        • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
          • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
          • ... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
          • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
  • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
  • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke