“Kami sampai mengecor kaki ini, menyakiti ini, untuk keseimbangan Jawa. Kami 
berharap Pak Jokowi, pemerintah jangan ‘nggawe dolanan’ petanilah,” katanya 
saat sore ketika diterima masuk kompleks Istana Kepresidenan Jakarta oleh 
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

 ...
 

 Panorama pabrik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Gunem, Rembang, yang 
bakal mengeksplorasi karst Pegunungan Kendeng eks Keresidenan Pati, Jateng, 
Rabu (22/3/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)
 Senin, 27 Maret 2017 16:50 WIB  http://www.solopos.com/ 
http://www.harianjogja.com/ http://www.koran-o.com/JIBI/Solopos/Antara/Hanni 
Sofia Soepardi Semarang http://www.solopos.com/semarangShare :  
http://www.twitter.com/soloposdotcom  http://www.facebook.com/soloposcom  
https://plus.google.com/+soloposdotcom/  https://instagram.com/soloposdotcom/

 PABRIK SEMEN PATI 
Air Mata Pertahankan Mata Air Kendeng 
http://www.solopos.com/2017/03/27/pabrik-semen-pati-air-mata-pertahankan-mata-air-kendeng-805024
 Pabrik Semen Indonesia di Rembang yang bakal mengeksplorasi gamping Pegunungan 
Kendeng di eks Keresidenan Pati, Jateng dikhawatirkan mematikan mata air yang 
dibutuhkan petani setempat.
 Nyanyian sunyi penuh damai di kawasan Pegunungan Kendeng di Kabupaten Rembang 
dan sekitarnya di Jawa Tengah, kini seperti sudah menjelma menjadi keriuhan 
polemik yang dibumbui intrik politik. Benar bahwa persoalan penghentian 
pembangunan pabrik semen di Rembang itu sudah dibawa sampai Presiden di 
Jakarta, tapi jalan keluar untuk mengembalikan kawasan Kendeng seperti semula 
layaknya harus melalui ujian panjang penuh onak dan duri.
 
 Kini gemericik mata air yang membelah perbatasan Desa Pasucen dan Tegaldowo di 
Rembang, bahkan nyaris terdengar seperti tetesan air mata saja bagi para 
sedulur petani di kawasan Kendeng. Kepergian Yu Patmi sebagai srikandi Kendeng 
yang pernah menyemen kakinya sebagai bentuk perlawanan di depan keangkuhan 
tembok Istana di Jakarta adalah air mata lain yang menandakan perjuangan 
dulur-dulur sang mbakyu (kakak perempuan) di kawasan Kendeng memanglah masih 
teramat panjang.
 Setidaknya Pabrik Semen Indonesia itu telah berdiri dengan kokoh di sana, di 
antara bentangan pegunungan kapur terjal yang sejajar dengan Serayu Selatan. 
Mestinya, alam tetaplah dibiarkan berbaik hati pada petani. Alam yang telah 
mengizinkan bukit-bukit karst putih itu pada akhirnya bisa ditembus air hingga 
mengirigasi puluhan hektare lahan sawah di kawasan Kabupaten Rembang dan 
sekitarnya di Jawa Tengah.
 
 Faktanya irigasi selebar satu meter yang membelah jalan di perbatasan dua 
desa, yakni Desa Pesucen dan Desa Tegaldowo memang entah bagaimana nasibnya 
nanti setelah mata airnya yang dikandung oleh bukit Kendeng itu pada akhirnya 
nanti akan ditambang oleh PT Semen Indonesia.
 Gunretno, yang memimpin masyarakat petani yang tergabung dalam Jaringan 
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng masih mempunyai sisa-sisa semangat untuk 
berjuang. Air mata untuk mempertahankan mata air di pegunungan tempatnya 
dilahirkan belum akan kering hingga pemerintah mencabut izin lingkungan 
pembangunan pabrik di kawasan itu.
 “Kami sampai mengecor kaki ini, menyakiti ini, untuk keseimbangan Jawa. Kami 
berharap Pak Jokowi, pemerintah jangan ‘nggawe dolanan’ petanilah,” katanya 
saat sore ketika diterima masuk kompleks Istana Kepresidenan Jakarta oleh 
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
 Itu adalah malam terakhir bagi Patmi, 48, saat pada dini hari itu pula ia 
meninggal dunia akibat serangan jantung. Maka Kendeng pun harus dibanjiri air 
mata esok harinya saat perjuangan belum lagi usai.
 Potensi Rusak Perjuangan Gunretno dan Sedulur Sikep sejatinya dimulai sejak 
lebih dari 10 tahun silam. Perjuangan mereka pada tahun-tahun awal membuahkan 
hasil dengan dimenangkannya gugatan mereka di Pengadilan Tata Usaha Negara 
(PTUN) dan Mahkamah Agung pada 2009.
 Kemenangan ini diikuti dengan ditetapkannya kawasan karst pegunungan Kendeng 
di Sukolilo sebagai kawasan lindung oleh pemerintah. Sedulur Sikep sendiri 
adalah masyarakat adat yang tinggal di sepanjang kawasan Pegunungan Kendeng, 
membentang dari Blora dan Pati di Jawa Tengah hingga Bojonegoro di Jawa Timur.
 Mereka adalah pengikut ajaran Samin Surosentiko—lelaki yang bernama asli Raden 
Kohar—seorang tokoh dari Blora yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah 
kolonial Belanda pada 1890 dengan menolak membayar pajak karena ia nilai 
membebani petani. Ia juga menolak mengikuti aturan yang dikeluarkan pemerintah 
Hindia Belanda.
 Gerakan Saminisme oleh antropolog Amrih Widodo disebut sebagai fenomena sosial 
yang tertua di Asia Tenggara dan menjadi bagian dari gerakan petani. Karena 
itu, perlawanan dan penolakan yang dilakukan Sedulur Sikep terhadap korporasi 
semen hari-hari ini memiliki akar sejarah yang panjang dalam konteks gerakan 
perlawanan petani di Indonesia.
 Perjuangan mereka kini adalah pertaruhan soal sumber air yang mengaliri ribuan 
desa hingga pertaruhan soal potensi rusaknya kualitas tanah dan udara. 
Sayangnya perjuangan tak lantas berhenti lantaran setelah berhasil ditolak di 
Sukolilo, Pati, pada 2012 PT Semen Gresik yang berganti nama menjadi PT Semen 
Indonesia justru memperoleh izin di Tegaldowo, Rembang yang diikuti dengan 
pembangunan pabrik pada 2014.
 Maka Gunretno bersama masyarakat Rembang lain melakukan perlawanan, menuntut 
penghentian rencana pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia hingga 
hari ini. Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan 
(Kontras) Haris Azhar yang mendampingi mereka selama ini, mengaku gusar dengan 
sikap Istana dalam hal ini Kepala Staf Presiden (KSP) Teten Masduki dalam kasus 
para petani Kendeng, Jawa Tengah yang melakukan aksi semen kaki di depan Istana.
 Teten dinilai terkesan hanya mengumbar janji. Ia bahkan mengatakan bahwa 
penerbitan izin lingkungan bagi PT Semen Indonesia adalah bagian dari 
kewenangan Pemda. Sejatinya akar masalah konflik ini terletak di tangan 
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menerbitkan SK izin operasi pabrik 
semen. Padahal Mahkamah Agung (MA) sudah memutuskan bahwa izin tersebut harus 
menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis terlebih dahulu.
 “Teten Masduki tidak merespons apapun. Warga Kendeng akan terus melakukan aksi 
sampai Presiden memerintahkan Gubernur Ganjar Pranowo mencabut SK-nya,” kata 
Haris.
 Pekerjaan Baru Masyarakat Samin tak pernah membayangkan menukar mata 
pencahariannya dengan pekerjaan baru sebagai buruh pabrik. Toh faktanya bahwa 
tak akan seluruh petani Kendeng yang akan terserap sebagai buruh pabrik semen 
lantaran kapasitas yang diperlukan hanya ratusan orang saja.
 Sementara itu, jumlah masyarakat berdasarkan data pemilih pada 2014 di 
Kecamatan Gunem, tempat pabrik itu berdiri ada ribuan, yakni 14.698 jiwa 
meskipun tak seluruhnya berusia produktif. Mereka menggantungkan hidup sebagian 
besar pada sektor pertanian hingga sesuai data BPS tercatat di Rembang 
distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan 
usaha dari 2010 sampai dengan tahun 2012, secara umum didominasi oleh sektor 
pertanian dengan angka kontribusi 43,91%. Bisa dimengerti ketika masyarakat 
Kendeng kemudian memperjuangkan sumber kehidupan mereka termasuk mata air yang 
menghidupi lahan pertanian.
 Di sana ada Cekungan Air Tanah Watu Putih yang kini membuat resah petani 
sekitar tambang termasuk juga aliran air dari cekungan itu yang menghidupi 
petani hingga lintas kabupaten, yakni Rembang, Blora, Pati maupun Grobogan. CAT 
Watuputih adalah salah satu dari 19 cekungan air tanah di Jawa Tengah, yang 
menyimpan 109 mata air, yang juga masuk dalam kawasan lindung geologi, beberapa 
terletak di lokasi pendirian dan penambangan pabrik semen dan sebagian besar 
dimanfaatkan warga untuk lahan pertanian.
 Istana memang tak diam menanggapi itu, Presiden bahkan memberikan waktu khusus 
pada 22 Maret 2017 untuk perwakilan masyarakat Kendeng. Di sela-sela acara itu, 
Jokowi menyempatkan bicara berdua dengan salah seorang petani di wilayah 
Kendeng, Gunarti yang sudah sepekan terakhir mengecor kakinya di seberang 
Istana.
 Presiden juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Patmi 
sekaligus memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkan. Istana, 
melalui Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki juga menyampaikan kepastian PT 
Semen Indonesia menghentikan proses penambangan di pegunungan Kendeng, Rembang, 
Jawa Tengah.
 “Jadi kami sudah panggil PT Semen Indonesia juga hadir dalam pertemuan tadi 
pagi Deputi Menteri BUMN untuk respon demo dari masyarakat Kendeng yang menolak 
pabrik semen. Dan sudah disepakati bahwa PT Semen menghentikan untuk sementara 
proses penambangannya dan memang sudah mereka hentikan,” kata Teten.
 Dalam pertemuan dengan empat perwakilan petani yang kakinya disemen beberapa 
waktu lalu itu, Teten juga menyampaikan bahwa PT Semen Indonesia setuju untuk 
melakukan perbaikan pada jalan-jalan yang rusak akibat alat-alat berat yang 
dioperasikan selama proses penambangan. Selain itu, hal ketiga yang juga 
disampaikan Teten kepada perwakilan petani itu yakni terkait penundaan rencana 
peresmian pabrik Semen Indonesia di Rembang.
 
 Penghentian operasi sementara pun dianggap hanya solusi sesaat sebab Kendeng 
tak pernah menginginkan mata air mereka rusak hingga menyisakan air mata untuk 
anak cucu masyarakat Samin.
 

 

Kirim email ke