Beda pandangan dua kiai NU soal pernyataan Jokowi

Rabu, 29 Maret 2017 06:04Reporter : Randy Ferdi Firdaus   
   - 
    
   - 
    
   - 
    
   -       
      - 3.6k
         - SHARES


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Beda pandangan dua kiai NU soal pernyataan Jokowi | merdeka.com
 Let's be smart. Beda pandangan dua kiai soal pernyataan Jokowi. Jokowi meminta 
pisahkan antara politik dan a...  |   |

  |

  |

 
Jokowi di Tapanuli Tengah. ©humas gubernur sumut
Merdeka.com - Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta 
pisahkan antara politik dan agama. Hal ini berkaitan dengan pertarungan Pilgub 
DKI 2017 yang kental dengan nuansa SARA. Pernyataan Jokowi ini pun menuai pro 
dan kontra, bahkan di kalangan petinggi Nahdlatul Ulama (NU).

Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin mengatakan, politik dan agama saling menguatkan 
dan menopang. Dia berbeda pandangan dengan Jokowi.

"Agama dan politik itu kan saling mempengaruhi, kehidupan politik kebangsaan 
itu juga harus memperoleh pembenaran dari agama, kalau enggak ya bagaimana?," 
kata Ma'ruf, di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Pusat, Senin (27/3).

Dia mencoba menafsirkan maksud pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa hari 
lalu yang menyatakan bahwa kehidupan agama dan politik tidak boleh 
dicampuradukkan.

"Itu harus saling menguatkan tapi bukan dalam arti agama yang radikal. Ya 
mungkin yang dimaksud oleh Presiden itu paham-paham yang bertabrakan sehingga 
menimbulkan masalah," ujarnya.

Ketua MUI ini mengatakan, agama berfungsi mencari pembenaran. Sehingga tidak 
mungkin jika keduanya yakni agama dan politik dipisahkan.

"Tapi kalau tidak ada pembenaran dari agama bagaimana? Makanya agama, negara 
dan pancasila itu kan saling menopang saling menguatkan," ucap Ma'ruf.

Tak senada dengan KH Ma'ruf Amin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menegaskan, 
agama tidak boleh disatukan dengan politik. Said sepakat dengan Jokowi.

"Itu pendapat saya kok, tidak ada agama dalam politik dan tidak ada politik 
dalam agama. Itu pendapat saya," kata Said usai menghadiri acara pelantikan dan 
peringatan Harlah Muslimat NU ke-71 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (28/3).

Ditegaskan Said Aqil, dari dulu dirinya selalu menolak jika politik melibatkan 
agama. "Pokoknya pendapat saya dari dulu itu," tegasnya.

Jika agama dicampuradukan dengan politik, semua orang akan lebih galak dan 
bersikap radikal. Bahkan, setiap orang akan lebih mudah mengkafirkan orang lain.

"Politik kalau dicampurkan dengan agama akan galak, akan radikal, akan mudah 
mengkafirkan, akan mudah mengganggap oposan menjadi kafir," pungkas Said.

Sebelumnya, isu agama yang meramaikan Pilgub DKI ini pun disayangkan oleh 
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi meminta, agar dipisahkan antara politik 
dan agama.

"Memang gesekan kecil-kecil kita ini karena Pilkada. Benar nggak? Karena 
pilgub, pilihan bupati, pilihan walikota, inilah yang harus kita hindarkan," 
kata Presiden saat meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di 
Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, seperti dilansir Antara, 
Jumat (24/3).

Kepala Negara meminta tidak mencampuradukkan antara politik dan agama yang saat 
ini berujung pada konflik di masyarakat. "Dipisah betul, sehingga rakyat tahu 
mana yang agama, mana yang politik," katanya.

Jokowi meminta pemuka agama mengingatkan umatnya tentang keragaman ini harus 
dirawat agar tidak menimbulkan perpecahan.

"Para ulama agar disebarkan, diingatkan, dipahamkan pada kita semua, bahwa kita 
ini memang beragam, anugerah yang diberikan Allah bahwa kita beragam," kata 
Jokowi.[rnd]
  • [GELORA45] Beda pandanga... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke