Sejarah sudah membuktikan bahwa rasisme itu akar dari
kapitalisme-kolonialisme-imperialisme. Segala cara 
mereka halalkan demi dominasi keuntungan, termasuk 
mencekoki kepala orang dengan kampanye berlabel "ilmiah" 
supaya terkesan pinter. Padahal secara genetik, setiap anggota 
spesies manusia memiliki kesamaan gen yang tak terbantahkan.
Faktor keuntungan sepihak (entah itu ekonomi, sosial, atau 
politik / kedudukan) pastilah menjadi hitungan si kapitalis-kolonialis 
untuk tidak mengupayakan pemulangan anak negeri yang terdampar. 
Artinya, si kapitalis betul-betul menggunakan HAM-nya untuk 
merengek kepada diaspora dan tidak mempedulikan HAM merekayang terdampar.
Karena itu, mari kita robek-robek deklarasi HAM PBB yang hanyamenguntungkan 
kelompok dominan yang selalu sok ilmiah.


 --- jonathangoeij@... wrote:
 
Hal itu yg lebih bisa menjelaskan para penganut kapitalisme sejati, mungkin 
menurut pandangan beliau biaya politik memulangkan para mantan pelajar itu 
terlalu tinggi sementara manfaat yg didapat terlalu kecil.

--- ajegilelu@... wrote :
Seorang presiden Jawa mengirim ribuan pemuda-pemudi 
belajar ke luarnegeri untuk menjadi agen pembangun negaranya.Karena satu hal, 
para pelajar tersebut terhalang untuk pulang.
Sekarang, presiden Jawa yang lain cuma bolak-balik memohon 
sumbangsih kaum diaspora tanpa secuil pun usaha memulangkan
para pelajar (manusia) yang puluhan tahun terdampar di negeri 
orang.
Ini persoalan ras atau IQ?

--- jonathangoeij@... wrote:
Menarik melihat pendapat IQ berdasarkan ras dan memang berdasarkan penelitian 
didapati urutan Asian, White, Hispanic, Black; menariknya juga median household 
income juga kurang lebih sama; perhatikan kedua grafik dibawah. Sebenarnya 
apakah IQ mempengaruhi income ataukah income mempengaruhi IQ?





kutipan:Fakta ilmiah yang ada adalah bahwa IQ dari orang2 Oriental (Korean, 
Chinese, Japanese) lebih tinggi dari IG orang2 kulit putih (white). Faktor yg. 
sama dari mereka (Korean, Chinese, Japanese) adalah mereka semua belajar 
raturan huruf sedari kanak2.

--- bhjo@... wrote :

RRT telah menanam modal yg. telah dan akan sangat berguna untuk kemajuan 
Tiongkok, yg. dimulai oleh Deng Xiaoping dimana ratusan ribu student 
(undergraduate dan postgraduate utk. mendapat PhD) dikirim ke Luar Negeri dan 
belajar di universitas2 atau institut2 teknologi yg. top di dunia seperti 
Caltech (California Insitute of Technology), Princenton University, Stanford 
University dll. Dan sekarang tidak sedikit dosen2 di universitas2 dan Institute 
Technology di AS yg. asalnya dari Tiongkok. Memang betul, banyak student yg. 
"kecantol" di AS dan tidak mau atau segera pulang ke Tiongkok. Tetapi sebagian 
telah pulang ke Tiongkok (reverse brain drain) dan sangat berguna untuk 
kemajuan Tiongkok. Tentunya tidak gampang utk. student2 dari Luar Negeri utk. 
bisa diterima atau masuk ke top universitas2 di AS. Tetapi student2 dari 
Tiongkok tidak kalah dengan student2 dari Amerika sehingga boleh dibilang top2 
universitas/institut teknologi "dikuasai" oleh student2 dari Tiongkok. Kenapa 
student2 dari Tiongkok tidak kalah dgn. student2 dari AS (orang putih)? Salah 
satu faktor, barangkali (hypothesis) karena anak2 dari Tiongkok dari kecil 
sudah harus belajar huruf Chinese (huruf kanji) yg. ratusan banyaknya dan akan 
mempengaruhi perkembangan otak yg. masih berkembang secara positif (IQ). Fakta 
ilmiah yang ada adalah bahwa IQ dari orang2 Oriental (Korean, Chinese, 
Japanese) lebih tinggi dari IG orang2 kulit putih (white). Faktor yg. sama dari 
mereka (Korean, Chinese, Japanese) adalah mereka semua belajar raturan huruf 
sedari kanak2.
Salam,BH Jo


--- djiekh@... wrote :

Bung Nesare,Terimakasih untuk penjelasannya.Salam,KH

On 13 April 2017 at 17:50, nesare1@... wrote:
Memang benar banyak perusahaan RRT coba narik orang pintar Chinese overseas.Ada 
kenalan mechanical engineering yang kerja di caterpillar di Peoria Illinois 
pusatnya juga bilang begitu.Hanya saja tidak mudah bagi mereka utk pindah 
kesana. Kemauan pindah besar sekali tetapi faktor keluarga terutama anak2 bukan 
isteri dan gaji serta tunjangan menjadi perhatian utama. Tidak banyak yg pindah 
kira2 begitu kesimpulannya. Paling2 yang bisa pindah adalah posisi yg tinggi 
dan sangat tinggi shg gaji dan tunjangan sudah bukan masalah lagi. Kalau masih 
hitung2an duit, Chinese overseas ini masih lebih memilih tetap di USA krn 
walaupun gajinya tidak terlalu tinggi tetapi mengingat tunjangan hari tua dan 
kesempatan anak utk sekolah (gratis disekolah negeri dan bayar di swasta) dan 
mutu pendidikan bhs inggris bikin mereka tetap memilih tinggal di USA. Factor 
yang lain adalah factor kebebasan. Begitu juga factor makanan cukup berperan. 
Ketika kenalan ini pindah dari Peoria ke aurora yang dekat Chicago 13 tahun yl, 
brain drain Chinese overseas ini sudah banyak dibicarakan. Makanya caterpillar 
memilih memindahkan pusatnya dari Peoria ke Chicago gak lama lagi krn 
pertimbangan talent ini penting sekali. Peoria terlalu kecil utk retain talent. 
Karena perusahaannya lagi turun salesnya, ya management harus bikin move, salah 
satu movenya: pindahin kantor pusat ke Chicago.Drain brain ini selalu penting 
utk dibicarakan oleh setiap perusahaan dan negara kalau memang mau competitive. 
Dunia ini globalisasi nya adalah globalisasi pengetahuan. Istilahnya: knowledge 
globalization. Globalisasi itu bukan globalisasi barang dan jasa lagi seperti 
yg ditakuti oleh kelompok kiri dimana barang dan jasa diperjualbelikan antar 
negara. Globalisasi ditakuti atau tidak adalah realitas dunia. Mau tidak mau 
setiap negara akan harus mengadopsi globalisasi kecuali kalau mau menutup diri 
yg disebut sbg: proteksionisme. Hainan airlines itu luar biasa pesat 
perkembangannya. Ini akan menjadi icon buat RRT diluar air china yg kurang 
professional. Nesare
From: kh djie
 
---------- Forwarded message ----------Chinese recruiters are scouring Western 
firmsBy CECILY LIU | China Daily UK | Updated: 2017-04-13 17:25 Seven years 
ago, Weichai Group, a leading Chinese manufacturer of engines for heavy-duty 
trucks and construction machinery, recruited a promising young engineer from 
Caterpillar, a United States rival. Weichai made him the head of its electric 
control unit leading a research and development team of more than 130 
people.Within a few years, 48-year-old Li Daming had helped Weichai develop its 
own ECU technology, the engine's brain, and put an end to the company's 
reliance on overseas ECU technology. The change has significantly helped the 
company reduce its production costs.Li's career path highlights a growing trend 
among Chinese companies to grab talented people from international rivals and 
use them as they globalize.Wechai, Hainan Airlines, Eastern Airlines and many 
other Chinese companies have sent human resources teams overseas to hunt for 
talent in recent years. Their targets range from fresh graduates to experienced 
managers."We are hunting for Chinese talents with overseas experience who can 
contribute toward our team their valuable skills, international mindsets and 
understanding of overseas markets as we expand abroad," said Lyu Shousheng, 
vice-general manager of Weichai, who led a team of recruiters to a job fair at 
Queen Mary University in London on Sunday.In recent years, Weichai has made 
equity investments in Western companies, including Germany's Kion, Linde 
Hydraulics, and Dematic, Italy's Ferretti, and France's Moteurs 
Baudouin.Recruiting people whose technical skills and cultural understanding 
can bridge between Weichai and its overseas subsidiaries is crucial, Lyu 
said.Both Hainan Airlines and China Eastern Airlines have also participated in 
job fairs at institutions including University College London, Imperial 
College, the University of Cambridge, and the University of Manchester. 
Meanwhile Tianjin Airlines held its own recruitment event last month at 
London's Gatwick Airport with the intention of attracting talent from rival 
Western airlines.Gao Leqi, general manager of the Manchester branch of Hainan 
Airlines, was surprised by the level of interest he encountered when his team 
staged a recruitment day at the University of Manchester last year."From 
morning to late afternoon, our team met over a thousand Chinese students coming 
from universities in the English Midlands and Northern England. I was so 
impressed by their eagerness and enthusiasm," said Gao.The companies' overseas 
recruitment drives are supported by Chinese government policies, such as the 
Thousand Talents Plan that started in 2008. So far, it has attracted more than 
40,000 talented individuals back to China, through financial rewards and visa 
privileges. Such initiatives reduce the cost to companies of recruiting people 
from overseas.Fast career progression thanks to China's tremendous economic 
growth is attractive to many talented Chinese people working overseas, but some 
still hesitate."Some graduates initially hoped that we were recruiting for our 
UK team, and felt disappointed when they realized the jobs were in China," Gao 
said. He said some graduates were worried about lower salaries in China and 
about not being able to pick the Chinese city of their choice after their 
return.

Kirim email ke