Refleksi : Menurut penghamatan saya apa yang diuraikan oleh pak Jendran TNI
AD   <http://indeks.kompas.com/tag/gatot.nurmantyo> Gatot Nurmantyo tidak
semuanya betul. Penilaian bahwa  saat ini kiai dan ulama diyakini dapat
menjadi pemersatu umat beragama. Menurut pengamatan saya penilaian seperti
itu  adalah di dipengarui oleh kecenderungen pada persepsi manusia, yang
dipengarui oleh keinginan, kebutuhan, pendirian,dan faktor-faktor psikologis
lainnya, yang bisa  dikategorikan sebagai Persepsi Selektif.

Seharusnya dalam melakukan penilaian terhadap para Kiai,Ustat dan Ulama,
kita harus menginterprestasikan data sensorik, yaitu data-data yang masuk
pada kita melalui panca indra kita. Hasil penelitian telah mengidentifisikan
dua jenis pengaruh dalam persepsi, yaitu pengaruh struktural dan pengaruh
fungsional. Pengaruh struktural, pada persepsi berasal dari aspek-aspek
rangsangan yang terpapar pada kita, misalnya titik-titik yang disusun
berdekatan secara berjajar akan terlihat seperti bentuk garis. Pengaruh
fungsional merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi,
dan karena itu membawa subjektivitas kedalam proses. 

 

Ucapan pak Jendral Gatot Nurmanyo, yang mengatakan bahwa saat ini kiai dan
ulama diyakini dapat menjadi pemersatu umat beragama, pada saat pak jendral
Gatot Nurmantio berada di hadapan 10.000 santri Pondok Pesantren Buntet,
<http://indeks.kompas.com/tag/jawa.barat> Jawa Barat, Sabtu  (15/4/2017)
malam. ( baca:
<http://nasional.kompas.com/read/xml/2017/04/16/14361371/panglima.tni.sebut.
kiai.dan.ulama.jadi.pemersatu.umat.beragama> Panglima TNI Sebut Kiai dan
Ulama Jadi Pemersatu Umat Beragama). Jadi bisa dipercaya bahwa ucapan pak
Gatot yang mengatakan bahwa : saat ini kiai dan ulama diyakini dapat menjadi
pemersatu umat beragama,  dipengaruhi oleh lingkungannya yaitu 10.000 santri
di Pondok Pesantren Buntet-Jawa Barat. Jadi ucapan pak Gatot tersebut diatas
saya tanggapi sebagai  Persepsi Selektif, yaitu persepsi manusia yang
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, sikap-sikap, dan
faktor-faktor psikologis lainnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa saat
ini kiai dan ulama diyakini dapat menjadi pemersatu umat beragama, adalah
bersifat  subjetivisme. Peninjauan ini didukung oleh fakta yang berdasarkan
pengetahuan empiris, yang menunjukakn bahwa didalam umat Islam terdapat
interakasi antara sesama umat islam dalam memahami masalah Pluralisme yang
terkandung dalam Roh Pancasila 1 JUNI 1945.  Ini tercermin dalam fatwa-fatma
MUI, yang telah mengharampamkan Pluralisme (Musyawrah Nasional VII Majelis
Ulama Indonesia (MUI), telah menghasilkan Fatwa-fatwa, yang antara lain
pengharaman Pluralisme dan sekulerisme, yang ternyata berdampak sistemik,
sebagai contoh misalnya ; umat Islam yang setuju Pluralisme dikafirkan oleh
umat islam yang mengawal watwa MUI, dan dampak-dampak yang lainnya.

 

Saya yakin bahwa tidak semua kiai, ustat dan ualama Islam menyetujui
ketetapan MUI yang dikeluarkan dalam Musyawrah Nasional VII Majelis Ulama
Indonesia MUI 2005 tersebut), yang menolak keras Pluralisme. Demikian juga
bisa dipercaya bahwa tidak semua Kiai, Ustat dan Ulama Islam yang secara
legowo menerima Pancasila 1 Juni 1945. Ini tercermin dala sikap Ketua FPI
Habib Rieziq. yang telah penistakan Pancasila 1 Juni 1945,. sebagai ideologi
NKRI. Tidak semua Kiai, Ustat dan Ulama Islam yang mau meneriman ISIS
sebagai saura kita, seperti yang diucapkan oleh pimpimpinan utama FPI Bahib
Rizieq.

Adanya perbedaan dalam menerima  memahami Pancasila inilah yang merupakan
api dalam sekam dikalangan umat islam, yang entah kapan akan bisa meledak,
dan mendorong terjadinya penomena ISIS di Iran dan Syira.

 

Kesimpulan akhir Ucapan Pak Jendral Gatot Nurmantyo, yang mengatakan bahwa
saat ini kiai dan ulama diyakini dapat menjadi pemersatu umat beragama;
adalah pencerminan dari kegagalan pak Jendral Gatot Nurmantyo  dalam melihat
dan memahami adanya interaksi-interaksi dalam umat Islam yang berlain-lainan
aliran, misalnya : Sunni, Sy´ah dan Wahabi, dimana Sunni dipandang sebagai
musih besar oleh aliran Wahabi dan Sy´ah. Interaksi antara mereka itulah
yang bisa berdampak negatif terhadap ketenangan hidup masyarakakat kita ,
karena interaksi tesebut akan  berdampak sistimik.

 

Roeslan.

 

 

 

 

Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Gesendet: Sonntag, 23. April 2017 09:04
An: GELORA_In
Betreff: [GELORA45] Panglima TNI Nilai Tudingan Kudeta yang Ditulis Allan
Nairn Isu Kecil ; Menteri kesehatan yang benar-benar sehat

 

  


Panglima TNI Nilai Tudingan Kudeta yang Ditulis Allan Nairn Isu Kecil


FABIAN JANUARIUS KUWADO

Kompas.com - 22/04/2017, 16:07 WIB

Das Bild wurde vom Absender entfernt.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebelum rapat kerja dengan Komisi
I DPR, Senin (6/2/2017).(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima  <http://indeks.kompas.com/tag/tni> TNI
Jenderal  <http://indeks.kompas.com/tag/gatot.nurmantyo> Gatot
Nurmantyomenanggapi analisis jurnalis asal
<http://indeks.kompas.com/tag/amerika.serikat> Amerika Serikat Allan Nairn
tentang dugaan makar terhadap Presiden
<http://indeks.kompas.com/tag/jokowi> Joko Widodo.

Dalam analisis yang dimuat di media online asal AS dan dikutip media online
di Indonesia itu, Gatot disebut ikut andil dalam upaya makar terhadap
Jokowi.

"Saya tidak akan menanggapi. Karena terlalu kecil bagi saya untuk menanggapi
itu. Itu hoax. Ngapain harus ditanggapi," ujar Gatot saat ditemui di GOR
Ahmad Yani, Kompleks Mabes  <http://indeks.kompas.com/tag/tni> TNI,
Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (22/4/2017).

Meski demikian, Gatot tidak akan mengajukan pemberitaan itu ke proses hukum.

"Kalau tanya sama saya hal yang kecil kayak begitu, ya ngapain harus gitu
(melapor). Biar media saja yang cari informasinya ya. Kalau saya, ngapain,"
ujar Gatot.

"Kalau saya harus mengajukan hukum dengan yang kecil-kecil kayak gitu, itu
kan terlalu rendah," kata dia.

(Baca juga:
<http://nasional.kompas.com/read/xml/2017/04/16/14361371/panglima.tni.sebut.
kiai.dan.ulama.jadi.pemersatu.umat.beragama> Panglima TNI Sebut Kiai dan
Ulama Jadi Pemersatu Umat Beragama)

Gatot mengatakan, menanggapi pemberitaan semacam itu tidak ada gunanya. Sama
saja seperti berkelahi dengan orang tidak waras.

"Itu sama saja dengan kamu berkelahi sama orang gila. Ya mau menang juga
kamu dibilang gila. Mau kalah juga dibilang gila ya. Begitu saja," ujar
Gatot.

Polisi Akan Periksa Tommy Soeharto(Kompas TV)

 

 

Menteri kesehatan yang benar-benar sehat

Minggu, 23 April 2017 13:27 WIB | 258 Views

Oleh Aditya Ramadhan

Das Bild wurde vom Absender entfernt. Menteri kesehatan yang benar-benar
sehat

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pada foto 2 Februari 2017 (ANTARA
FOTO/Wahyu Putro A)

 

Jakarta (ANTARA News) - Suatu ketika, usai rapat koordinasi di kantor
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,  terjadi
pemadaman listrik yang mengakibatkan lift tak bisa digunakan.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek keluar ruangan rapat bersama Wakil Menteri
Keuangan Mardiasmo terlihat terburu-buru. 

Pewarta yang menunggu hasil pembahasan rapat koordinasi tentang keuangan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) langsung mencecar Menteri Kesehatan
dengan pertanyaan. 

Tapi pertanyaan-pertanyaan itu tak dilayani karena Menkes dan Wamenkeu
sedang terburu-buru. "Duh maaf ya, saya buru-buru mau ada ratas (rapat
terbatas)," kata Nila.

Namun, pewarta yang mencari berita membujuk menteri untuk menjawab
pertanyaan sebentar saja karena Menkes tidak akan bisa turun ke lantai dasar
sebab lift tak bekerja.


Menkes mengelak, "Lewat tangga saja deh," katanya. Serentak para pewarta dan
staf Kementerian Kesehatan yang mendampingi mengingatkan bahwa Menkes sedang
berada di lantai 14.

Menteri tetap saja menuruni tangga untuk mencapai lantai dasar dari lantai
14 demi mengejar agenda rapat terbatas dengan Presiden di Istana.

Menteri Kesehatan menuruni tangga darurat yang gelap ditemani beberapa
stafnya dan bersama Wamenkeu Mardiasmo hingga ke lantai dasar. 

Padahal Menteri Nila merupakan perempuan kelahiran 11 April 1949 atau sudah
berusia 68 tahun. 

Menuruni tangga tidak melelahkan seperti menaiki anak tangga satu persatu.
Tapi untuk menuruni tangga dari lantai 14 hingga ke lantai dasar membutuhkan
otot-otot kaki yang kuat guna menahan beban tubuh, dan tentunya gerak tubuh
yang dihasilkan akan membakar banyak kalori.

Menteri Kesehatan RI ini benar-benar sehat seperti apa yang tak
bosan-bosannya dia katakan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan.

Sebagai Menteri Kesehatan, Nila berkunjung ke berbagai daerah untuk
mensosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan kepada masyarakat yang memang
sudah menjadi tugasnya.

Tidak hanya masyarakat umum, bahkan pewarta yang mewawancarainya pasti juga
akan dinasehati apabila memiliki postur yang tidak sesuai dengan indeks
massa tubuh.

"Makanya rajin olah raga, jaga kesehatan, jangan makan banyak-banyak," kata
Nila suatu waktu pada pewarta bertubuh gemuk.

"Hayu makan-makan, makan dulu. Ini badan kamu kurus begini," ujar dia lagi
pada pewarta dengan tubuh yang kurus di kesempatan lainnya.

Pola hidup sehat benar-benar diterapkan di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Contoh lainnya adalah ketika ada suatu acara yang diresmikan oleh menteri
kelahiran Jakarta ini dan mengundang pewarta untuk meliput, para wartawan
disuguhkan sajian makanan yang berbeda seperti yang ditemui di tempat
liputan lainnya.

Beragam camilan sehat disajikan seperti kacang edamame rebus, ubi-ubian
rebus, jagung manis, dan bubur kacang hijau. Sementara menu makanan utamanya
berupa karbohidrat kompleks dari nasi merah dan melimpah sayur-sayuran.

Setiap hari pada pukul 14.00 WIB, akan ada pemberitahuan dari pengeras suara
yang tersebar di seluruh areal kantor kementerian yang mewajibkan pegawai
melakukan peregangan di tengah-tengah kegiatan bekerja.

Kekhawatiran Kesehatan
Sering memberikan nasehat untuk tetap bugar, Nila Moeloek tak jarang juga
terlihat khawatir dengan beberapa persoalan kesehatan masyarakat yang bisa
mempengaruhi kehidupannya.

Nila sering tak tahan apabila melihat kondisi pola hidup masyarakat yang
jauh dari kata sehat. Mulai dari tempat tinggalnya, perilakunya dalam
sanitasi, hingga kesadaran masyarakat tentang pencegahan suatu penyakit.

Terutamanya ialah kanker yang menyerang wanita seperti kanker payudara dan
kanker serviks sebagai yang tertinggi diidap oleh perempuan.

Nila tak henti-hentinya mensosialisasikan kepada para perempuan untuk
memiliki kesadaran agar bisa mendeteksi dini adanya penyakit kanker payudara
dan serviks.

"Padahal kanker serviks dan payudara bisa dicegah dengan cara yang sederhana
dan murah," kata Menkes.

Kekhawatiran Nila lainnya terungkap pada saat ia membacakan surat yang
ditulis RA Kartini pada 25 Mei 1899 yang ditujukannya kepada Zeehandelar
tentang bahaya minuman keras dan candu yang mewabah pada zamannya.

"Syukurlah kami belum pernah memerangi minuman keras. Peradaban itu memuat
berkah tapi ada pula buruknya," Nila membacakan.

Di penghujung pembacaan surat-surat itu Nila mengutarakan apa yang
dirasakannya. Bahwa apa yang dipikirkan RA Kartini pada saat itu tentang
wabah candu dan minuman keras, terjadi dan menjadi persoalan yang dihadapi
saat ini di mana narkotika mengancam kesehatan dan karakter bangsa. 

Editor: Aditia Maruli

 

 



Kirim email ke