Nimbrung : Memang betul kalau dikatakan bahwa sudah 86 tahun keadaan masih belum berubah. Keadaan seperti itu secara analisa Ekonomi ditunjukan dalam : keadaan sebagai berikut: Dialektika hubungan Ekonomi di Indonesia sejak zaman kolonoalisme Belanda sampai sekarang pada dasarnya memang tidak berubah. Ini ditujukkan bahwa ; Ekonomi Rakyat dimana massa wong cilik masih menggantungkan hidupnya, dan tetap berada dalam posisi tertindas sebagai struktur terbawah dalam konsellasi ekonomi Indnesia.
Bisa dipercaya bahwa proses eksploitif telah semakin mencengkam, sebagai dampak dari adanya interaksi antara aktor-aktor ekonomi kuat yang diwakili oleh keompok oligarki ekonomi yang mendominasi kekuasaan pemerintahan, dengan aktor-aktor ekonomi lemah, yang trdiri dari massa wong cilik, yang mencari nafkah sebagai buruh pabik, buruh tani, petani gurem, nelaan, buruh nelayan, pengrajin kecik, dan aktor-aktor ekonomi sekala kecil lainnya. Ini telah dibuktikan antara lain dalam bentuk menurunnya tingkat upah riil buruh, menurunnya nilai tukar petani kecil, semakin banyak petani yang tak bertanah, dan semakin tingginya tingkat pengangguran baik yang terbuka maupun yang tertutup. Yang berubah hanyalah warisan aktor ditingkat atas, sedangkan sifat interaksi seperti yang sudah disebutkan diatas tidak berubah. Penguasa kolonial dan birokrat serkarang seluruhnya bangsa Indoinesia yang mengklaim dirinya sebagai orang-orang ``reformis``. Penguasa feodal dan golongan aristokrat tidak lagi memainkan peranan dalam berkolaborasi dengan pemodal asing. Tempat mereka sebagian besar telah ditempati oleh golongan oligarki ekonomi yang befaham neolib. Sayangnya Indonesai tidak mau melaksanakan reformasi Sosial yang fundamental atau mendasar, yang berarti harus ada perombakan tatanan sosial ekonomi dalam negeri secara mendasar. Adapun tatanan sosial-ekonomi yang secara mendasar harus dirombak adalah tatanan sosial ekonomi yang pincang yang merefleksiokan dirinya dalam bentuk hubungan ekonomoi yang eksploitatif, yang menghasilkan berkumulasinya apa yang disebut ``renten ekonom`` ditangan sekelompok anggota masyarakat, yaitu kelompok ologarki ekonomi. Oligarki ekonomi adalah suatu penomena sosial yang harus dilawan secara mendasar . Ini adalah merupakan pekerjaan besar yang harus kita lakukan, sebagai suplement terhadap pekerjaan besar yang telah kita lakukan yaitu revolusi kemertdekaan. Budaya politik kita harus berani dan mampu melakukan pekerjaan ini, jika kita memang committed terhadap emansipasi sosial yang berperadaban dan merdeka. Oligarki ekonomi tidak dapat dikorekasi dengan membuat dan memberlakukan undang-undang Anti Monopoli/Oligopoli, atau meliberalkan ketentuan-ketentuan perdagangan dan investasi. Committemnt itu harus diujudkan dalam political will, political courage yang teguh dan tegas dari pihak pemerintah, jika memang pemrintah benar-benar Committed terhadap cita-cita proklamasi kenerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu menuju pada tercapainya suatu masyarakat yang adil dan makmur tanpa adanya penghisapan manusia atas manusia. Roeslan. Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Gesendet: Freitag, 18. August 2017 15:34 An: GELORA45@yahoogroups.com; Jonathan Goeij Cc: Yahoogroups; DISKUSI FORUM HLD Betreff: Re: [GELORA45] Re: imperialisme di Indonesia Jadi sudah 86 tahun keadaannya masih belum berubah secara mendasar, bukan? Terbukti sudah bahwa presiden bisa gonta ganti berapa kali, tapi mereka tidak bisa melahirkan perubahan yang menghasilkan lompatan kwalitas menuju sebuah sistim dan masyarakat yang lain sifatnya. Dengan begitu juga terbukti memang hanya rakyat yang sadar dan teroganisasi yang dapat melahirkan perubahan mendasar melalui perjuangan panjang melawan imperialisme dan neo-kolonialisme! Oleh karena itu dukunglah gerakan rakyat! On Wednesday, August 16, 2017 8:47 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Dan dilanggengkan melalui TAP MPRS XXV 1966 yang konon tidak bisa dicabut itu sampai negara bubar. kutipan: Pada kenyataannya, keempat situasi yang diungkap Soekarno 86 tahun silam itu masih berlangsung hingga esok, lusa, dan entah berapa dasawarsa ke depan. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ajegilelu@...> wrote : Dituduh mengatakan "kemerdekaan akan datang dalam tahun 1930”, Soekarno menjawab dakwaan pengadilan kolonial Belanda dengan pidato berjudul 'Indonesia Menggugat' pada 1 Desember 1930. Intinya, ia melantangkan lidah Rakyat Indonesia untuk menggugat kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme yang memelaratkan negeri-negeri jajahan. Dibeberkan bahwa imperialisme-tua sebagai sistem mengangkuti bekal-bekal hidup bangsa penjajah, saat itu telah melar menjadi raksasa imperialisme-modern. Yakni, sistem yang kelak kita kenal sebagai penjajahan gaya-baru (nekolim) dengan kedok "kesopanan" perdagangan dan ekonomi. Khusus tentang imperialisme di Indonesia, Soekarno mengungkap bahwa raksasa imperialisme-modern yang kepala dan tangannya tumbuh semakin banyak itu, tentu saja semakin rakus. Dengan kata lain, semakin banyak permodalan yang mereka hisap dari negeri ini, semakin terbenamlah surga katulistiwa ini ke dalam 4 neraka, yaitu: pertama : tetap menjadi negeri pengambilan bekal-bekal hidup orang lain kedua : menjadi negeri pengambilan bekal-bekal kebutuhan industri asing ketiga : menjadi pasar dari industri asing keempat : menjadi tempat usaha raksasa-raksasa asing Pada kenyataannya, keempat situasi yang diungkap Soekarno 86 tahun silam itu masih berlangsung hingga esok, lusa, dan entah berapa dasawarsa ke depan.