#Rakyat Republik Indonesia BERAGAMA BERBAGAI aliran AGAMA tetapi BUKAN RAKYAT
Republik Indonesia BERAGAMA hanya ISLAM.....
#SIAPAKAH PEMELUK AGAMA2 TERSEBUT?!! Tentunya MANUSIA...
#Jadi PEMELUK AGAMA tertentu TERGANTUNG DARI KWALITAS SI PEMELUK AGAMA2
TERSEBUT...
#Karena pada prinsipnya AGAMA ADALAH BUKAN KEKUASAAN TETAPI AMAL IBADAH PARA
PEMELUK agamaNYA..
#Maka, NEGARA BUKANLAH "MENJAMIN" SURGA NIRWANA DI AKHIR HIDUP PARA MAMUSIA
PEMELUK AGAMA..!''
#"Agama" dan "Manusia" serta "Kekuasaan" SERING "manusia" MEMPOLITISIR "AGAMA"
UNTUK KENDARAAN MENCAPAI "KEKUASAAN" pribadi...
#Peraturan Hukum Republik Indonesia seyogyanya DIPATUHI dan DIHARGAI oleh warga
negeri RI "yang beragama apapun" tanpa terkecuali...
)))))))))))))))))))
Verzonden via Yahoo Mail op Android
Op zo, okt. 22, 2017 om 10:36 schreef 'Chan CT' sa...@netvigator.com
[temu_eropa]<temu_er...@yahoogroups.com>:
From: jonathango...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Sunday, October 22, 2017 3:21
PM
Kehadiran Negara Melindungi Kebebasan Beribadah Dipertanyakan
Minggu, 22 Oktober 2017 | 8:13
Pemerhati Bidang Sosial Masyarakat dari Wiratama Institute, Thessa Samosir
memberikan analisanya dalam diskusi "Evaluasi 3 Tahun Kinerja Pemerintahan
Jokowi-JK tentang Kebebasan Menjalankan Ibadah bagi masyarakat Indonesia, di
Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (21/10/2017).
YOGYAKARTA – Sikap sekelompok organisasi kemasyarakatan (ormas) yang akhirnya
membatalkan kegiatan kerohanian kristen di Stadion Kridosono Yogyakarta,
dinilai sebagai bentuk arogansi pihak tertentu terhadap kebebasan menjalankan
ibadah bagi pihak yang dianggap minoritas.
Hal itu disampaikan oleh Pemerhati Bidang Sosial Masyarakat dari Wiratama
Institute, Thessa Samosir pada acara diskusi Evaluasi 3 Tahun Kinerja
Pemerintahan Presiden Jokowi-Wakil Presiden Jusuf Kalla tentang Kebebasan
Menjalankan Ibadah bagi masyarakat Indonesia, di Kampus Universitas Gadjah Mada
(UGM), Sabtu (21/10/2017).
"Sikap arogansi ormas yang meminta aparat kepolisian untuk tidak mengizinkan
kegiatan kerohanian kristen di Stadion Kridosono, menjadi bukti bahwa negara
belum seutuhnya hadir bagi kepentingan masyarakatnya," ujar dia.
Thesa dalam keterangannya menuturkan, manusia itu sesungguhnya ciptaan Tuhan
yang sangat beruntung, diberi anugerah berupa fisik yang sempurna serta akal
dan pikiran. Namun, masih ada saja manusia yang tidak menggunakan secara baik
dan benar akalnya untuk berpikir, berpendapat, dan bertindak.
Akibatnya, upaya menjaga demokrasi dan multikulturalisme yang selama ini dijaga
baik oleh setiap lapisan masyarakat bersama dengan pemerintah, tercoreng dengan
ulah segelintir ormas. Apalagi alasan yang disampaikan sebagai dasar penolakan
kegiatan kerohanian tersebut, sangat tidak beralasan.
“Seharusnya kita menelusuri terlebih dahulu seperti apa fakta sebuah peristiwa,
kemudian kita berfikir, berikan pendapat, dan jika perlu bertindak ya
bertindaklah dengan bijak. Sebagai salah satu contoh akibat dari kegegabahan
berpikir dan bertindak adalah batalnya Kebaktian Nasional Reformasi 500 tahun
oleh Pdt. Dr. Stephen Tong yang seharusnya diadakan di Kridosono pada tanggal
20 Oktober 2017 kemarin,” imbuhnya.
Argumentasi Irasional
Menurut Thessa, alasan penolakan kegiatan tersebut lebih merupakan alasan
irasional yang dicari-cari dan tanpa dasar. Yaitu soal demi keamanan dan
ketertiban kota, karena diadakan di tempat terbuka. Berikutnya adalah kegiatan
tersebut dianggap dapat menyebabkan terjadinya pemurtadan massal.
“Kebaktian Nasional yang sedianya diadakan Pdt. Dr. Stephen Tong ini sama
sekali tidak bertujuan memurtadkan masyarakat Yogyakarta. Kebaktian ini murni
memperingati 500 tahun reformasi gereja, mengenang sejarah dan perkembangannya
di dunia, termasuk di Indonesia. Jadi alasan yang disampaikan merupakan alasan
irasional," terang Thessa lagi.
Nihilitas Negara
Berdasarkan fakta di atas, dia mempertanyakan kehadiran negara. Apalagi, surat
ormas tersebut ditujukan kepada kepolisian daerah (Polda) Daerah Istimewa
Yogyakarta yang meminta agar tidak diberikan izin pelaksanaan kegiatan ibadah
tersebut.
"Polri merupakan cermin kehadiran negara dalam memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi masyarakat Indonesia, kini justru jadi alat ormas untuk membuat
kegaduhan. Jadi kami nilai negara belum hadir bagi setiap masyarakatnya,
terutama dalam menjalankan kegiatan ibadah masing-masing. Jangan sampai terjadi
nihilitas negara dalam hal senada di kemudian hari," tandas Thessa.
Pembelajaran Bersama
Secara terpisah, Pengamat Kebijakan Publik bidang Sosial Masyarakat dari
Universitas Indonesia, Sri Handiman Supyansuri mengatakan, tindakan ormas
tersebut merupakan bentuk perilaku premanisme yang terjadi di era keterbukaan
informasi saat ini. Artinya, banyak orang memahami dengan jelas apa sebenarnya
yang terjadi dalam proses perijinan hingga menjelang pelaksanaan ibadah
tersebut.
"Bahkan, jikalau mau ditelisik lebih dalam lagi, aparat keamanan pun paham
betul apa kepentingan dan siapa dalang di balik penolakan ormas itu.
Pertanyaannya, siapa yang lebih mendominasi untuk didukung," papar dia.
Meski demikian, Radja juga mengingatkan agar panitia pelaksana khususnya
panitia lokal dapat belajar dari kejadian tersebut. Sehingga kedepannya,
peristiwa serupa tidak lagi terjadi.
"Panitia harus belajar humble dari kondisi ini. Meski semua proses perijinan
telah dijalankan, namun realitanya tetap terjadi penolakan. Itu artinya, teori
tidak selalu sama dengan praktik di lapangan. Jadi perlu banyak belajar untuk
mendengar dan bertenggang rasa dengan masyarakat sekitarnya," ungkap dia.
Terkait kehadiran negara, ia mengatakan saat ini negara sudah berupaya hadir
secara optimal di tengah masyarakat. Namun, upaya menjaga keamanan dan
kenyamanan terutama di sekitar tempat beribadah, menjadi tanggungjawab
masing-masing gereja dan umatnya.
"Realita di lapangan mencatat bahwa banyak gereja sebenarnya sedang membangun
menara gadingnya sendiri. Akibatnya mereka sulit memahami kondisi riil yang
terjadi di masyarakat sekitarnya. Jadi peristiwa ini sebaiknya menjadi
pembelajaran bagi semua pihak," tambah dia. (gor)
#yiv6476347024 #yiv6476347024 -- #yiv6476347024ygrp-mkp {border:1px solid
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-mkp #yiv6476347024hd
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px
0;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mkp #yiv6476347024ads
{margin-bottom:10px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mkp .yiv6476347024ad
{padding:0 0;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mkp .yiv6476347024ad p
{margin:0;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mkp .yiv6476347024ad a
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-sponsor
#yiv6476347024ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-sponsor #yiv6476347024ygrp-lc #yiv6476347024hd {margin:10px
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-sponsor #yiv6476347024ygrp-lc .yiv6476347024ad
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv6476347024 #yiv6476347024actions
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv6476347024
#yiv6476347024activity
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv6476347024
#yiv6476347024activity span {font-weight:700;}#yiv6476347024
#yiv6476347024activity span:first-child
{text-transform:uppercase;}#yiv6476347024 #yiv6476347024activity span a
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv6476347024 #yiv6476347024activity span
span {color:#ff7900;}#yiv6476347024 #yiv6476347024activity span
.yiv6476347024underline {text-decoration:underline;}#yiv6476347024
.yiv6476347024attach
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px
0;width:400px;}#yiv6476347024 .yiv6476347024attach div a
{text-decoration:none;}#yiv6476347024 .yiv6476347024attach img
{border:none;padding-right:5px;}#yiv6476347024 .yiv6476347024attach label
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv6476347024 .yiv6476347024attach label a
{text-decoration:none;}#yiv6476347024 blockquote {margin:0 0 0
4px;}#yiv6476347024 .yiv6476347024bold
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv6476347024
.yiv6476347024bold a {text-decoration:none;}#yiv6476347024 dd.yiv6476347024last
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv6476347024 dd.yiv6476347024last p
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv6476347024
dd.yiv6476347024last p span.yiv6476347024yshortcuts
{margin-right:0;}#yiv6476347024 div.yiv6476347024attach-table div div a
{text-decoration:none;}#yiv6476347024 div.yiv6476347024attach-table
{width:400px;}#yiv6476347024 div.yiv6476347024file-title a, #yiv6476347024
div.yiv6476347024file-title a:active, #yiv6476347024
div.yiv6476347024file-title a:hover, #yiv6476347024 div.yiv6476347024file-title
a:visited {text-decoration:none;}#yiv6476347024 div.yiv6476347024photo-title a,
#yiv6476347024 div.yiv6476347024photo-title a:active, #yiv6476347024
div.yiv6476347024photo-title a:hover, #yiv6476347024
div.yiv6476347024photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv6476347024
div#yiv6476347024ygrp-mlmsg #yiv6476347024ygrp-msg p a
span.yiv6476347024yshortcuts
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv6476347024
.yiv6476347024green {color:#628c2a;}#yiv6476347024 .yiv6476347024MsoNormal
{margin:0 0 0 0;}#yiv6476347024 o {font-size:0;}#yiv6476347024
#yiv6476347024photos div {float:left;width:72px;}#yiv6476347024
#yiv6476347024photos div div {border:1px solid
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv6476347024
#yiv6476347024photos div label
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv6476347024
#yiv6476347024reco-category {font-size:77%;}#yiv6476347024
#yiv6476347024reco-desc {font-size:77%;}#yiv6476347024 .yiv6476347024replbq
{margin:4px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-actbar div a:first-child
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mlmsg
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-mlmsg select, #yiv6476347024 input, #yiv6476347024 textarea
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-mlmsg pre, #yiv6476347024 code {font:115%
monospace;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mlmsg *
{line-height:1.22em;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-mlmsg #yiv6476347024logo
{padding-bottom:10px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-msg p a
{font-family:Verdana;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-msg
p#yiv6476347024attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-reco #yiv6476347024reco-head
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-reco
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-sponsor
#yiv6476347024ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-sponsor #yiv6476347024ov li
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-sponsor #yiv6476347024ov ul {margin:0;padding:0 0 0
8px;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-text
{font-family:Georgia;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-text p {margin:0 0 1em
0;}#yiv6476347024 #yiv6476347024ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv6476347024
#yiv6476347024ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none
!important;}#yiv6476347024
