Apanya yang GAMPANG??? Lha, kenyataan nenek dalam tempurung ini belum bisa buka 
mata atau terkurung dalam TEMPURUNG! 

Bisa tidak melihat kenyataan yang terjadi saja masih bermasalah! Bisa tidak 
mengakui, bahwa KAPITAL hanyalah BENDA yang TIDAK mesti menjadi KAPITALISME 
JAHAT! Kenyataan KAPITAL juga bisa berguna bagi RAKYAT BANYAK! Semua itu 
tergantung pada kapital berada ditangan siapa dan bagaimana digunakan! Lalu 
dimana salahnya KAPITALIS, pemilik kapital itu? KAPITALIS tidak salah dan juga 
tidak berdosa selama dia TUNDUK pada UU/ketentuan yang berlaku! Diatur dan 
kendalikan saja pertumbuhan kapitalis sesuai kondisi masyarakat, jangan biarkan 
KESERAKAHAN tak terkendali menjadi KEKEJAMAN yang tidak manusiawi! Jadi, tidak 
seharusnya BERLAKUKAN kapitalis menjadi SASARAN revolusi yang harus dibasmi 
dijaman sekarang ini, cukup menindak dan jatuhkan saja sanksi HUKUM pada 
kapitalis-kiapitalis yang melanggar HUKUM saja!

Lanjut, ... sebagai negara kapitalis pada umumnya, yang hanya menjalankan 
prinsip “menggunakan modal sekecil2nya untuk mendapatkan keuntungan 
sebesar2nya”, tentu akan berkembang menjadi IMPERIALISME. Tapi bagi PKT yang 
masih berpaham komunis, kapital yang tertumpuk ditangan negara akan tetap 
digunakan untuk kepentingan rakyat banyak, begitulah nanti tahun 2020 
sebagaimana ditargetkan akan BEBAS dari kemiskinan! Dan sekarang juga mulai 
nampak bahwa RRT berperan lebih aktif dalam usaha mendorong maju ekonomi 
didunia, syukur bisa ikut berperan dalam mengangkat kesejahteraan rakyat 
didunia, ...! Dan itulah yang sekarang nampak dijalankan RRT, yang tidak akan 
membiarkan negaranya menjadi super-power untuk mengangkangi dunia. menempuh 
jalan damai, jalan SUTERA yang berprinsip Kerja bersama, Maju bersama, Untung 
bersama dan menang bersama.

Sekarang saya masuki bentuk PERJUANGAN. Nampaknya anda kurang atau bahkan TIDAK 
memperhatikan bentuk perjuangan yg TEPAT harus sesuai kondisi yang dihadapi! 
Masih saja menyamakan kondisi yg berbeda dengan paksakan bentuk perjuangan yg 
sama. Lha, jelas kondisi Korut sekarang ini TIDAK ada intervensi asing, dan 
apakah betul NUKLIR merupakan senjata ampuh untuk pertahanan BELA DIRI?! Ingat, 
saya tidak melarang Korut harus perkuat diri baik ekonomi maupun pertahanan! 
Hanya saja, saya melihat Kim gembrot mengambil LANGKAH kesalahan fatal yang 
sangat gegabah! Dia belon2 sudah bermain nuklir, tanpa berpikir bagaimana 
meluncurkan nuklir itu kesasaran nya! Kalau saja TUJUAN untuk bela diri, dia 
TIDAK SEHARUSNYA meledakkan nuklir itu dinegeri sendiri, kan! Kecuali Kim 
gembrot berprinsip “Daripada bertekuk lutut pada MUSUH lebih baik bunuh diri 
bersama rakyatnya!” Begitu pikiran SEEEIIITAAAAN kejamnya, ya!!!??? Jadi, yg 
seharusnya diutamakan adalah percobaan peluru kendali sampai roket nya dahulu 
dan itu bisa sekalian digunakan untuk peluncuran satelit komunikasi yg berguna 
juga untuk rakyat Korut sendiri. Bagi Korut negara KECIL janganlah berambisi 
menyerang negara lain, cukup pertahanan BELA DIRI saja yang diutamakan! 
Menyiapkan diri sebaik-baiknya bagaimana menghadapi serangan musuh asing dari 
luar saja! Dan untuk itu mestinya cukup dengan peluru kendali sampai jarak jauh 
saja, ... 

Saya berpendapat, sungguh Kim gembrot yang edaaan itu sangat TIDAK LOGIS harus 
gunakan tenaga NUKLIR yang sangat mematikan itu untuk bela-diri, ...! Entah 
kenapa nenek dalam tempurung ini malah bisa jadi pembela kuat Kim gembrot itu! 
KONYOL, dan itu BETUL-BETUL pikiran berdarah dingin yang sangat KEJAAAM, ...! 
Mau menyerang BALAS kalau diserang? Lha, roket nya saja belum nyampe gimana 
meluncurkan peluru nuklir itu ke Pentagon? Belum lagi ditengah perjalanan harus 
siap dihadang ANTI-pelurukendali! Dan ingat, Korut yg negara kecil dan ekonomi 
sangat tergantung dari RRT itu jelas TIDAK berkemampuan menunjang perang nuklir 
yg akan terjadi kalau meledak! Sudaahlah, Kim gembrot itu hanyalah seorang  
yang sama edan dgn Trump! Jangan samakan Ketua Mao yg juga lakukan ledakan 
bom-atom di tahun 64! Kim gembrot itu sedikitpun TIDAK LAYAK dibandingkan Ketua 
Mao, ...!

Salam,
ChanCT


From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Wednesday, December 27, 2017 10:11 PM
To: temu_er...@yahoogroups.com ; GELORA45@yahoogroups.com ; kh djie 
Cc: DISKUSI FORUM HLD ; Rachmat Hadi-Soetjipto ; Daeng ; Harry Singgih ; Farida 
Ishaja ; Gol ; in...@ozemail.com.au ; Mitri ; Lingkar Sitompul ; Ronggo A. ; 
Billy Gunadi ; Oman Romana ; Harsono Sutedjo ; Sahala Silalahi ; Sie Tik Tan ; 
Tjoa 
Subject: Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Fwd: North Korea – UN Security 
Council’s "Killer Resolution", 15 to 0: Choking a Country into Submission

  

Jawabannya sagat mudah sekali!!!! Buat orang remo yang tidak mau mengakui bahwa 
Tiongkok adalah kekuatan imperialis (tidak pernah mau komentar tentang ekport 
kapital dan penghisapan kapital Tkk terhadap buruh Indonesia dan punya basis 
militer!!) ya tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini!!! Jelas-jelas Rusia 
dan Tkk sama-sama kekuatan imperialis dengan latar belakang yang sama, yaitu 
pengkhianat terhadap sosialisme!!! Kalau masih mau "bantu" Korut dikit-dikit, 
itupun karena mereka punya kepentingan nasionalnya sendiri. Seperti juga dulu 
ketika Soviet remo "membantu" rakyat Vietnam dalam perangnya melawan AS. Tidak 
ingat bagaimana Tiongkok membelejeti kemunafikannya kaum remo Soviet dalam 
membantu Vietnam???


Si Chan ini memang orang yang tidak punya malu! Sudah jelas-jelas sangat 
ignorant tentang Kuba (menganggap Kuba dikangkangi AS!!!) dan Korea (tidak tahu 
ttg belum selesainya perang dengan AS sehingga Korut harus terus mempercanggih 
senjatanya untuk membela diri), tapi orang lain yang dicap dalam tempurung!!! 

Hanya orang remo, antek kaum imperialis, yang bisa menyamakan posisi Korut 
dengan posisi imperialis AS, posisi Trump dengan posisi Kim yong un!! Mana ada 
orang yang waras otaknya menyamakan kedudukan Imperialis dengan dedengkotnya 
Trump dengan Korut, negeri yang sudah begitu lama dikenakan sanksi dan terus 
diisolasi dan dikepung!!! Seperti sudah saya bilang berkali-kali, logika kaum 
remo adalah meredam perjuangan dan bertekuk lutut kepada kekuasaan statusquo 
dan kaum imperialis. Bayangkan, Korut yang terus diancam, diintimidasi oleh 
kaum imperialis, dicap nekad, bunuh diri, main-main dengan api ..bla...bla... 
Lha dulu kekuatan Mao dalam memperjuangkan kebebasan kelas pekerja apa tidak 
dimulai dari kecil dan lemah!!?? Semua perjuangan revolusioner di dunia ini, di 
Soviet Uni, di Tkk, di Vietnam, di Kuba, apa tiba-tiba jadi besar dan kuat???? 
Sekali lagi, kalau ngikutin logika remo yang kowtow dan cium pantat si Trump,  
negeri kecil, miskin dan lemah, jangan sok menentang imperialis yang begitu 
kuat dan dipersenjatai sampai giginya!!!

Si Chan dengan otak udangnya tidak akan bisa mengerti, kalau akhirnya  AS dan 
Korsel mau duduk bicara dengan Korut, itu adalah hasil dari sikap tegas dan 
berani dari rakyat Korut sendiri. Tidak ingat bagaimana nasib Khadafi?? Khadafi 
sudah sangat mengalah dan mengikuti kehendak kaum imperialis Inggris dan 
Perancis (misalnya, dalam masalah Lockhead) , sudah tentu dengan maksud menjadi 
teman baik dengan Tony Blair, David Cameron, Nicolas Sarkozi..dan mengakhiri 
sanksinya. Apa hasilnya???? Agresi terang-terangan dan hancurlah Libia!!! Chan, 
jangan sok dan sombong, belajar dan luaskan pengetahuan umummu!!!! Bilang Kuba 
dikangkangi AS!! Uh....uh.. busyeet!!! Kamu caci maki dan hina Kim Yong Un, 
tapi adalah kenyataan yang gamblang bahwa orang gendut itu mampu memimpin 
rakyatnya dan negerinya menghadapi semua kaum imperialis bersama dengan kaum 
remo, pengkhianat, membela harga diri dan kedaulatan negeri dan rakyatnya dan 
tidak kowtow dan cium pantat Trump!!!.. Dan apa yang kamu kerjakan??? 
Bla-bla,,,,jadi jubir dan corong kaum revisionis Tkk, antek imperialis!!!

Sekarang kamu "memuji" peluncuran satelit untuk komunikasi... seolah-olah HANYA 
dengan begitu Korut memperlihatkan keseriusannya dalam menginginkan 
perdamaian.... Padahal peluncuran satelit itu juga merupakan kelanjutan dari 
praktek berdikari dan terus memperkuat pertahanan dan menghancurkan hegemoni 
dan monopoli kaum imperialis dan sekutunya, kaum remo!!  Karena lihat kalimat 
"komunikasi"...terus sang remo berpikir Ooooo, sekarang korut mau damai!! tidak 
lagi main api dengan senjata nuklir!!! Ha...ha... yang badut itu sebetulnya 
siapa??

Kamu kira rakyat sedunia SEKARANG tidak mendukung perjuangan dan sikap tegas 
Korut??? Karena nggak "lapor" kepada Chan dalam menyatakan solidaritas dan 
dukungan kepada Korut, maka Chan anggap Korut tidak mendapat dukungan rakyat 
sedunia!!!! NANTI  baru akan datang dukungan kalau Korut sudah membuktikan 
dirinya betul-betul mau damai!! begitulah lamunan sang remo!!! Yakin 
seyakin-yakinnya!!!! Ha...ha..ha






On Wednesday, December 27, 2017 2:15 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com 
[temu_eropa]" <temu_er...@yahoogroups.com> wrote:




  
TIDAK ADA yg tidak bisa melihat kekurang-ajaran dan keedanan AS-TRUMP! Yang 
jadi masalah, sikap kurang-ajar, sikap edan TRUMP itu jangan dilawan juga 
dengan kurang-ajar dan lebih edaaan, sebagaimana dilakukan si kunuk Kim gembrot 
itu! Itu namanya sama-sama EDAAAAN! Mau dibikin apa dunia ini dengan permainan 
saling maki, saling ancam mengancam meledakkan nuklir, ...! Membuat ketegangan 
di Semenanjung Korea jadi lebih PANAS saja, ...!

Nenek dalam tempurung ini KENAPA tidak mencoba jawab pertanyaan mendasar Peter 
Koeing itu: “Kenapa Rusia dan China yang selama puluhan tahun ini merupakan 
sekutu Korut tidak berpihak membela Korut, bahkan jadi secara bulat menyetujui 
menakan dan pencilkan Korut?” Padahal jelas hubungan dagang Korut banyak 
tergantung dari 2 negara tsb. Kalau menjatuhkan sanksi dengan menghentikan 
pengiriman barang ke Korut jadi sangat dirugikan? Dan apakah dengan begitu 
sangat berarti dan menentukan ekonomi nasional kedua negara itu?

Pihak RRT menyatakan, selama ini Pemerintah TIongkok tidak melancarkan blokade 
penuh/radikal, karena memperhitungkan kemungkinan bisa sangat mempengaruhi 
kehidupan rakyat Korut, ... dan sekarang akan menjalankan menghentikan 
pengiriman BBM ke Korut, ... pihak Korsel semalam sudah memperkirakan Korut 
tahun 2018 akan maju kemeja perundingan! Syukuuurlah kalau perkiraan itu 
menjadi KENYATAAN! Jangan bermain GILA dengan nuklir! Pertahankan perdamaian 
dan ketenangan agar tidak terjadi jutaan rakyat jatuh jadi KORBAN permainan si 
Kim gembrot dan Trump yang sama-sama edan itu!

Pagi ini terbaca Korut akan meluncurkan roket satelit, ... satelit komunikasi. 
Ini BAGUUUS, ... jangan bermain-main dengan nuklir yang sangat mematikan itu! 
Baik-baik dan lebih baik lah bangun EKONOMI nasional korut dan meningkatkan 
kesejahteraan rakyat! Bersaing dengan Korsel yag jauh lebih MAJU dan MAKMUR 
itu! Jangan jadikan bencana alam, kondisi tanah tandus, ... sebagai alasan 
ketertinggalan selama puluhan tahun ini! Coba lihat RRT, ratusan-ribu Ha gurun 
pasir bisa dirubah menjadi tanah-ladang SUBUR!

Dan, ... kalau Korut dengan sikap DAMAI lebih utamakan pembangunan ekonomi, 
meningkatkan kesejahteraan RAKYAT, ... AS masih cari gara-gara intervensi, saya 
YAKIN, SEYAKIN-YAKINnya, bukan hanya RRT yang akan DUKUNG KORUT, tapi rakyat 
sedunia termasuk RAKYAT AS sendiri aqkan DUKUNG KORUT menentang pemerintah 
TRUMP yg edan itu!

Salam-damai,
ChanCT


From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Wednesday, December 27, 2017 3:30 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com ; kh djie 
Cc: Yahoogroups ; DISKUSI FORUM HLD ; Rachmat Hadi-Soetjipto ; Daeng ; Harry 
Singgih ; Farida Ishaja ; Gol ; in...@ozemail.com.au ; Mitri ; Lingkar Sitompul 
; Ronggo A. ; Billy Gunadi ; Oman Romana ; Harsono Sutedjo ; Sahala Silalahi ; 
Sie Tik Tan ; Tjoa 
Subject: Re: [GELORA45] Fwd: North Korea – UN Security Council’s "Killer 
Resolution", 15 to 0: Choking a Country into Submission

  
Supaya melek matanya, seharusnya Chan  baca tulisan yang mencerahkan ini. Bukan 
hanya Tatiana yang melihat kekurang ajaran, kesewenang-wenangan dan kejamnya 
dedengkot imperialis dunia!
Orang bertanya-tanya sebenarnya siapa sih si Trump itu kok memblackmail DKPBB 
untuk menghukum bangsa-bangsa yang tidak bersedia tunduk pada kehendak 
empiriumnya???


Orang tahu bahwa korban terbesar dari sanksi ekonomi adalah anak-anak, seperti 
yang sudah terjadi di Irak . Begitu juga orang dapat memperkirakan jumlah orang 
yang akan mati di Korut hanya karena RDRK memilih untuk membela diri melawan 
negara yang menganggap dirinya sebagai bangsa yang istimewa yang selama 60 
tahun lebih menolak untuk menandatangani perjanjian perdamaian. Bukannya 
menandatangani perjanjian perdamaian, tapi malah terus menerus mengancam Korut 
dengan permainan perang di semenanjung Korea!!


Korut tidak pernah berbuat jahat atau merugikan bangsa lain dan sama sekali 
tidak ingin memulai perang dengan siapapun! Korut punya nyali dan kekuatan 
untuk membangun sosialisme dalam keadaan terisolasi sepenuhnya sejak tahun 
1953, dengan sebuah negeri yang hancur dan menderita 3 juta manusia yang mati.. 
apakah orang tidak bertanya-tanya mengapa Korut memilih untuk membela 
dirinya???? Pertanyaan yang harus dijawab oleh si Chan remo dan pro Trump!!!


Dan terakhir, apakah Chan tidak tahu bahwa Korut berulang kali menyatakan bahwa 
tidak ada lain yang diinginkan kecuali perdamaian??? Korut bersedia 
menandatangani program   perlucutan senjata nuklir bersama dengan semua 
kekuatan pemilik senjata nuklir......


Ini juga bahan pertimbangan buat bung Billy supaya bisa juga melihat siapa yang 
buta??? Anda bilang "kalian buta"". Eh, jangan samakan saya dengan Chan!!!



                                 first, who is Trump to blackmail the UNSC into 
punishing nations which do not bend to the empire’s wishes? 
                         
                   
             
       
                                Yes, blackmailing, because that’s exactly what 
is categorically part of the chief rogue’s international behavior.  
                         
                   
             
       

        Will the world allow similar numbers – or higher – of people to die in 
North Korea, just because the DPRK has opted to defend herself against the 
self-proclaimed exceptional nation that has for over 60 years refused to sign a 
peace agreement and instead constantly threatened North Korea with annual 
high-powered military war games along the Korean Peninsula?
        North Korea has done no harm to any other nation. Indeed, North Korea 
does not intend to start a war with anyone. North Korea has had the courage and 
strength to rebuild as a socialist nation in almost full isolation from a 1953 
US-devastated country with the loss from then 30% of the population, about 3 
million people. Does anyone wonder why North Korea has opted to defend herself 
– come what may? 

                   
             
       

      And does anybody realize, including the 15 UNSC countries having 
condemned the DPRK to starve, that North Korea has declared numerous times that 
she wants nothing more than Peace, that she is willing to sign a nuclear 
weapons disarmament program along with all the other nuclear powers; and she is 
ready to negotiate, as long as Washington stops its high-handed and dangerous 
military maneuvers and jet fighter territorial overflights? 











On Tuesday, December 26, 2017 1:19 PM, "kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com> wrote:




  




                                Add mailto:newslet...@globalresearch.ca to your 
address book to avoid spam filters                                              
              View this e-mail in your browser


                                Forward to a friend, spread the word! 
                         
                   
             
                                  Follow us on Facebook  
                                 
                                 
                                  Follow us on Twitter  
                                 
                                 
                                  Global Research TV  
                                 
                                 
                                  Visit our Website  
                                 
                                 
                                 
                                 
                               
                         
                                North Korea – UN Security Council’s “Killer 
Resolution”,15 to 0: Choking a Country into Submission
                                By Peter Koenig
                                Global Research, December 25, 2017

                                Url of this article:
                                https://www.globalresearch.ca/ 
north-korea-un-security- councils-killer-resolution15- 
to-0-choking-a-country-into- submission/5623891

                                Pyonyang’s urban skyline, competing with 
Manhattan and the Trump Tower? 
                                The Democratic People’s Republic of Korea 
(DPRK) is being choked into submission if not starvation by the UN Security 
Council, by a vote of 15 : 0; i.e. unanimously. None of the 15 UNSC states, let 
alone the five permanent members, have had the guts to say no to a killer 
Resolution, drafted and proposed by the United States of America, a name that 
increasingly stands for international rogue and crime nation..
                                The New York Times reports on 22 December 2017:
                                “President Trump has used just about every 
lever you can use, short of starving the people of North Korea to death, to 
change their behavior,” the White House homeland security adviser, Thomas P. 
Bossert, said Tuesday. “And so, we don’t have a lot of room left here to apply 
pressure to change their behavior.”
                                Two immediate questions come to mind – first, 
who is Trump to blackmail the UNSC into punishing nations which do not bend to 
the empire’s wishes?
                                Yes, blackmailing, because that’s exactly what 
is categorically part of the chief rogue’s international behavior. Case in 
point is the recent UN Resolution to nullify Trump’s unilateral decision to 
declare Jerusalem as Israel’s capital, when he, the Donald, threatening he 
would watch closely who would vote against the US, in view of punishing those 
nations monetarily or with other sanctions; and second, how come Russia and 
China went along with this literally genocidal program of sanctions contained 
in this UNSC Resolution?
                                Both Russia and China know that Washington’s 
arguments against the DPRK are based on a web of lies. That everything coming 
out of Washington is a lie, or untruth, or omission of facts – is well known 
around the globe. But in this case, where two ascending super-powers, Russia 
and China have the veto right to say NO to these illegal sanctions, it begs the 
question, why’ didn’t they use their veto?
                                Even more so, since Russia and China are both 
also ‘sanctioned’ by Washington for not ‘behaving’, and because Russia and 
China are natural allies of North Korea. – Why were they going along with 
Washington’s blackmail? – A veto could have sent a clear message to the sort of 
preposterous Nikki Haleys and Donald Trumps of this world, that there is no 
more fear of the devil, but that the power plates are clearly shifting away 
from Washington.
                                Was it out of fear that the madman could 
possibly press the red bottom, if provoked? – Voting with the madman is 
certainly no reason to believe that the Mad Man will not press the nuclear 
bottom. – Then, what kind of diplomacy is it? – The fear of more sanctions 
directed at Russia and China?
                                This would be outright ridiculous, as both 
countries, founders of the Shanghai Cooperation Organization (SCO), are almost 
fully detached from the western dollar economy and are heading a new economy 
that already comprises about half of the world’s population and one third of 
the globe’s economic output. Hence, they can function fully independently from 
the west. There are no fears of sanctions either.
                                Then why?
                                Maybe because they, Russia and China, want to 
show the world that no matter how they vote, they will do what they deem 
correct, like in this case not adhering to the sanction, as they will not let 
North Korea’s people, their friends and allies, suffocate to death. This would 
tell those nations who still do not dare contradicting the US of A – “Don’t be 
afraid, we are on your side..”
                                Already a month ago, Reuters reported that 
according to the North Korean representative at the UN Geneva, those who most 
suffer from the sanctions are women and children. This is a classic. It applies 
almost everywhere when sanctions are dished out. For example, in Iraq where 
under the Clinton sanctions program, following a 1995 UN report,
                                “576,000 Iraqi children may have died since the 
end of the Persian Gulf war because of economic sanctions imposed by the 
Security Council, according to two scientists who surveyed the country for the 
Food and Agriculture Organization.”
                                In addition, the study found “steeply rising 
malnutrition among the young, suggesting that more children will be at risk in 
the coming years.” – Indeed, close to a million Iraqis have died as the result 
of a decade long US-imposed UN sanctions scheme.
                                Will the world allow similar numbers – or 
higher – of people to die in North Korea, just because the DPRK has opted to 
defend herself against the self-proclaimed exceptional nation that has for over 
60 years refused to sign a peace agreement and instead constantly threatened 
North Korea with annual high-powered military war games along the Korean 
Peninsula?
                                North Korea has done no harm to any other 
nation. Indeed, North Korea does not intend to start a war with anyone.. North 
Korea has had the courage and strength to rebuild as a socialist nation in 
almost full isolation from a 1953 US-devastated country with the loss from then 
30% of the population, about 3 million people. Does anyone wonder why North 
Korea has opted to defend herself – come what may?
                                This is Pyonyang in 1953. Completely destroyed 
by the USAA (and rebuilt by North Korea).


                                And does anybody realize, including the 15 UNSC 
countries having condemned the DPRK to starve, that North Korea has declared 
numerous times that she wants nothing more than Peace, that she is willing to 
sign a nuclear weapons disarmament program along with all the other nuclear 
powers; and she is ready to negotiate, as long as Washington stops its 
high-handed and dangerous military maneuvers and jet fighter territorial 
overflights?
                                North Korean kids (image left)
                                Why would North Korea, or any nation for that 
matter – not have the same right as the US, UK, Russia, China, France, Israel, 
India, Pakistan, and the NATO member nuclear weapons sharing states of Belgium, 
Germany, Italy, Netherlands and Turkey – all of which have allegedly acquired 
B61 tactical nuclear weapons (Made in America) targeted at Russia, Iran and 
other countries in the Middle East allegedly for “defense purposes”?
                                Turkey has five times more nuclear weapons than 
North Korea at its Incirlik base, Belgium and the Netherlands have together 
four times m0re nuclear weapons than the DPRK.


                                Peter Koenig is an economist and geopolitical 
analyst. He is also a former World Bank staff and worked extensively around the 
world in the fields of environment and water resources. He lectures at 
universities in the US, Europe and South America. He writes regularly for 
Global Research, ICH, RT, Sputnik, PressTV, The 21st Century (China), TeleSUR, 
The Vineyard of The Saker Blog, and other internet sites. He is the author of 
Implosion – An Economic Thriller about War, Environmental Destruction and 
Corporate Greed – fiction based on facts and on 30 years of World Bank 
experience around the globe. He is also a co-author of The World Order and 
Revolution! – Essays from the Resistance.

                                Disclaimer: The contents of this article are of 
sole responsibility of the author(s). The Centre for Research on Globalization 
will not be responsible for any inaccurate or incorrect statement in this 
article.

                                Copyright © Peter Koenig, Global Research, 2017 
                         
                                  Share  
                                 
                                 
                                  Tweet  
                                 
                                 
                                  Forward  
                                 
                                 
                                 
                                 
                               
                         
                                Become a Member  
                         
                   
             

                                  
                         
                   
             
                                For more Global Research articles click here
                                 
                                Copyright © 2017 Centre for Research on 
Globalization, All rights reserved.
                                You are receiving this e-mail because you 
signed up for our newsletter

                                Our mailing address is:

                                Centre for Research on Globalization 
                                P.O. Box 55019
                                11 Notre-Dame Ouest
                                Montreal, Qc H2Y 4A7 
                                Canada

                                Add us to your address book


                                Want to change how you receive these emails?
                                You can update your preferences or unsubscribe 
from this list

                               
                         
                   
             
       

   




Kirim email ke