Gizi buruk dan campak, puluhan tewas di Papua: pemerintah lambat? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288 15 Januari 2018

 Bagikan artikel ini dengan Facebook 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288#  Bagikan artikel ini dengan 
Twitter http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288#  Bagikan artikel ini 
dengan Messenger http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288#  Bagikan 
artikel ini dengan Email 
mailto:?subject=Shared%20from%20BBC%20Indonesia&body=http%3A%2F%2Fwww.bbc.com%2Findonesia%2Findonesia-42646288
  Kirim http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42646288#share-tools




 Hak atas fotoAGUNG PARAMESWARA/GETTY IMAGESImage captionWabah campak dan gizi 
buruk kembali mengancam anak-anak di Papua, 61 anak dilaporkan meninggal dunia 
Presiden Joko Widodo memerintahkan sebuah tim untuk segera ke lapangan di 
kabupaten Asmat, Papua, menyelesaikan masalah gizi kronis yang sejauh ini 
menimbulkan setidaknya 61 korban jiwa.
 Jokowi menyatakan bahwa pemerintah tidak berdiam diri terhadap kejadian luar 
biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang terjadi di wilayah paling timur 
Indonesia tersebut.
 "Kita sudah kirim tim berapa hari lalu atau minggu lalu. Sudah mulai September 
masuk ke sana. Memang sudah kirim juga makanan tambahan," ucap Presiden kepada 
para jurnalis yang menanyainya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 
pada Minggu (14/01) malam.
 "Tapi memang medan sangat sulit, tambahnya.
 Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven Langi 
mengatakan, pendataan empat tim terpadu penanggulangan campak dan gizi buruk 
mencatat setidaknya sudah 61 orang tewas. Dikutip Kompas, ia menyatakan bahwa 
59 korban meninggal berasal dari tiga distrik, yakni Fayit, Aswi, dan Pulau 
Tiga. Tiga korban lain meninggal di Rumah Sakit Agats, ibu kota Kabupaten Asmat.
 Masalah Papua: 'Kalau diselesaikan dengan senjata, isolasi akan terjadi lagi' 
http://www.bbc.com/indonesia/majalah-42043812 Kemarau panjang perparah gizi 
buruk di NTT 
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/07/150720_indonesia_ntt_pangan
 Pembangunan di Papua digalakkan Jokowi, tapi mengapa aspirasi merdeka tetap 
hidup? http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42184924 Menurut Jokowi, ia telah 
memerintahkan jajaran terkait untuk segera turun ke lapangan menyelesaikan 
masalah yang telah menimbulkan puluhan korban jiwa tersebut.
 Kendati begitu, kondisi medan yang berat menjadi permasalah utama penanganan 
wabah. "Medan di sana memang sangat berat. Contoh di Nduga saja. Jalan baru ke 
Wamena saja 4 hari, ini sama di Asmat juga sama. Perjalanan ada rawa, di situ 
harus naik boat 2 sampai 3 jam untuk biaya ada Rp 3 sampai Rp 4 juta. Ini 
sebuah kendala yang memang sangat menghambat," ungkapnya.
 Oleh karena itu, Jokowi meminta pemerintah daerah setempat berperan aktif 
memeriksa dan mengawasi kondisi kesehatan masyarakatnya sehingga penyebaran 
penyakit dapat dicegah dengan cepat.
 "Pemda yang dekat selalu memantau, melihat, mengelilingi terus daerah-daerah 
yang diperkirakan terjangkit penyakit, atau gizi buruk," ujar Jokowi.
Hak atas fotoAGUNG PARAMESWARA/GETTY IMAGESImage captionKondisi geografis dan 
minimnya tenaga medis menjadi penyebab utama kasus kekurangan gizi di Asmat Tim 
terpadu Pemerintah Kabupaten Asmat sudah diterjunkan ke tujuh distrik yang 
warganya terkena wabah campak dan gizi buruk pada pekan lalu. Ketujuh distrik 
adalah Swator, Aswi, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy dan Siret.
 Steven Langi Steven dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, mengatakan, selama 
lima hari terakhir tim terpadu mengobati 261 anak penderita campak dan 
memberikan bantuan makanan tambahan bagi 10 anak penderita gizi buruk. Tim juga 
memberikan vaksin campak untuk 3.831 anak di 34 kampung di tujuh distrik itu.
 Sementara itu, Pemkab Asmat membentuk lima tim yang akan memberikan imunisasi 
bagi anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB campak terulang di 
masa mendatang.
 Menindaklanjuti jumlah korban jiwa yang semakin melonjak, Direktur Surveilans 
dan Karantina Kesehatan Kementerian kesehatan Elizabeth Jane Soepardi 
menuturkan Kementerian Kesehatan pula akan menerjunkan tim untuk mengatasi 
persoalan tersebut.
 "Rencananya tim akan turun, lintas program, untuk membantu mereka. Kita juga 
termasuk membawa tim epidemolog untuk membantu menganalisa data, termasuk untuk 
validasi data. Di sana kan umumnya data sangat masalah. Jadi tim dari pusat 
antara lain untuk itu. Kalau untuk kegiatannya sendiri, imunisasi, pemberian 
makanan, itu mereka bisa semua, " cetusnya.
Hak atas fotoADEK BERRY/AFP/GETTY IMAGESImage captionSetidaknya 60 orang di 
Kabupaten Asmat, kebanyakan anak-anak, meninggal sepanjang Desember lalu 
lantaran gizi buruk dan terserang penyakit. Sebelumnya, Uskup Aloysius Murwito 
dari keuskupan Agats-Asmat menceritakan pengalamannya berhadapan dengan 
anak-anak dengan kondisi minim gizi di wilayah tersebut.
 Tim keuskupan Agats menemukan situasi ini saat kegiatan pelayanan Natal pada 
bulan lalu di Kampung As dan Kampung Atat, distrik Pulau Tiga.
 Doa bersama aspirasi kemerdekaan Papua dibayangi penembakan di tempat terpisah 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42192748 Masalah Papua: 'Kalau 
diselesaikan dengan senjata, isolasi akan terjadi lagi' 
http://www.bbc.com/indonesia/majalah-42043812 Kemarau panjang perparah gizi 
buruk di NTT 
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/07/150720_indonesia_ntt_pangan
 Menurutnya, kondisi anak-anak sangat memprihatikan dengan kondisi fisik yang 
sangat kurus.
 "Saya lebih tersentak pada waktu pesta Natal lalu saya merayakan ibadah Natal 
di kampung As (dan) Atat," ujar Aloysius kepada BBC Indonesia, Minggu (14/01).
 "Di kampung As (dan) Atat saya menyaksikan anak-anak yang kurang gizi banyak, 
kurus-kurus. Kemudian pada suatu waktu ada orang yang mati. Dan kemudian saya 
pergi ke situ, layat, doa, dan kemudian dapat info dari kepala kampung, bahwa 
bulan Desember ada 13 orang yang meninggal dan sebagian besar anak-anak," 
tambahnya.
 Selain problem kekurangan gizi, juga terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak 
di lima distrik di Kabupaten Asmat.
 Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Elizabeth 
Jane Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal dan kurangnya tenaga medis 
diperkirakan menjadi penyebab cepat merebaknya wabah di wilayah paling timur 
Indonesia tersebut.
 "SDM-nya masih sangat kurang di sana. Sehingga karena SDM sangat kurang, 
akibatnya kegiatannya menjadi tidak rutin itu yang menyebabkan ada penumpukan 
anak-anak yang tidak diimunisasi. Satu kasus saja masuk, langsung menyebar," 
tutur Jane.
 Mewabahnya campak dan kasus gizi buruk yang menimpa suku Asmat mendapat 
perhatian banyak pihak.
 Komisioner Bidang Kesehatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Siti 
Hikmawati, menuntut pemerintah untuk gerak cepat mengatasi wabah tersebut.
 "Kita tidak bisa mengharapkan (pemerintah) pusat tapi kita butuh integrasi, 
dalam hal itu kita butuh melaksanaan sesuatu di sana, jangan sampai menunggu 
lebih besar lagi skalanya. Harus segera ditangani, intervensi langsung kalau 
menunggu (pemerintah) daerah lama, (pemerintah) pusat ambil tindakan."
 Aloysius menuturkan jumlah korban bertambah seiring data terbaru yang 
dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan Asmat.
 "Data yang saya peroleh 13 orang. Lalu di-cross check oleh Dinas menjadi 24 
(orang meninggal)."
 Kebanyakan dari korban, meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit. 
Pasalnya, jarak antara Kampung As dan Atat dengan Agats, ibu kota Asmat, hanya 
bisa menggunakan transportasi air dengan waktu tempuh sekitar tiga jam jika 
menggunakan speed boat.
 "Maka orang kampung bisa jadi bermalam di jalan. Karena itu meninggal 
kebanyakan ada di kampung."
Hak atas fotoAFPImage captionDiperlukan waktu berjam-jam mendayung perahu untuk 
menempuh jarak Kampung As menuju Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. Lalu apa yang 
menyebabkan kondisi kekurangan gizi ini di Asmat?
 Menurut Aloysius, kondisi geografis di wilayah itu sudah tentu menjadi 
tantangan utama. Di sisi lain, mutu kesehatan di Asmat juga rendah.
 "Mutu pelayanan kesehatan pada umumnya rendah. Kami menyadari dari pihak 
gereja sendiri, dalam refleksi kami, itu sudah kami temukan pelayanan kami juga 
rendah. Misalnya saja, di As Atat ini sudah beberapa bulan petugas pustu 
(puskesmas pembantu) tidak ditempat. "
 "Itu bukan lagu baru, tapi sudah lagu lama. Dedikasi dari petugas itu lemah," 
imbuhnya.
 Di sisi lain, Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pula terjadi di lima distrik di 
kabupaten Asmat, yaitu Swator, Fayit, Pulau Tiga, Jetsy dan Siret.
 Pemerintah Kabupaten Asmat kemudian menerjunkan tim ke lima distrik yang 
terserang KLB campak dan kekurangan gizi. Selain memberikan vaksin, tim juga 
memberikan bantuan makanan tambahan bagi warga, terutama bayi dan anak-anak.
Hak atas fotoAFP/GETTYIMAGESImage captionImunisasi campak-rubella (MR) 
diberikan untuk anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun. Sementara itu, 
Komisioner Bidang Kesehatan KPAI Siti Hikmawati menuturkan, ekspedisi yang 
dilakukan timmnya di pedalaman Papua pada Oktober lalu menemukan kekurangan 
gizi yang kronis menjadi permasalahan utama di wilayah itu.
 "Terkait dengan adanya kasus campak ini, dengan melihat temuan pada bulan 
Oktober kemarin, itu sudah sangat berkorelasi ya, karena dengan masalah gizi 
yang cukup banyak, datang penyakit sedikit saja, maka akan bisa menjadi mewabah 
karena kondisi gizinya cukup buruk di situ," kata dia.
 Minimnya tenaga medis ini diamini oleh Direktur Surveilans dan Karantina 
Kesehatan Kementerian kesehatan Elizabeth Jane Soepardi. Maka dari itu, ke 
depan Kementerian Kesehatan akan menugaskan tim dari pusat untuk ditugaskan di 
wilayah pedalaman.
 "Kami dari Kementerian Kesehatan merencanakan untuk menempatkan tenaga-tenaga 
pusat secara bergantian supaya ada kesinambungan. Selama ini kan kita selalu 
turun, lalu kembali dan tidak ada yang ditinggal. Ke depan kita merencanakan 
akan ada tim yang bergantian disana supaya nyambung terus, sampai tim di daerah 
mampu," ujarnya.


 
 
 

Kirim email ke