http://sains.kompas.com/read/2018/01/17/213300623/setelah-500-tahun-misteri-kepunahan-suku-
aztec-akhirnya-terpecahkan
Setelah 500 Tahun, Misteri Kepunahan Suku
Aztec Akhirnya Terpecahkan
Kontributor Sains, Monika Novena
Kompas.com - 17/01/2018, 21:33 WIB
Aztek
Aztek(CC/Ted Van Pelt)
**
*KOMPAS.com --* Setelah lebih dari 500 tahun berlalu, peneliti berhasil
mengungkap alasan di balik kepunahan suku Aztec
<http://indeks.kompas.com/tag/Suku-Aztec>. Cocoliztli atau wabah
penyakit <http://indeks.kompas.com/tag/wabah-penyakit> ditunjuk sebagai
biang keladi yang menghancurkan hampir seluruh populasi suku di Meksiko ini.
Ini bermula pada tahun 1545 dimana bencana melanda Aztec. Orang-orang
mulai terserang demam tinggi, sakit kepala dan pendarahan dari mata,
mulut dan hidung. Kematian akan mengikuti mereka hanya dalam rentang
waktu 3-4 hari saja.
Dengan cepat, populasi suku tersebut merosot. Kira-kira sebanyak 15 juta
orang atau 80 persen dari populasi terbunuh dalam bencana yang
berlangsung selama lima tahun tersebut.
Biarawan Fransiskan, Fray Juan de Torquemada menggambarkan bagaimana
wabah <http://indeks.kompas.com/tag/wabah> itu menghancurkan peradaban
kala itu.
Baca juga: Wabah Flu Dimulai Ketika Suhu Mendadak Dingin
<http://sains.kompas.com/read/2017/01/14/170000023/wabah.flu.dimulai.ketika.suhu.mendadak.dingin>
"Demam itu menular, terasa membakar dan terus menerus. Lidah kering dan
hitam. Rasa hausnya luar biasa. Urin berwarna hijau laut, hitam, kadang
kehijauan menjadi pucat. Denyut nadi kadang cepat, kadang melemah,"
tuturnya.
Torquemada melanjutkan, selokan-selokan besar digali dari pagi sampai
matahari terbenam. Tidak ada yang dilakukan kecuali membawa mayat dan
melemparkan ke selokan itu.
Penduduk menyebut bencana itu disebabkan oleh wabah penyakit. Namun,
tidak ada yang pernah tahu pasti wabah apakah itu.
Baru setelah 500 tahun berlalu, peneliti berhasil mengungkap penyebabnya
setelah melakukan studi pada DNA gigi korban yang meninggal.
"Penyebab epidemi ini telah lama diperdebatkan dan sekarang kita dapat
memberikan bukti langsung melalui DNA," kata Åshild Vågene peneliti dari
University of Tuebingen, Jerman.
Peneliti berhasil mengungkap dengan menganalisis DNA yang diambil dari
29 kerangka yang dikubur di pemakaman. Dengan menggunakan teknik
penyaringan DNA baru yang disebut Meta Genome Analyzer Alignment Tool
(MALT), para peneliti menemukan jejak bakteri /Salmonella enterica
<http://indeks.kompas.com/tag/Salmonella-enterica>/.
Bakteri ini diketahui menyebabkan demam enterik yang berkorelasi dengan
tipus.
Baca juga: Wabah Difteri di Indonesia, Antara Vaksinasi dan Antibiotik
<http://sains.kompas.com/read/2017/12/13/124001723/wabah-difteri-di-indonesia-antara-vaksinasi-dan-antibiotik>
Penjajah dari Eropa menyebarkan penyakit ini, membawa kuman dan
memaparkannya kepada populasi lokal yang tidak pernah bertemu dan
memiliki kekebalan terhadapnya, sementara /Salmonella enterica/ sendiri
telah ada di Eropa pada abad pertengahan.
Banyak galur /Salmonella/ yang menyebar melalui makanan atau air yang
terinfeksi, atau juga terbawa dari hewan peliharaan orang-orang Eropa.
"Kami menguji semua bakteri patogen dan virus DNA yang data genomnya
ada. Dan/S. enterica/ adalah satu-satunya kuman yang terdeteksi," kata
Alexander Herbig, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.
Lalu, meski ada patagon lain yang tidak terdeteksi atau sama sekali
tidak diketahui, peneliti percaya /S.enterica/ adalah kandidat kuat
penyebab wabah.
"Ini adalah kemajuan penting yang tersedia bagi periset penyakit kuno.
Sekarang kita bisa mencari jejak molekuler dari banyak agen infeksi
dalam catatan arkeologi yang sebelumnya penyebabnya tidak diketahui,"
kata Kirsten Bos, arkeolog sekaligus peneliti dalam studi ini.
Temuan ini sudah dipublikasikan dalam /Nature Ecology & Evolution./