From: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] 
Sent: Saturday, January 27, 2018 3:11 AM
  



http://nasional.kompas.com/read/2018/01/27/00522251/jusuf-kalla-penyalahgunaan-agama-sering-terkait-kepentingan-politik


Jusuf Kalla: Penyalahgunaan Agama Sering 

Terkait Kepentingan Politik
Kompas.com - 27/01/2018, 00:52 WIB

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla ketika ditemui di kantor Wakil Presiden, Jalan 
Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2017). (KOMPAS.com/ MOH NADLIR)

MAKASSAR, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung upaya meraih 
kekuasaan dengan isu agama. Menurut dia, praktek penyalahgunaan agama sering 
kali terkait dengan kepentingan politik ataupun ekonomi.

“ Agama, atau ajaran tertentu dari agama, telah disalahartikan dan 
disalahgunakan (used and abused). Penyalahgunaan agama itu sering terkait 
dengan kepentingan politik, ekonomi, dan kontestasi lain di antara kelompok 
masyarakat atau komunitas berbeda,” ujar Kalla saat mendapat Doktor Honoris 
Causa dalam bidang sosiologi agama dari Universitas Islam Alauddin Makassar, 
Kamis (25/1/2017). 

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Kajian Perdamaian: Perspektif Agama, 
Ekonomi, dan Politik” Kalla mengatakan, pelaku kekerasan atas nama agama 
bukanlah orang atau kelompok yang dikenal sebagai pengamal agama yang taat dan 
bahkan banyak di antara mereka tidak memahami agama dengan benar.

Baca juga : Soal Pribumi, Politik Identitas, dan Nurani Para Politisi 

Lebih lanjut, Kalla menuturkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi yang 
seringkali menjadi penyebab utama konflik. Oleh karena itu, ia menambahkan, 
pembangunan ekonomi yang berkeadilan  dan berimbang  sangat penting dalam 
menciptakan perdamaian, kedamaian, dan harmoni.

“Perdamaian, kedamaian, dan harmoni menghadapi tantangan serius jika masih 
banyak warga atau kelompok masyarakat yang menganggur dan miskin sehingga tidak 
mampu memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari,” ujar Wapres.

Selain itu, lanjutnya, dinamika politik juga berpotensi memicu konflik, 
terlebih jika tidak ada pembagian kekuasaan yang adil (fair sharing).

“Jika proses politik yang ada menghasilkan ‘pemenang yang mengambil semua 
kekuasaan’ (winners take all), bisa dipastikan konflik dan kekerasan dapat 
muncul sewaktu-waktu, yang sering disebabkan pemicu (trigger) yang sering remeh 
temeh,” ucap Kalla.

Baca juga : Ahok Effect dan Kajian LIPI soal Kampanye Politik Identitas di 
Indonesia 

Untuk itu, Wapres berpesan, pemenang dalam kontestasi politik harus menganut 
sikap inklusi politik, dengan menyertakan pihak yang kalah dalam kekuasaan.

Selain itu, tambahnya, dalam proses politik untuk memenangkan pemilu dan 
kekuasaan setiap elit dan partai politik seyogianya tidak menggunakan isu atau 
tema yang berpotensi memecah belah rakyat, seperti isu SARA (suku, agama, ras, 
dan antar-golongan).








Kirim email ke