From: Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Thursday, February 8, 2018 5:25 AM



Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selatan

                        
                 
           
                 Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di 
Laut Cina Se...
                  Rosa Folia

                  Saat mata dunia sibuk mengarah ke Korea Utara, ini yang 
terjadi di wilayah sengketa.
                 
           
     



Saat mata dunia sibuk mengarah ke Korea Utara, ini yang terjadi di wilayah 
sengketa.




Published by Rosa Folia7 Februari 2018


Manila, IDN Times - Media harian Filipina, Philippine Daily Inquirer, 
mempublikasikan sejumlah foto kondisi di Laut Cina Selatan yang diambil dari 
udara. Berdasarkan foto-foto tersebut, pemerintah Tiongkok dituding telah 
"mentransformasi pulau terumbu karang yang diklaim Filipina di kepulauan 
Spratly menjadi pulau-pulau benteng".

1. Foto-foto tersebut diambil antara Juni hingga Desember 2017

inquirer.net via The Guardian
Mantan wali kota sebuah daerah di Kepulauan Spratly yang diduduki Filipina, 
Eugenio Bito-onon Jr. mengatakan bahwa fasilitas militer yang dibangun Tiongkok 
tersebut benar adanya. Ia mengatakan bahwa foto-foto yang diambil dari Juni 
hingga Desember 2017 itu otentik.

Lebih lanjut, Bito-onon mengaku ia pernah terbang mengelilingi pulau-pulau 
tersebut pada 2016 bersama sejumlah jurnalis. Saat berada di atas, ia mendapat 
peringatan dari militer Tiongkok. Ini yang membuatnya mengenali foto-foto 
tersebut. 

Baca juga: Sedang Sengketa, Bioskop Malah Dibangun di Laut Cina Selatan

2. Tiongkok berupaya menunjukkan dominasinya di wilayah sengketa itu
inquirer.net via The Guardian
Philippine Daily Inquirer menyebut militerisasi yang dilakukan Tiongkok itu 
adalah upaya untuk menunjukkan dominasi. Media tersebut juga memberikan 
informasi terkait di mana saja fasilitas militer Tiongkok di Laut Cina Selatan.



"Dengan konstruksi tak terbatas, Tiongkok akan segera memiliki benteng-benteng 
militer di Kagitingan Reef, yang dikenal secara internasional sebagai Fiery 
Cross Reef; Calderon (Cuarteron), Burgos (Gaven), Mabini (Johnson South), 
Panganiban (Mischief), Zamora (Subi) dan McKennan (Hughes) yang ditujukan untuk 
memproyeksikan kekuatannya ke seluruh kawasan," tulis media itu.

3. Ada tiga kapal militer yang bersandar ketika foto tersebut diambil
inquirer.net via The Guardian
Salah satu pulau terumbu karang, Panganiban, sudah ditetapkan oleh Pengadilan 
Arbitrasi Permanen di Hague, Belanda, menjadi milik Filipina. Namun, hal itu 
tak dipedulikan oleh Tiongkok. Pada kenyataannya, Panganiban menjadi satu dari 
tiga pulau yang hampir selesai dibangun untuk landasan pesawat militer.



Kemudian, dalam salah satu foto yang diambil pada 30 Desember terlihat ada tiga 
kapal militer dengan kemampuan membawa pasukan dan persenjataan sedang 
bersandar di pulau itu. Sebelumnya, yaitu pada 16 Juni, sebuah kapal militer 
dengan kapabilitas membawa rudal juga berada di sana.

Bahkan, kementerian pertahanan Tiongkok secara terang-terangan mengatakan itu 
adalah bagian dari latihan militer di Laut Cina Selatan. Fasilitas lainnya yang 
sudah didirikan oleh Tiongkok antara lain mercusuar, fasilitas komunikasi serta 
sejumlah bangunan beberapa lantai.

4. Konflik Laut Cina Selatan melibatkan sejumlah negara ASEAN



nationalinterest.org
Sengketa yang terjadi di wilayah tersebut terbilang sangat rumit. Tak hanya 
Tiongkok dan Filipina yang saling berebut klaim, tapi juga Brunei Darussalam, 
Malaysia, Taiwan serta Vietnam. Masing-masing mengaku menjadi pemilik sejumlah 
titik di Laut Cina Selatan.

Dua kepulauan utama yang disengketakan adalah Spratly dan Paracel. Kemudian, 
ada sejumlah rangkaian pulau-pulau berukuran lebih kecil. Meski sebagian besar 
pulau tak berpenghuni, tapi banyak yang meyakini bahwa di sana tersimpan 
kekayaan mineral yang melimpah.

Belum lagi fakta bahwa area tersebut menjadi jalur perdagangan internasional 
yang sangat signifikan. Lalu, yang sudah bisa dipastikan, di sana juga 
merupakan tempat dengan jumlah ikan yang melimpah dan cukup untuk menyuplai 
kebutuhan di kawasan Asia Tenggara.

5. Tiongkok mengklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan
REUTERS
Menurut pemerintah di Beijing, hak terhadap mayoritas pulau di Laut Cina 
Selatan—terutama Spratly dan Paracel—sudah ada sejak berabad-abad lalu. Pada 
1950-an, Tiongkok mencantumkan nine-dash line pada peta buatannya di mana lebih 
dari 90 persen pulau di Laut Cina Selatan adalah miliknya.

Nine-dash line dijadikan pokok argumen Tiongkok terhadap klaim historisnya di 
kawasan tersebut. Sedangkan Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam 
mendasarkan klaim mereka pada jarak geografis. Contohnya, pengadilan di Hague 
telah mengesahkan bahwa salah satu pulau yang diokupasi Tiongkok berada dalam 
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.

Pemerintah Indonesia sendiri mewaspadai agresivitas Tiongkok di Laut Cina 
Selatan dengan membangun fasilitas militer di Pulau Natuna Utara. Langkah ini 
dianggap perlu sebab nine-dash line milik Tiongkok dianggap tidak jelas dan 
tanpa koordinat pasti, sehingga meresahkan.



  • [GELORA45] Masih Sengket... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • Fw: [GELORA45] Masi... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]

Kirim email ke