----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: Marco 45665 comoprim...@gmail.com 
[wahana-news] <wahana-n...@yahoogroups.com>Kepada: Sheila Kartika 
sheila.kart...@yahoo.com [PERS-Indonesia] <pers-indone...@yahoogroups.com>; 
Chalik Hamid <nasional-l...@yahoogroups.com>; Jakarta Globe 
<jgdir...@jg.thejakartaglobe.com>; Sunny <ilmeseng...@gmail.com>; Temu Eropa 
<temu_er...@yahoogroups.com>; RKB <rumahkitabers...@yahoogroups.com>; Awind 
<j.gedea...@upcmail.nl>; "sastra-pembeba...@yahoogroups.com" 
<sastra-pembeba...@yahoogroups.com>; kh djie <dji...@gmail.com>; 
wahana-n...@yahoogroups.com <wahana-n...@yahoogroups.com>; Hsin Hui Lin 
<ehh...@gmail.com>; Billy Gunadi <billyguna...@rogers.com>; K. Prawira 
<k.praw...@ymail.com>Terkirim: Rabu, 14 Februari 2018 16.48.24 GMT+1Judul: 
[wahana-news] Undang-Undang MD3 Akan Digugat ke MK, Ini Sebabnya - fokus 
Tempo.co
     

 

https://fokus.tempo.co/read/1060536/undang-undang-md3-akan-digugat-ke-mk-ini-sebabnya#VfPP2DVGfQpxUG0p.14
Undang-Undang MD3 Akan Digugat ke MK, Ini Sebabnya
Reporter: 
Tempo.co
Editor: 
Yudono Yanuar
Rabu, 14 Februari 2018 12:00 WIB0 KOMENTAR10013   
   - Font:   Arial  Roboto  Times  Verdana  
    
   - Ukuran Font: - +
    
   - 
    
   - 

Ketua Badan Legislasi DPR Supratman Andi Agtas (kiri) memberi dokumen 
pengesahan kepada menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly saat rapat paripurna 
pembahasan revisi Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPRD, dan 
DPD (MD3) di Senayan, Jakarta, 12 Februari 2018. Panitia kerja (Panja) Revisi 
UU MD3 dan Pemerintah yang diwakili Menteri Hukum dan HAM sepakat menambah 1 
kursi pimpinan DPR, 3 di MPR dan 1 di DPD. TEMPO/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah akademikus dan pakar hukum akan mengajukan uji 
materi terhadap perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis 
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan 
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Menurut mereka, sejumlah pasal dalam 
undang-undang itu melanggar konstitusi dan dapat mengkriminalkan masyarakat 
yang mengkritik DPR.

Peneliti dari Pusat Kajian Anti-Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada, 
Hifdzil Alim, mengatakan lembaganya akan mengajukan permohonan uji materi ke 
Mahkamah Konstitusi. “Tapi tunggu ada nomor (undang-undangnya) dulu," kata dia 
seperti dimuat Koran Tempo, Rabu, 14 Februari 2018.

Pada Senin lalu, DPR mengesahkan perubahan Undang-Undang MD3. Menurut Hifdzil, 
sejumlah pasal dalam perubahan undang-undang tersebut berpotensi menciptakan 
penyalahgunaan kekuasaan. Pasal 122, misalnya, menyatakan Mahkamah Kehormatan 
Dewan (MKD) bisa mengambil langkah hukum terhadap perorangan, kelompok, atau 
badan hukum yang dianggap merendahkan kehormatan DPR dan anggotanya.

Bahkan Pasal 73 menyebutkan DPR berhak memanggil paksa hingga melakukan 
penyanderaan melalui kepolisian. ”DPR merasa tak bisa dikritik. Padahal, 
penyelenggara negara tak bisa menutup diri dari kritik,” ujar dia.

DPR juga memasukkan pasal yang memperkuat imunitas anggota Dewan terhadap 
hukum. Pasal 245 menyebutkan pemeriksaan anggota DPR dalam tindak pidana harus 
mendapat persetujuan presiden setelah mendapat pertimbangan dari MKD.

Selain Pukat UGM, Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) bakal 
menggugat perubahan undang-undang itu. “Kami siapkan gugatan karena revisi 
undang-undang ini hanya memasukkan kepentingan DPR,” kata peneliti Formappi, 
Lucius Karus.

Direktur Pelaksana The Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Erasmus 
Abraham Todo Napitupulu, menyatakan hal senada. “Ini prioritas. Kami akan gugat 
konstitusionalitasnya,” katanya.

Juru bicara Forum Guru Besar Antikorupsi, Asep Saefuddin, mengatakan beleid 
kontroversial itu bakal menjadi pasal karet karena tidak memiliki tolok ukur 
yang jelas. Akibatnya, “Siapa pun bisa jadi korban,” kata Rektor Universitas Al 
Azhar Indonesia itu.

Adapun Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Jimly Asshiddiqie, 
mengatakan perubahan UU MD3 itu hanya bertujuan melindungi kelemahan DPR dari 
kritik masyarakat. “Ini reaksi temporal dari DPR yang kerap dikritik. Mereka 
membuat aturan tidak berpikir untuk jangka panjang,” katanya. Pakar hukum tata 
negara, Refly Harun, juga mendukung rencana pengajuan gugatan ke MK. “Saya siap 
menjadi ahli.”

Ketua DPR Bambang Soesatyo membantah jika dikatakan UU MD3 tak sesuai dengan 
konstitusi. “Yang tak puas dapat mengajukan keberatan ke MK,” ujarnya. 
Sedangkan Presiden Joko Widodo tidak bersedia berkomentar. “Nanti, ya,” ujarnya.

DANANG FIRMANTO | HUSSEIN ABRI DONGORAN | AHMAD FAIZ | FRISKI RIANA | SUNU 
DYANTORO

    

Kirim email ke