----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: GELORA45@yahoogroups.com 
<GELORA45@yahoogroups.com>Terkirim: Jumat, 23 Februari 2018 12.46.39 
GMT+1Judul: Re: [GELORA45] Rizieq, Jokowi dan Petaka Politik 2019
     

Khas gaya media pedagang, memancing kekeruhan demi 
banjir keuntungan. Dikiranya Indonesia itu isinya cuma 
pro-kontra Rizieq & pro-kontra Jokowi. 

Enggaklah, orang Indonesia tidak seperti para tukang pancing 
yang bloon-bloon macam CNN ini. Sebab, semua yang matanya 
sehat pasti melihat Rizieq & Jokowi satu panggung di acara 212. 
Bloon betul para tukang pancing itu karena mau mengalihkan, 
menghalangi pandang, di mana Rizieq mendapat perlindungan 
selama buron.
Ya jelaslah di AS (Arab Saudi), yang tak lain adalah sahabat karibnya Amerika 
Shihab.
--- SADAR@... wrote:
   

Rizieq, Jokowi dan Petaka Politik 2019
Wishnugroho Akbar, CNN Indonesia | Jumat, 23/02/2018 09:30 WIB
Ilustrasi Rizieq Shihab. (CNN Indonesia/Fajrian)Jakarta, CNN Indonesia -- 
Rizieq Shihab untuk kesekian kalinya urung kembali ke Indonesia. Tetapi drama 
menyambut kepulangannya, menangguk sukses besar. 

Drama itu, yang telah berlangsung beberapa hari sebelumnya, mendapat sorotan 
luas media massa. 

Banyak pendukungnya menghadiri acara subuh berjamaah dalam rangka penyambutan 
Rizieq di Masjid Jami Baitul Amal, Cengkareng, Jakarta Barat. Polisi pun dibuat 
sedikit kalang kabut. Aparat dengan jumlah yang tidak sedikit dipersiapkan di 
sejumlah titik terutama di Bandara Soekarno Hatta.

Gembar-gembor kepulangan Rizieq berakhir antiklimaks. Namun pendukungnya tak 
sedikit pun merasa kecewa. Mereka hanya harus menunda lagi kerinduannya bertemu 
Rizieq.


|  
Lihat juga:
  Cueki Rizieq, Anies Dinilai Khianati Ulama dan Alumni 212 |


Di bagian lain, sebagian orang yang tak menyukai Rizieq ikut merasa lega, tentu 
dengan alasan yang berbeda dengan para pendukung Rizieq.

"(Ada dia) Cuma bikin masalah. Demo lagi, razia lagi, hoax lagi," kata teman 
saya pendukung Jokowi yang tidak menyukai Rizieq, yang belakangan gemar membaca 
dan menyebarkan status 'selebriti medsos' macam Denny Siregar. 

Rizieq memang sosok kontroversial. Sulit bagi orang untuk bersikap netral 
ketika berhadapan dengan dirinya. Biasanya, hanya ada dua pilihan: membenci 
atau mendukung Rizieq. 

Rizieq punya ciri khas tersendiri.
Suaranya yang lantang saat berorasi, sikap tegasnya, dan 
kritik-kritiknya--seburuk apapun kualitas kritiknya terhadap pemerintah, seolah 
oase bagi sebagian masyarakat yang memang sejak lama merasa tak puas dengan 
Jokowi. 

Rizieq, dengan kata lain, telah menjadi kanal bagi sebagian masyarakat untuk 
menyalurkan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah, di tengah mandulnya 
manuver politik dari partai-partai oposisi. 

Dengan segala atribut dan peran di atas, Rizieq tak ayal lagi telah menjelma 
jadi salah satu tokoh oposisi nonpartai yang diperhitungkan.


|  
Lihat juga:
  Aktivis Gusdurian Nilai Indonesia Lebih Baik Tanpa Rizieq |


Berbagai cara dan celah untuk 'membungkam' Rizieq. Mulai dari kasus ujaran 
kebencian, penghinaan terhadap lambang negara, hingga dugaan percakapan mesum 
dengan Firza Husein.

Pemerintah, dalam hal ini kepolisian, memang berhasil membungkam Rizieq. 
Setidaknya sukses memaksa sang imam hengkang ke Arab Saudi. Sayangnya, 
keberhasilan itu bersifat sementara, rawan dipolitisir, bahkan bisa berujung 
'petaka politik' bagi keberlanjutan pemerintahan Jokowi di Pemilu Presiden 
2019..

Simbol Pemersatu

Pemerintah tampaknya abai bahwa secara politis, Rizieq telah menjadi simbol 
pemersatu kelompok oposisi, baik di kalangan elite maupun akar rumput.

Di level elite Rizieq berhasil menguatkan ikatan kelompok alumni 212 dengan 
partai-partai oposisi. Sementara di akar rumput, rakyat yang tidak puas dengan 
Jokowi terus menunggu kepulangannya agar dapat memiliki kembali tokoh oposisi 
yang garang. 

Dalam situasi demikian, tak heran jika isu kepulangan Rizieq yang sudah 
bergulir kesekian kalinya, kerap mendapat sorotan luas. 


|  
Lihat juga:
  VIDEO: Rizieq Batal Pulang, Warga Terlanjur ke Bandara |


Isu kepulangan Rizieq pelan tapi pasti, telah menjadi komoditas politik. Salah 
satunya adalah untuk merapatkan lagi barisan oposisi di tingkat elite dan akar 
rumput. Dengan demikian, isu ini bisa digulirkan kapanpun sesuai dengan situasi 
politik yang sedang terjadi. 

Namun, kepulangan Rizieq dalam waktu dekat hanya akan menjadi sebuah bunuh diri 
politik yang tak berarti apa pun. Dia akan langsung diproses hukum, mungkin 
juga dipenjara.

Dalam perhitungan terburuk, pemenjaraan Rizieq pada momen yang jauh dari 
perhelatan Pilpres 2019 tentu akan merugikan dirinya dan terutama kelompok 
oposisi. 

Rizieq yang berada di bui terlalu dini akan menyulitkan oposisi memelihara 
sentimen politik massa yang tak puas dengan Jokowi. Isu Rizieq ini rentan 
memuai ditimpa isu-isu lain yang datang silih berganti.

Dan jika politik adalah soal kalkulasi dan momentum, maka perhelatan Pilpres 
2019 merupakan momen paling tepat bagi Rizieq untuk kembali ke Indonesia.

Di saat itu, kepulangan Rizieq akan memicu kekalutan politik bagi pemerintah 
yang berkuasa. (asa)
        

Kirim email ke