From: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Sunday, February 25, 2018 2:24 AM
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180224201024-17-5368/fundamental-kuat-namun-ri-harus-waspadai-pembalikan-modal Fundamental Kuat, Namun RI Harus Waspadai Pembalikan Modal Market - Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia 24 February 2018 20:27 SHARE Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki Padang, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menegaskan kondisi fundamental ekonomi domestik saat ini masih mampu mengkompensasi potensi terjadinya pembalikan arus modal (capital reversal) jelang kenaikan suku bunga The Fed. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Firman Mochtar tak memungkiri bahwa potensi terjadinya capital reversal masih mungkin terjadi. Namun secara fundamental, tak ada alasan bagi investor melarikan dananya ke safe haven. "Kalau dilihat dari satu sisi, penempatan asing di domestik akan berkurang. Namun di sisi lain, ada yang membuat nominal difference interest rate bukan lagi menjadi patokan," kata Firman, Sabtu (24/2/2018). Indonesia, kata Firman, telah mendapatkan pengakuan dari berbagai lembaga pemeringkat. Yang terbaru, adalah Japan Credit Rating Agency (JCRA) yang menaikan peringkat surat utang jangka panjang dalam mata uang asing menjadi BBB-. Selain itu, obligasi pemerintah yang telah masuk dalam keranjang Barclyas-Bloomberg pun bisa membawa angin segar. Hal ini, kata Firman, akan menjadi pertimbangan investor sebelum mengeluarkan dana dari pasar keuangan domestik. "Jadi faktor fundamental kita masih bisa memitigasi risiko tersebut. Ke depan, kami akan berupaya meminimalkan volatilitas terhadap rupiah," katanya. Hal senada turut disampaikan Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih. Menurut dia, Indonesia di mata investor masih menawarkan imbal hasil yang menarik dibandingkan negara-negara lain. "Investor masuk itu ada faktor yang menjadi daya tarik. Risiko dan potensi imbal hasil, ditambah ekspektasi Indonesia akan mendapatkan peringkat lebih baik ini akan menjadi daya tarik investor," jelasnya. Meski demikian, Lana menggarisbawahi, faktor fundamental semata tak cukup untuk tetap menahan dana asing bertahan di Indonesia/ Apalagi, lanjutnya, pelaku pasar kerap bertindak irasional ketika ada suatu sentimen negatif. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, total kepemilikan asing di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) telah mencapai 40%. Baca: 40% Surat Utang Dikuasai Asing, Haruskah Khawatir? Hal ini, tentu perlu diwaspadai jika terjadi pembalikan arus modal. Apabila hal itu terjadi, BI bisa saja melakukan aksi buyback untuk melakukan stabilisasi. Menurut Lana, bank sentral memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut, dengan instrumen yang saat ini dimiliki. Namun bagi pemerintah, menurut Lana, perlu adanya suatu instrumen obligasi baru yang bisa mempertahankan dana para investor bertahan di Indonesia dalam jangka waktu tertentu. "Saat ini, instrumen terbuka tidak mewajibkan asing membeli yang ada holding period-nya. Misalnya, tenor 5 tahun, ada holding period 3 tahun. Bagi asing yang membeli, bisa diberikan insentif kupon lebih tinggi," katanya. Lana mengaku belum memahami dampak secara keseluruhan instrumen surat utang yang bisa menahan dana asing tetap di Indonesia. Namun, variasi instrumen obligasi bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. "Saya kira kalau asing dapat return, dia pasti datang. Ada gula ada semut. Dia tidak mungkin ke AS naik, dia lepas Indonesia. Dia pasti akan bagi portofolionya untuk berbagai risiko," tegasnya. (ray/ray) TAG: sbn surat utang negara utang pemerintah