Merasa Pesimistis, Ini Pesan Syafii Maarif untuk PolitikusReporter:  Pribadi 
Wicaksono (Kontributor)Editor:  Endri KurniawatiMinggu, 25 Februari 2018 07:27 
WIB 
Buya Ahmad Syafii Maarif. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii 
Maarif pesimistis untuk bisa menemukan wajah politik yang sehat. “Menemukan 
wajah politik yang sehat seperti masa lalu pada saat ini sepertinya sulit,” 
ujar Buya, panggilan Syafii, ketika peluncuran buku biografi berjudul 'Ahmad 
Syafii Maarif Sebagai Seorang Jurnalis' yang digelar Suara Muhammadyah, 
penerbitan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta, Sabtu petang, 24 Februari 
2018.

Menurut Pemimpin Redaksi Suara Muhammadiyah pada 1988-1990, situasi saat ini 
diperburuk oleh media sosial. “Orang saling hujat, seperti enggak ada adab 
lagi." 



Baca:
Buya Syafii Maarif: Politikus Dulu Itu Intelektual, Sekarang... 
Buya Syafii: Intoleransi Lampu Kuning, Sultan ...

Keadaan ini berbeda dengan situasi politik masa dahulu. Buya melihat para tokoh 
bangsa di masa lalu merupakan politikus yang amat berani sehingga tak jarang 
saling bergesekan karena perbedaan ideologi. Namun ia kagum terhadap para 
politisi itu. Sebab meski perbedaan ideologi di masa awal kemerdekaan yang amat 
tajam antara politikus Islam, nasionalis, komunis/sosialis, namun tak sampai 
dibawa para tokoh itu ke ranah personal. Cukup berhenti di ranah ideologi atau 
pandangan politik.

Syafii mencontohkan Soekarno yang kala itu ditahan Orde Baru amat percaya 
tugasnya bisa digantikan wakilnya Muhammad Hatta yang kerap berbeda pandangan 
dengannya. "Bahkan seorang Isa Anshary (tokoh Masyumi) kala itu bisa 
bercengkerama dengan D.N Aidit (pemimpin Partai Komunis Indonesia-PKI), padahal 
lawan luar biasa itu," ujarnya.

Baca juga:
Wejangan Buya Syafii Maarif untuk Capres ... 
Buya Syafii Maarif dan Mengapa Politikus ...

Saat peluncuran buku yang juga dihadiri Ketua DPR Bambang Soesatyo itu Buya 
mengungkapkan harapannya kepada para politikus. "Saya berharap kepada anak 
buahnya Pak Bambang Soesatyo, janganlah berhenti jadi politisi. Tapi naik kelas 
jadi negarawan, itu yang kurang saat ini," ujarnya.

Simak: Cerita Buya Syafii Jadi Jurnalis dan Asal Nama Pena Salman Lumpur

Di hadapan Bambang Soesatyo, Buya pun juga berharap DPR bisa menjadi contoh 
bangsa agar bisa mewujudkan sila kedua Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang 
Adil dan Beradab. "Jangan sampai (bangsa Indonesia) menjadi 'Kemanusiaan yang 
zalim dan biadab," ujar Syafii.
  • [GELORA45] Merasa Pesimis... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]

Kirim email ke