Febriana Firdaus menambahkan 2 foto baru.
3 jam · Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia · 
DONASI UNTUK EYANG SRI

Pertama kali bertemu eyang Sri itu pada 2016. Ia memang bukan siapa-siapa, 
hanya seorang anak perempuan yang lahir di Cirebon, 19 September, 78 thn yang 
lalu.

Eyang menikah umur 18 th, meneruskan kuliah di Akademi Jurnalistik Jakarta yang 
didirikan oleh kantor berita Antara.
Karir pertamanya sebagai wartawan ia mulai di Harian Ekonomi Nasional dan Suluh 
Indonesia milik PNI, yang dipimpin Sukarno. Sukarno melirik bakatnya dan 
memintanya untuk meliput di Istana Negara.

Tapi hidup eyang berubah. Puncaknya 1 Okt 65, tersiar kabar kudeta di Jakarta. 
Singkatnya eyang ditangkap oleh pasukan Batalion Lintas Udara 18 di Blitar, 
Jawa Timur pada 18 Juli 68. Kehidupan yang sunyi dari satu penjara ke penjara 
lain pun dilaluinya. Penjara pertama yang ia huni terletak Suruhwadang, Blitar, 
kemudian Lodoyo. Penyiksaan pertama ia terima ketika dua pasukan militer yang 
berlogat Batak menindihnya dengan bangku kayu dari bahan jati. Ia sempat 
terkapar dan kritis. Beruntung pemilik rumah di tempat para tahanan ditampung 
membuat minuman jamu secara sukarela.

Ia kemudian dipindah lagi ke LP Wanita di Malang. Dan di situlah ia ditanya 
tentang Lubang Buaya. Ia kemudian dipindah ke Posko Gang Buntu di Kebayoran 
Lama. Selama tiga minggu, ia dicecar dengan pertanyaan yang sama, tentang 
Lubang Buaya. Karena tak bisa menjawab, giginya pun disetrum kembali. Pada 
malam hari, penyiksaan pun tak berhenti. Ia dibiarkan tidur tanpa alas, bantal, 
apalagi selimut.

Eyang akhirnya menghirup udara bebas pada 1979. Ia muncul terakhir di muka 
publik adalah ketika di acara Simposium Nasional 1965. Di acara itu dia 
memegang mikrofon dan berbicara dengan lantang tentang pembantaian massal itu. 
“Bukan jumlah korban, tapi kebiadaban cara membunuh berapa manusia yang tidak 
bersalah, dikubur hidup-hidup,” ujarnya.

Tapi hidup eyang seperti roller coaster, kadang naik tajam, lalu terjerembab ke 
bawah. Masih ingat waktu LBH Jakarta diserang, Eyang ada di sana.

Saya pikir setelah kejadian itu hidup eyang akan sejahtera, ternyata Eyang 
divonis tumor ganas. Bingung, cobaan hidupnya berat banget.

Karena itu, buat teman-teman yang mau nyumbang Eyang sila hubungi Wara 
Aninditari Larascintya Habsari

BCA - 5255024636 a.n Wara Aninditari Larascintya Habsari

atau

Mandiri - 1230007164637 a.n Wara Aninditari Larascintya Habsari

Konfirmasi donasi hubungi:
0822-6127-6363 (Ayash. WA only)

Selengkapnya tentang kisah eyang bisa dibaca di sini 
https://www.rappler.com/…/130295-profil-penyintas-1965-sri-…

Sekian laporan dari RS Mintoharjo.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapanKomentariBagikan

Kirim email ke