----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: Gelora 45 
<GELORA45@yahoogroups.com>; Sunny ambon <ilmeseng...@gmail.com>Terkirim: Kamis, 
8 Maret 2018 00.12.44 GMT+1Judul: Re: [GELORA45] ‘Keberatan dengan larangan 
memakai cadar’, ormas Islam datangi UIN Kalijaga
     

 Seandainya proyek Elun Musk bikin koloni di Planet Mars benar2 terjadi, mereka 
yg tinggal disana mungkin akan pakai pakaian yg lebih tertutup lagi daripada 
sekedar cadar mungkin akan pakai pakaian seribet astronot yang kesemuanya 
tertutup total. Hal seperti ini tentu bisa dipahami.
Cuman di Indonesia, semua serba tertutup apa ada manfaatnya? 

    On Wednesday, March 7, 2018, 1:48:14 PM PST, Sunny ambon 
<ilmeseng...@gmail.com> wrote:  
 
 
Kalau pakai cadar dan tutup aurat di tanah gurun pasir atau semi gurun pasir 
dapat dimengerti,
karena kalau angin bertiup, maka datang debu pasir langung masuk telinga, 
lubang hidung,
melekat di muka, kalau buka mulut masuk debu ke dalam mulut. Kalau tidak pakai 
pakaian
tutup aurat melekat pula debu di badan. 

Saya tahu ini karena pernah alami  ketika menyebang di Suez Canal dan waktu 
naik mobil dari Dubai 
ke Oman.
 



2018-03-07 19:24 GMT+01:00 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

     





‘Keberatan dengan larangan memakai cadar’, ormas Islam datangi UIN Kalijaga


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
‘Keberatan dengan larangan memakai cadar’, ormas Islam datangi UIN Kalijaga

Sebuah ormas Islam mendatangi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga 
Yogyakarta terkait kebijakan mengena...
 |

 |

 |



   
   - 7 Maret 2018
   
   - Bagikan artikel ini dengan Facebook
    
   - Bagikan artikel ini dengan Twitter
    
   - Bagikan artikel ini dengan Messenger
    
   - Bagikan artikel ini dengan Email
    
   - Kirim
Hak atas fotoAFPImage captionSejumlah perempuan Indonesia memilih mengenakan 
niqab.
Sebuah ormas Islam mendatangi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga 
Yogyakarta terkait kebijakan mengenai cadar yang dikeluarkan kampus.

Dengan memakai atribut serbaputih, puluhan anggota Forum Ukhuwah Islamiyyah 
(FUI) Daerah Istimewa Yogyakarta tampak berombongan memasuki area kampus pada 
Rabu (07/03).

Juru bicara FUI yang juga menjadi dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Fadlun 
Amin, mengaku pihaknya "keberatan jika memang ada pelarangan menggunakan cadar" 
di kampus UIN.

Dia menegaskan FUI akan melakukan langkah lebih lanjut jika UIN benar-benar 
melarang penggunaan cadar.
   
   - Rektor UIN: Larangan bercadar untuk cegah radikalisme dan fundamentalisme
   - Larangan memakai cadar di UIN: Antara kebebasan memilih dan ancaman 
radikalisme
   - 'Kehebohan' ketika sebuah sekolah di Tegal mewajibkan cadar
Hak atas fotoFURQON HIMAWANImage captionRombongan anggota FUI mendatangi kampus 
UIN Kalijaga Yogyakarta, pada Rabu (07/03).
"Intinya kita diskusi dan konfirmasi. Apakah benar ada pelarangan (penggunaan 
cadar) di sini," kata Fadlun, sebagaimana dikutip wartawan di Yogyakarta, 
Furqon Ulya Himawan, untuk BBC Indonesia.

Setelah melakukan pertemuan dengan FUI, pihak kampus melalui Wakil Rektor 
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Waryono, menyatakan UIN Kalijaga tidak 
melarang penggunaan cadar.

Bagaimanapun, Waryono mengatakan pihak kampus akan membina mahasiswinya yang 
menggunakan cadar.

Waryono mempersilakan pihak FUI jika ingin melakukan langkah lebih lanjut atas 
aturan yang ditegakkan pihak kampus.

"Silakan saja, setiap orang punya hak. Kan itu ada koridor hukumnya," katanya..

Setelah mendapatkan penjelasan dari pihak kampus, rombongan anggota FUI 
membubarkan diri. Meski demikian, FUI bertekad akan memantau UIN.

"Kalau (cadar) tidak boleh, kami akan menempuh langkah lebih lanjut," ujar 
Fadlun.
Hak atas fotoISTIMEWAImage captionPertemuan anggota FUI dengan pihak kampus UIN 
Kalijaga membahas penggunaan cadar.
Mencabut cadar

Sebelumnya, sebanyak 42 mahasiswi pemakai cadar di Universitas Islam Negeri 
(UIN) telah dikumpulkan oleh pihak kampus. Mereka diminta mencabut cadar dengan 
kemungkinan dikeluarkan..

Kepada BBC Indonesia, Rektor Yudian Wahyudi mengatakan para mahasiswi akan 
diberikan sesi penyuluhan sampai sembilan kali.

"Kita mengumpulkan mahasiswa itu. Jumlahnya sudah ketahuan. Kemudian 
diklasifikasikan berdasarkan jurusan asal dan sebagainya. Saya juga sudah, tadi 
setelah rapat untuk membuat tim konseling.

"Konseling ini nanti terdiri dari dosen yang dari berbagai disiplin keilmuwan 
... Sampai sembilan kali kalau mereka masih bertahan pada pendiriannya, ya 
sudah kami minta mereka tidak ke kampus," kata Yudian Wahyudi kepada Nuraki 
Aziz untuk BBC Indonesia.

Menurut Yudian, beberapa tahun lalu di UIN Kalijaga hanya terdapat sekitar satu 
hingga dua mahasiswi yang bercadar. Peningkatan jumlah pemakai cadar menjadi 
puluhan orang, menurutnya, menunjukkan gejala peningkatan radikalisme.

"Kami melihat gejala itu, kami ingin menyelamatkan mereka, karena mereka ini, 
jangan sampai ya, tersesat administrasi pendidikan, jadi politik administrasi 
pendidikan.

"Mungkin soal aqidah nggak ada masalah. Tetapi kalau mereka melakukan ini, kan 
sudah banyak kasus di tempat-tempat lain, orang-orang yang didoktrin seperti 
itu akibatnya hanya akan menjadi korban dari gerakan-gerakan radikal itu," kata 
Rektor UIN, Yudian Wahyudi..
Hak atas fotoFURQON HIMAWANImage captionWakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan 
Kerjasama UIN Kalijaga, Waryono, mempersilakan pihak FUI jika ingin melakukan 
langkah lebih lanjut atas aturan kampus.
Pendataan cadar oleh kampus lain

Selain UIN Kalijaga, pendataan jumlah pengguna cadar di lingkungan kampus juga 
dilakukan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang berada di bawah naungan 
organisasi masyarakat Muhammadiyah.

Rektor UAD, Kasiyarno, mengatakan pendataan dilakukan karena penggunaan cadar 
tidak sesuai dengan ajaran Organisasi Muhammadiyah..

"Karena kita kan tidak mengajarkan memakai cadar," kata Kasiyarno, Rabu (03/07).

Menurut Kasiyarno, pendataan akan dilakukan di setiap fakultas. Setelah 
pendataan selesai, para pemakai cadar akan dikumpulkan dan diberi pemahaman.

"Tapi kita tidak pernah melarang," katanya.

Kasiyarno menjelaskan, sebagai kampus yang berada di bawah naungan Organisasi 
Muhammadiyyah, UAD akan mengajak dialog bahwa berpakaian syariah menurut 
Muhammadiyah bukan lantas memakai cadar..

"Terserah mereka mau menerima. Berubah atau tidak berubah. Monggo," jelasnya.

Jika mahasiswinya tetap memakai cadar, Kasiyarno, mengaku tidak akan memberikan 
sanksi, namun tetap akan membina. "Tidak ada sanksi, kami tetap akan 
membinanya."

Namun ketika ujian, mahasiswi bercadar harus membuka cadarnya untuk mencocokkan 
dengan foto kartu tanda ujian. "Makanya (pas ujian) dia harus membuka cadarnya. 
Dicocokkan," terang Kasiyarno.

Lebih lanjut, Rektor UAD tersebut menjelaskan akan mengumpulkan dekan di setiap 
fakultas untuk melakukan pendataan. Kasiyarno memperkirakan, jumlah mahasiswi 
bercadar di UAD "tidak lebih dari 10 orang."



   

      

Kirim email ke