12 Kejanggalan Kecelakaan Setya Novanto yang Diungkap SaksiReporter:  Alfan 
HilmiEditor:  Rina WidiastutiSenin, 9 April 2018 06:33 WIB 
Tersangka menghalangi penyidikan, Bimanesh Sutarjo, saat menghadiri sidang 
pembacaan dakwaannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, 8 
Maret 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah saksi yang dihadirkan jaksa dalam sidang dengan 
terdakwa Bimanesh Sutarjo, dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau, 
mengungkapkan kejanggalan-kejanggalan terkait kecelakaan yang dialami Setya 
Novanto pada November 2017. Berikut keterangan saksi dalam sidang Bimanesh.

1. Fredrich Yunadi Pesan Kamar sebelum Kecelakaan 

Pelaksana tugas (Plt) Manajer Pelayanan Medik Rumah Sakit Medika Permata Hijau, 
dokter Alia, mengatakan Fredrich Yunadi, yang saat itu masih menjadi pengacara 
Setya Novanto, memesan kamar untuk kliennya sebelum kecelakaan mobil terjadi.
Baca: Bimanesh Sutarjo Ajukan JC, KPK Masih Melihat Keseriusannya

Alia mengatakan dirinya ditelepon dokter yang merawat Setya yakni Bimanesh 
Sutarjo pada pukul 14.00 untuk memberitahukan bahwa Setya akan dirawat di rumah 
sakit. Alia mengatakan setelah itu ia berbincang dengan Fredrich yang saat itu 
meminta disiapkan ruang rawat VIP untuk Setya.
2. Dokter Bimanesh Minta Jarum Infus Hanya Ditempel

Supervisor Keperawatan Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Indri Astuti, mengaku 
diperintahkan oleh dokter Bimanesh Sutarjo agar jarum infus Setya Novanto hanya 
ditempelkan saja.

“Dokter Bima mengatakan kepada saya, ‘pasang infusnya ditempel saja ya’, 
begitu,” kata Indri menirukan perkataan Bimanesh saat bersaksi di Pengadilan 
Tindak Pidana Korupsi pada Senin, 2 April 2018.

3. Setya Novanto Minta Kepalanya Diperban Padahal Cukup Diberi Salep

Indri mengatakan Setya Novanto meminta dirinya diperban usai mengalami 
kecelakaan mobil November 2017. Padahal, menurut Indri, luka di kepala Setya 
hanya lecet dan cukup diberikan salep.

“Pak Setya bilang ‘kapan saya diperban?’. Saya kaget karena sebelumnya dia diam 
saja sejak dibawa ke ruang perawatan,” kata Indri di Pengadilan Tindak Pidana 
Korupsi, Jakarta Pusat, Senin 2 April 2018. Indri mengatakan Setya meminta 
diperban dengan cara membentak.

4. Bimanesh Ubah Diagnosis Setya setelah Didatangi Fredrich

Indri mengatakan saat pertama kali masuk RS, Setya didiagnosis mengalami 
hipertensi dan vertigo. Namun Dokter Bimanesh, menurut Indri, mengubah 
diagnosis untuk Setya menjadi trauma kapitis. Trauma kapitis merupakan cedera 
di daerah kepala yang terjadi akibat benturan benda tumpul.

Menurut Indri, sesaat sebelum diagnosis Setya itu diubah, dokter Bimanesh 
Sutarjo bertemu dengan Fredrich Yunadi. Indri melihat Fredrich datang 
menyerahkan dokumen hasil lab dan foto radiologi ke Bimanesh.

5. Bimanesh Minta Perawat Buang Surat Diagnosis Setya yang Lama

Sebelum diagnosis Setya diubah, Indri sempat meminta konfirmasi kepada Bimanesh 
apakah akan membuat surat diagnosis yang baru. Bimanesh kemudian mengiyakan dan 
menyuruh Indri membuang surat diagnosis yang lama.

“Kebetulan saya bawa dua surat, yang satu yang sudah diisi, yang satu kosong. 
Bimanesh bilang surat yang pertama dibuang saja. Ya, sudah, saya buang,” kata 
Indri.

6. Perawat Pergoki Setya Novanto Bisa Kencing Berdiri Sehari Setelah Kecelakaan

Perawat Rumah Sakit Medika, Permata Hijau, Indri Astuti, mengaku sempat 
memergoki Setya Novanto berdiri tegak padahal sehari sebelumnya masih terbaring 
lemas akibat kecelakaan.

“Jam 6 pagi saya masuk ke kamar, saya lihat bapak itu (Setya) berdiri tegak 
sedang buang air kecil di tempat pipis atau urinal,” kata Indri saat menjadi 
saksi untuk terdakwa Bimanesh Sutarjo di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, 
Jakarta Pusat, Senin, 2 April 2018.

7. Setya Novanto Pura-pura Lemas setelah Ketahuan Kencing Berdiri

Melihat Setya selesai buang air kecil, Indri kemudian bergegas membantu Setya 
untuk kembali ke tempat tidur. Namun dia mengatakan Setya kaget melihat ada 
orang yang datang.

Baca: Perawat Pergoki Setya Novanto Kencing Berdiri Saat Dirawat

Mengetahui ada orang yang masuk, menurut dia, gelagat Setya langsung berubah, 
dari yang sebelumnya berdiri tegak menjadi lemas dan lunglai. “Dia merebahkan 
badannya dengan susah payah ke ranjang, padahal tadinya berdiri tegak,” kata 
Indri.

8. Setya Novanto Menggunakan Bantal setelah Kecelakaan

Perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau Apri Sudrajat melihat Setya Novanto 
terbaring di brankar di dekat pintu masuk rumah sakit dengan tubuh tertutup 
selimut.

Biasanya, kata Apri, pasien kecelakaan yang dibaringkan di atas brankar tak 
memakai bantal. Apri mengatakan pemberian bantal dapat memperburuk luka dalam 
pasien kecelakaan. "Kami selalu berikan posisi rata tanpa bantal untuk mencegah 
kalau-kalau ada luka dalam. Itu ada di SOP," ujarnya.

9. Setya Novanto Langsung Dibawa ke Ruang VIP Tanpa Melalui IGD

Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Medika Permata Hijau Apri Sudrajat 
mengatakan dirinya diperintahkan Bimanesh agar Setya Novanto langsung dibawa ke 
ruang VIP 323 tanpa melalui IGD.

Padahal sesuai prosedur yang berlaku, seseorang yang mengalami kecelakaan harus 
dibawa ke IGD terlebih dahulu sebelum menuju ruang VIP.

10. Setya Novanto Kecelakaan Tetapi Dirawat Dokter Spesialis Ginjal

Setya Novanto ketika mengalami kecelakaan mobil disebutkan mengalami benturan 
kepala sehingga hilang kesadaran. Namun, ketika dilarikan di Rumah Sakit 
Permata Hijau, Setya ditangani Bimanesh yang merupakan dokter spesialis 
hipertensi, ginjal dan penyakit dalam.

Menurut dokter Alia yang merupakan bekas Plt Manajer Pelayanan Medik RS Medika 
Hijau, Setya seharusnya dirawat oleh dokter spesialis syaraf.

11. Setya Novanto Diinfus Pakai Jarum Anak-anak karena Pembuluh Darahnya Tidak 
Terlihat

Supervisor Keperawatan Rumah Sakit Medika Permata Hijau Indri Astuti mengaku 
menusukkan jarum infus anak-anak berukuran 24 ke tangan kanan Setya Novanto. 
Indri mengaku menggunakan jarum infus untuk anak-anak karena kesulitan mencari 
pembuluh darah Setya.

12. Luka Setya Novanto Tidak Sebesar Bakpao

Perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau Indri Astuti mengatakan benjolan di 
dahi kiri Setya Novanto tidak sebesar bakpao, tetapi kuku jari orang dewasa.

“Saya lihat saat itu hanya ada dua benjolan sebesar kuku saya, memanjang di 
dahi kiri,” kata Indri saat menjadi saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, 
Kamis 5 April 2018.

M. ROSSENO AJI

Kirim email ke