Tidak tahu apa maksud tidak kooperatif disini, kurang jelas. Tempo hari Willem 
Suryajaya dianggap tidak kooperatif oleh Soeharto kemudian disikat habis.
 ---
 Lain Bos Anbang Lain Pak Wang 
https://www.jpnn.com/news/lain-bos-anbang-lain-pak-wang 
 Selasa, 17 April 2018 – 06:16 WIB
 
 jpnn.com - Pistol. Lalu pisau. Lantas kantongan. Tiga kata itu populer di 
Tiongkok. Sejak Xi Jinping jadi presiden. Empat tahun lalu.
 Itulah tahapan strategi. Dalam pemberantasan korupsi. Sekaligus menyelamatkan 
keuangan negara. Terutama akibat ancaman kredit macet gila-gilaan di bank 
pemerintah.
 Pistol adalah perlambang angkatan bersenjata. Pisau melambangkan kepolisian. 
Kantong simbol dari pengusaha.
 Tahap pertama Presiden Xi Jinping menertibkan dulu lingkungan angkatan 
bersenjata. Di samping jabatan presiden dia memang panglima tentara. ??? (lu 
hai kong). Darat, laut, udara. Polisi tidak menjadi bagian lu hai kong.
 Tahap berikutnya adalah membersihkan kepolisian. Dua tahap itu dilakukan dalam 
dua tahun pertama masa jabatannya.
 Setelah dua tahap itu presiden lebih mudah membersihkan yang lain-lain. 
Termasuk kalangan pengusaha.
 Anbang, perusahaan asuransi dari Ningbo itu (baca juga: Ningbo Anbang yang 
Mengguncang https://www.jpnn.com/news/ningbo-anbang-yang-mengguncang) tidak 
berkutik. Backing-nya dari kalangan pistol dan pisau sudah tidak ada.
 
 Wu Xiaohui, bos besar Anbang, terlalu pede. Mokong. Tidak kooperatif. Kini dia 
tidak bisa lagi selamat.
 Perusahaannya diambil alih pemerintah. Sepenuhnya. Wu Xiaohui ditangkap. 
Tunggu hukuman mati. Paling hoki seumur hidup. Tanpa potongan.
 Konglomerat lain berpikir tujuh keliling. Ada yang langsung kooperatif: 
contohnya grup Wanda. Perusahaan real estate terbesar di Tiongkok.
 Pemiliknya: Wang Jianglin. Orang terkaya nomor 2 di Tiongkok. Topnya 
ampun-ampun. Bisnisnya merambah dunia. Ke Hollywood. Dan ke sepak bola Eropa.
 Ke mana pun pergi Anda akan bertemu mal grup Wanda. Kemarin siang, di Ningbo 
ini, saya juga makan di mal Wanda. Ada Walmart-nya. Saya kembali jadi orang 
kuno di mal ini. Akan saya ceritakan tersendiri kapan-kapan.
 Wang Jianglin tidak mau senasib dengan Wu Xiaohui dari Ningbo. Pak Wang 
langsung ambil putusan: jual aset grup Wanda. Jual. Jual. Jual.
 Begitu banyak mal yang dijual. Juga real estatenya. Di berbagai kota. Juga 
theme park-nya. Di mana-mana. Juga sahamnya di beberapa perusahaan di Hollywood.
 Minggu kemarin deal lagi: jual sahamnya di Atletico Madrid. Klub sepak bola di 
Spanyol itu. Dari 20 persen dia sisakan tinggal 3 persen.
 
 Pak Wang memang berusaha seirama dengan program pemerintah. Termasuk dalam hal 
membeli Atletico Madrid itu. Tiongkok memang pengin membangun habis-habisan 
bidang yang paling gagal selama ini: sepak bola.
 Presiden Xi Jinping sendiri yang ingin memajukan sepak bola Tiongkok. Agar 
bisa ikut Piala Dunia tahun 2030-an.
 Tiongkok sudah bisa unggul di segala bidang. Mengapa sepak bolanya memble.
 Didoronglah pengusahanya masuk ke sepak bola. Mulailah ada yang beli klub di 
Italia. Di Spanyol. Dan masih selalu gagal nego dengan klub di Inggris.
 Kompetisi dalam negerinya juga dibenahi. Pemain-main mahal dunia mulai 
merumput di Tiongkok. Kelak beberapa pemain Tiongkok akan dititipkan di klub 
Eropa.
 Sepak bola Tiongkok memang hancur sejak lama. Akibat perjudian dan taruhan. 
Yang merajalela. Merusak pemain, pelatih, wasit dan pengurusnya. Bahkan sampai 
merusak rumputnya.
 Pak Wang sudah menjual hampir separuh asetnya. Untuk membayar hutangnya ke 
bank pemerintah. Untuk menyehatkan perekonomian negara.
 Tapi hidupnya bebas. Tetap mengendalikan grup Wanda. Tidak seperti Wu Xiaohui. 
Bahkan bulan lalu Pak Wang masih tercatat sebagai orang terkaya nomor 4 di 
Tiongkok.
 
 Dan Pak Wang tetap membantu program pemerintah di bidang ini: sepak bola. Dia 
ingin memajukan sepak bola di kota kelahirannya: Dalian. Kota setingkat 
kabupaten di Provinsi Liaoning.
 Pak Wang membeli klub Dalian Yifang FC di kota itu. Kota tempat Wanda memulai 
usaha.
 Juga kota …ha ha ha… tempat anak pertama saya Azrul Ananda …. ha ha ha … 
bermalam berhari-hari bersama Ivo …. hahaha … dan hamil pula istrinya itu. 
Hamil pertama. Lahirlah Ayrton Seninha Ananda.
 Maka guyon kami sekeluarga: cucu saya itu made in China. Waktu itu, 11 tahun 
yang lalu, mereka ikut lama di Tiongkok. Menunggu saya. Menjelang operasi ganti 
hati di Tianjin.
 Pak Wang ingin menyelamatkan klub di kota asalnya itu: Dalian. Yang sekarang, 
minggu ini, berada di posisi terbawah. Terancam degradasi.
 Jual, jual, jual adalah strategi Pak Wang menghadapi keseriusan pemerintah 
menyelamatkan ekonomi negara.
 Grup Wanda sebenarnya juga merambah Jakarta. Bekerja sama dengan salah satu 
real estate terbesar Indonesia. Entahlah. Apakah keikutsertaannya di situ juga 
dilepaskannya.
 Sikap Pak Wang dari Dalian itu bertolak belakang dengan Wu Xiaohui dari 
Ningbo. Dua-duanya jadi model. Baik dan buruk. Bagi konglomerat lainnya.
 
 Tapi ada satu model lagi. Ada unsur dramanya. Dilakukan oleh konglomerat muda 
yang coba-coba. Tidak mokong seperti Wu Xiaohui. Tapi juga tidak kooperatif 
seperti Pak Wang. Dia punya cara sendiri.(Bersambung)
 

Kirim email ke