Politik Rizal Ramli Terima Tantangan Jokowi Debat Soal Utang Dengan Sri Mulyani KAMIS, 26 APRIL 2018 | 12:18 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
RMOL. Ekonom senior Rizal Ramli mengajukan diri dan siap beradu argumen terkait utang luar negeri dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "Wah ini asyik, tolong diatur debat terbuka RR vs SMI di TV," kata RR di akun Twitter, Kamis (26/4). Presiden Joko Widodo sebelumnya mempersilakan para pengkritik pemerintah untuk beradu argumen soal utang dengan SMI. "Silakan saling beradu argumen dengan Menteri Keuangan yang juga memiliki angka-angka," ujar Jokowi dalam salah satu acara program televisi nasional, Rabu malam (25/4). Menurut RR, Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini, adu argumen atau debat terbuka soal utang luar negeri antara dirinya dengan SMI akan mencerahkan masyarakat. "Akan ketahuan siapa yang manipulatif, dan merupakan bagian dari masalah," demikian RR. Dalam beberapa kesempatan Rizal Ramli mengatakan utang luar negeri Indonesia yang telah mencapai Rp 4.000 triliun sudah 'sudah lampu kuning'. [rus] Rizal Ramli: Utang Negara Sudah Gali Lubang Tutup Jurang Rizal Ramli/NetRMOL. Ekonom senior Rizal Ramli mengakui utang luar negeri Indonesia masih menjadi topik menarik untuk dibicarakan.Terlebih setelah ada pengumuman Bank Indonesia bahwa ULN Indonesia tahun 2017, mencapai lebih Rp 4.000 triliun. "Masih ada saja yang tanya soal utang," beber Rizal Ramli. Rizal mengingatkan jumlah ULN Indonesia itu sudah 'lampu kuning'. "Sudah gali lubang tutup jurang," tegas Rizal. Indikatornya keseimbangan primer (primary balance) negatif yang berarti sebagian bunga utang dibayar tidak dari pendapatan melainkan utang baru.. Debt Service Ratio (DSR) terhadap kinerja ekspor juga turut berkontribusi pada kurang produktifnya ULN Indonesia. DSR Indonesia kini sudah menyentuh 39 persen. Kemudian tax ratio baru sebesar 10,4 persen, lebih rendah dari sejumlah negara di ASEAN. "Tax ratio hanya 10 persen-an karena pengelolaan fiskal tidak prudent alias ugal-ugalan," terang RR. Indikator lainnya yaitu trade account, service account, dan current account semuanya negatif. Di samping faktor US Fed Rate. "Itulah salah alasan utama kenapa kurs Rupiah terus anjlok," urai Rizal Ramli. Klaim Istana telah mengelola makro ekonomi dengan hati-hati, menurut Rizal patut dipertanyakan. Pernyataan tersebut sama sekali jauh dari fakta di lapangan. "Kok bisa ngaku-ngaku kelola makro ekonomi hati2 (prudent)?? Bokis (bohong) amat," tukas mantan menteri koordinator bidang perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini.[wid]