*Apakah surat keputusan 3 menteri menunjukan toleransi rezim berkuasa?*

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/17/p8v46r428-lipi-intoleransi-keagamaan-lahan-subur-terorisme



LIPI: Intoleransi Keagamaan Lahan Subur Terorisme

Kamis 17 May 2018 14:44 WIB

Red: Ratna Puspita

   -

   *15 *
   
<http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/17/p8v46r428-lipi-intoleransi-keagamaan-lahan-subur-terorisme#>
   -

   *0*
   
<http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/17/p8v46r428-lipi-intoleransi-keagamaan-lahan-subur-terorisme#comment-list>
   
<http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/17/p8v46r428-lipi-intoleransi-keagamaan-lahan-subur-terorisme#comment-list>
   -



[image: Ilustrasi penangkapan teroris.]

Ilustrasi penangkapan teroris.

Foto: Antara/Muhammad Iqbal

*Radikalisme berakar pada intoleransi baik di dunia nyata maupun media
sosial.*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Tim Riset Program Prioritas
Nasional Membangun Narasi Positif Kebangsaan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cahyo Pamungkas mengatakan intoleransi keagamaan merupakan
lahan subur bagi terorisme. Intoleransi ini baik di dunia nyata maupun
media sosial

"Terorisme berakar pada radikalisme. Radikalisme berakar pada intoleransi,
baik di dunia nyata maupun media sosial," kata Cahyo dalam sebuah diskusi
publik tentang deradikalisasi yang digelar LIPI di Jakarta, Kamis (17/5).



Cahyo mengatakan radikalisme agama adalah bentuk-bentuk interpretasi
keagamaan yang mendorong penganutnya, baik secara aktif maupun pasif, untuk
mendorong penggantian sistem politik yang berlaku di sebuah negara.
Intoleransi adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap
hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui.

Berdasarkan definisi tersebut, karakter radikalisme adalah memiliki
aspirasi untuk mengganti dasar negara dan sistem politik yang berlaku.
Selain itu, penolakan terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok
yang tidak disetujui.

"Terdapat empat kategori radikalisme dan intoleransi, yaitu radikalisme
kekerasan, radikalisme nonkekerasan, intoleransi kekerasan dan intoleransi
nonkekerasan," tuturnya.

Cahyo menjadi salah satu pembicara diskusi publik bertema "Memutus Mata
Rantai Gerakan Terorisme, Mungkinkah?: Kegagalan dan Keberhasilan
Deradikalisasi". Selain Cahyo, pembicara lainnya adalah Direktur Pusat
Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Paramadina Ihsan Ali Fauzi dan mantan
narapidana teroris yang menjadi praktisi deradikalisasi Ali Fauzi Manzi.

Kirim email ke