https://dunia.tempo.co/read/1089809/korea-utara-peringatkan-as-denuklirisasi-tidak-seperti-libya?utm_source
=Digital%20Marketing&utm_medium=Partnership&utm_campaign=Dable
Korea Utara Peringatkan AS: Denuklirisasi Tidak
Seperti Libya
Reporter:
Yon Yoseph
Editor:
Maria Rita Hasugian
Kamis, 17 Mei 2018 14:11 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani buku tamu di sebelah
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, di dalam Gedung Perdamaian di desa
Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, 27 April 2018. Kim Jong
Un dan Moon Jae-In menandatangani pernyataan untuk mengakhiri perang
Korea. (Korea Summit Press Pool via AP)
<https://statik.tempo.co/data/2018/04/28/id_701516/701516_720.jpg>
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani buku tamu di sebelah
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, di dalam Gedung Perdamaian di desa
Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, 27 April 2018. Kim Jong
Un dan Moon Jae-In menandatangani pernyataan untuk mengakhiri perang
Korea. (Korea Summit Press Pool via AP)
*TEMPO.CO*, *Jakarta* - Korea Utara
<https://www.tempo.co/tag/internasional-korea-utara>memperingatkan Amerika
Serikat bahwa program denuklirisasi di Korea Utara tidak akan
seperti yang terjadi di Libya. Denuklirisasi Libya yang dilakukan atas
desakan Amerika Serikat berujung dengan kehancuran negara itu dan
tewasnya Muammar Gaddafi.
Libya membuat taruhan buruk ketika menukar program nuklirnya yang baru
lahir demi keluar dari sanksi ekonomi negara-negara Barat. Libya secara
sukarela menghentikan ambisi nuklirnya pada tahun 2003.
Baca: Kim Jong Un Ancam Batalkan Pertemuan, Trump : Kami Masih Menunggu
<https://dunia.tempo.co/read/1089761/kim-jong-un-ancam-batalkan-pertemuan-trump-kami-masih-menunggu>
Amerika Serikat dan sekutu Eropanya memulai aksi militer melawan Libya
untuk mencegah pembantaian yang dilakukan Gaddafi terhadap warga
sipil. Gaddafi akhirnya digulingkan dalam kudeta yang didukung Barat dan
dibunuh pada tahun 2011.
Korea Utara sejak lama menghubungkan kejatuhan Libya dengan keputusan
untuk menghentikan program nuklirnya atas desakan Amerika Serikat.
Ketakutan untuk menemui nasib yang sama seperti Libya menjadi
pertimbangan Korea Utara selama bertahun-tahun.
Pada 2011, setelah Amerika Serikat dan sekutu meluncurkan serangan udara
di Libya, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho mengatakan
denuklirisasi negara Afrika Utara itu telah menjadi taktik invasi untuk
melucuti negara.
Menurut Korea Utara, seandainya Gaddafi tidak menghentikan program
nuklirnya, kemungkinan dia hidup.
AS-Cina Sepakati Denuklirisasi Korea Utara
Baca: AS-Korsel Latihan Tempur, Korea Utara Ancam Batalkan KTT
<https://dunia.tempo.co/read/1089462/as-korsel-latihan-tempur-korea-utara-ancam-batalkan-ktt>
Pada 2016, tak lama setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir,
kantor berita Korea Utara, KCNA, membuat referensi langsung ke Libya dan
Irak.
"Sejarah membuktikan penangkal nuklir yang kuat berfungsi sebagai pedang
berharga terkuat untuk membuat frustrasi agresi asing," demikian tulis
KCNA saat itu, seperti dilansir New York Times pada 17 Mei 2018.
"Runtuhnya rezim Saddam Hussein di Irak dan Gaddafi di Libya tidak bisa
lepas dari keputusan mereka untuk menghentikan pembangunan nuklirnya."
Meskipun begitu, Korea Utara menegaskan kasusnya sedikit berbeda karena
telah sukses membangun senjata nuklir dengan serangkaian uji coba yang
berhasil dilakukan. Sementara Libya dan Irak belum sampai ke tahap yang
dicapai Pyongyang.
Baca: AS Ajukan Syarat Dialog, Korea Utara: Jangan Salah Menilai
<https://dunia.tempo.co/read/1066997/as-ajukan-syarat-dialog-korea-utara-jangan-salah-menilai>
Korea Utara sejauh ini telah menguji enam senjata nuklir. Badan
intelijen Amerika percaya, Korea Utara memiliki 20 hingga 60 lebih
senjata nuklir serta rudal balistik antarbenua yang mampu menyerang
Amerika Serikat.
Hal itu memaksa Amerika Serikat menjatuhkan sanksi yang menghambat
pertumbuhan ekonomi negara komunis itu. Sanksi yang akhirnya memaksa Kim
Jong Un bersedia berunding dengan Trump pada 12 Juni mendatang di Singapura.
Namun, dalam pernyataan melalui KCNA pada Rabu, 16 Mei 2018, Wakil
Menteri Luar Negeri Korea Utara
<https://www.tempo.co/tag/internasional-korea-utara>, Kim Kye Gwan
mengatakan negaranya akan mempertimbangkan kembali pertemuan bersejarah
itu jika Amerika Serikat bersikeras agar Pyongyang melepaskan senjata
nuklirnya.
CNBC|NEW YORK TIMES