Wasekjen Gerindra Mundur, Sebut Partainya Kebanyakan Main Isu SARA
BERITA DI SEKITAR ANDA <https://www.jawapos.com/jpg-today>
13/06/2018, 04:20 WIB|Editor: Sari Hardiyanto
Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra, Mohammad Nuruzzaman
MUNDUR: Wasekjen DPP Gerindra, Mohammad Nuruzzaman menyatakan bakal
mengundurkan diri sebagai kader partai. (Istimewa)
Share this image
*JawaPos.com*- Wakil Sekjen (Wasekjen) DPP Partai Gerindra, Mohammad
Nuruzzaman secara mengejutkan bakal melayangkan surat pengunduran diri
kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Melalui surat pernyataan pengunduran dirinya sebagai kader partai
Gerindra, Nuruzzaman secara blak-blakan mengungkapkan alasan dirinya
mundur dari kepengurusan partai oposisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Alasan keterlibatan Gerindra bermain isu SARA saat pilkada DKI Jakarta
dan orientasi partainya yang hanya pada perebutan kekuasaan, membuatnya
memilih angkat kaki dari Gerindra.
"Ya, saya akan melayangkan surat kepada Prabowo. Saya mundur dari
jabatan Wasekjend DPP Gerindra. Gerindra semakin liar ikut menari pada
isu SARA di kampanye Pilkada DKI, dan orientasinya hanya perebutan
kekuasaan para elitnya saja," ujarnya saat dikonfirmasi/JawaPos.com/,
Selasa (12/6).
Dirinya merasa berat untuk terus melangkah berjuang di tubuh partai
karena kepengurusannya hanya berorientasi kepentingan para elit Gerindra
dengan cara terus menerus menyerang pemerintah tanpa disertai data yang
akurat.
Selama menjadi kader Partai Gerindra, Zaman sempat mengagumi sosok
Prabowo karena jiwa patriotiknya. Akan tetapi, berjalannya waktu, dia
menyebutkan arah partainya semakin tak jelas menjadi sebuah kendaraan
kepentingan yang sama sekali tidak berkarakter pada kepedulian dan
keberanian.
Dia mengatakan, partai Gerindra itu berubah menjadi mesin rapuh yang
hanya mengejar kepentingan Prabowo dan elit Gerindra lainnya. Kekecewaan
atas partainya semakin memuncak karena Gerindra bermanuver dengan isu
politik SARA dan menjadi corong kebencian yang mengamplifikasi
kepentingan perebutan kekuasaan.
"Isu SARA yang dihembuskan (Gerindra) sudah melampaui batas. Sehingga
membuat Jakarta sebagai kota paling intoleran. Manuver isu SARA elit
Gerindra berdampak ibu kota semakin tidak toleran. Semua elitnya haus
kekuasaan duniawi saja, tanpa mau lagi peduli pada rakyat," tandasnya.
Sebagai santri, Zaman punya pandangan politik adalah media berjuang atas
kepedulian kepada warga, bukan untuk kepentingan elit partai. Bahkan,
dirinya mengancam akan terus melawan Gerindra karena sudah bermanuver
dengan cara-cara menebar isu SARA dan kebencian.
"Demi kekuasan, partai ini terus memfitnah dan menyebar isu SARA. Saaya
akan terus melawan Gerindra dan elit busuknya sampai kapan pun," pungkas
Zaman.
*(wiw/JPC)*
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com